Syiahindonesia.com – Dalam sejarah panjang konflik antara umat Islam dan pasukan Salib, terdapat lembaran kelam yang menunjukkan peran pengkhianatan kaum Syiah, khususnya kelompok Syiah Ismailiyah dan Fatimiyah, terhadap umat Islam. Fakta-fakta ini tidak hanya diabadikan oleh sejarawan Muslim klasik, tetapi juga tercatat oleh para penulis barat dan orientalis yang meneliti sejarah Perang Salib. Pengkhianatan ini menunjukkan bahwa Syiah bukanlah sekadar kelompok yang berbeda mazhab, melainkan gerakan politik-ideologis yang kerap menusuk Islam dari belakang.
Fatimiyah Mesir dan Koalisi dengan Pasukan Salib
Kerajaan Fatimiyah (Syiah Ismailiyah) yang berkuasa di Mesir adalah salah satu contoh paling nyata dari pengkhianatan terbuka terhadap umat Islam. Saat Tentara Salib dari Eropa datang menyerang Baitul Maqdis, kerajaan Syiah Fatimiyah justru bersekutu dengan para Salibis dan menyerahkan kota suci Yerusalem tanpa perlawanan berarti pada tahun 1099 M.
Sebagaimana disebutkan oleh sejarawan Ibn al-Atsir dalam Al-Kāmil fī al-Tārīkh:
"Tatkala kaum Salib datang ke Syam, kaum Syiah Fatimiyah menyerahkan Yerusalem kepada mereka dan tidak menyiapkan pertahanan, karena menganggap kaum Sunni lebih berbahaya dari pada kaum Salib."
Syiah Nizariyah (Hashashin) dan Kerja Sama dengan Tentara Salib
Kelompok Syiah lainnya yang terkenal karena aksi terornya adalah Hashashin (Assassins), cabang Syiah Nizariyah yang dipimpin oleh Hasan ash-Shabbah. Mereka dikenal karena membunuh tokoh-tokoh penting umat Islam, termasuk panglima dan ulama besar. Yang lebih tragis, mereka tidak pernah membunuh pemimpin pasukan Salib, melainkan justru menjalin perjanjian dengan mereka.
Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan:
"Syiah Rafidhah lebih loyal kepada orang kafir daripada kepada kaum Muslimin. Mereka bekerjasama dengan orang-orang kafir dalam melawan kaum Muslimin, dan ini telah terbukti dalam sejarah."
(Minhaj as-Sunnah, 6/370)
Tidak Membantu Perjuangan Nuruddin dan Shalahuddin al-Ayyubi
Ketika Nuruddin Zanki dan kemudian Shalahuddin al-Ayyubi berjuang membebaskan Baitul Maqdis dari tangan Salibis, kelompok Syiah justru menghalangi jalan mereka. Shalahuddin bahkan harus menghancurkan kekuasaan Fatimiyah di Mesir terlebih dahulu sebelum bisa melanjutkan jihad melawan Salibis.
Shalahuddin menyadari bahwa ancaman Syiah dari dalam lebih berbahaya daripada musuh dari luar. Maka, sebelum ia bisa mengkonsolidasikan pasukan Islam untuk membebaskan Yerusalem, ia menghapus ajaran Syiah di Mesir dan mengembalikan aqidah Ahlus Sunnah di wilayah tersebut.
Kenapa Syiah Sering Berpihak kepada Musuh Islam?
Syiah secara historis lebih mementingkan kepentingan golongan dan dendam sejarah, daripada kepentingan Islam secara keseluruhan. Karena kebencian mereka terhadap para sahabat dan Ahlus Sunnah, mereka rela bersekutu dengan siapa saja, termasuk kaum kafir, selama itu bisa merugikan Sunni.
Sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam Malik rahimahullah:
"Syiah Rafidhah itu jika diberi kekuasaan, niscaya mereka akan menghancurkan Islam dari dalam."
Pelajaran dari Sejarah: Jangan Lengah terhadap Musuh Dalam Selimut
Syiahindonesia.com – Fakta sejarah yang berulang menunjukkan bahwa Syiah bukanlah sekutu, melainkan racun dalam tubuh umat. Dari Perang Salib, hingga jatuhnya Baghdad di tangan Mongol (yang juga dibantu oleh menteri Syiah Ibn Al-Alqami), mereka telah menunjukkan pola yang sama: menjadi musuh dalam selimut yang menghancurkan Islam dari dalam.
Sebagai Ahlus Sunnah, kita wajib waspada dan tidak tertipu dengan propaganda toleransi yang digunakan oleh Syiah masa kini. Kewaspadaan adalah bentuk cinta terhadap agama dan bentuk loyalitas terhadap para sahabat Nabi ﷺ.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: