Syiahindonesia.com - Syiah adalah sebuah kelompok yang mengklaim dirinya sebagai bagian dari umat Islam, namun sebenarnya ajarannya telah menyimpang jauh dari ajaran Islam yang hakiki. Meskipun mengakui adanya satu Tuhan, Allah, dan Rasulullah Muhammad ﷺ sebagai utusan-Nya, namun banyak ajaran Syiah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam yang diterima oleh mayoritas umat Islam, yakni Sunni. Artikel ini akan menguraikan alasan mengapa Syiah tidak bisa disebut bagian dari Islam yang sesungguhnya.
1. Perbedaan Konsep Kepemimpinan: Imamah vs. Khilafah
Konsep kepemimpinan dalam Syiah sangat berbeda dengan apa yang diajarkan dalam Islam yang benar, yaitu Sunni. Setelah Rasulullah ﷺ wafat, umat Islam Sunni sepakat untuk memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama melalui musyawarah umat. Khilafah bagi Sunni dipandang sebagai hasil pemilihan yang sah dan lebih mengutamakan prinsip musyawarah.
Namun, dalam ajaran Syiah, kepemimpinan umat Islam tidak diserahkan kepada orang yang dipilih melalui musyawarah, melainkan harus berasal dari keturunan Rasulullah ﷺ, dimulai dari Ali bin Abi Talib. Ajaran ini dikenal sebagai Imamah, di mana para imam dianggap memiliki otoritas yang lebih tinggi daripada khalifah yang dipilih umat.
Pandangan ini jelas bertentangan dengan prinsip dasar Islam yang diyakini oleh umat Islam Sunni, di mana kepemimpinan harus melalui proses pemilihan dan tidak terbatas pada keturunan tertentu. Oleh karena itu, ajaran ini menjadi salah satu alasan utama mengapa Syiah tidak bisa disebut bagian dari Islam yang sesungguhnya.
2. Pandangan Syiah tentang Al-Qur'an
Perbedaan dalam keyakinan mengenai Al-Qur'an juga menjadi salah satu faktor mengapa Syiah tidak bisa dianggap bagian dari Islam. Sementara umat Islam Sunni meyakini bahwa Al-Qur'an yang ada sekarang adalah wahyu Allah yang utuh dan tidak berubah, ajaran Syiah memiliki pandangan yang berbeda.
Syiah menganggap bahwa Al-Qur'an yang ada sekarang tidak sepenuhnya utuh, karena sebagian ayat dianggap hilang atau disembunyikan. Mereka juga meyakini bahwa ada wahyu yang tidak tercatat dalam Al-Qur'an yang ada. Ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang diyakini oleh umat Islam Sunni, yang berpegang pada keyakinan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu yang lengkap dan tidak ada yang hilang.
3. Ajaran Taqiyah: Membenarkan Kebohongan
Salah satu ajaran yang sangat kontroversial dalam Syiah adalah taqiyah, yang memungkinkan pengikutnya untuk menyembunyikan keyakinan mereka atau bahkan berbohong demi keselamatan diri mereka atau kelompok mereka. Dalam pandangan banyak ulama Sunni, taqiyah adalah suatu bentuk penghalalan kebohongan, yang jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang mengutamakan kejujuran dan keterbukaan.
Islam yang hakiki, yaitu Sunni, sangat menekankan kejujuran sebagai prinsip dasar dalam beragama. Rasulullah ﷺ sendiri mengajarkan bahwa umat Islam harus berkata benar dan menjauhi kebohongan dalam segala keadaan. Ajaran taqiyah yang diterima oleh Syiah dianggap sebagai penyimpangan serius dari prinsip-prinsip dasar Islam yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.
4. Ajaran tentang Ahlul Bait
Syiah menempatkan Ahlul Bait (keluarga Rasulullah ﷺ) pada posisi yang sangat tinggi, bahkan mereka menganggap keturunan Ali sebagai pemimpin yang sah, yang memiliki kedudukan lebih tinggi daripada sahabat-sahabat lainnya. Mereka percaya bahwa Imam Ali dan keturunannya adalah orang yang lebih berhak memimpin umat Islam.
Bagi umat Islam Sunni, meskipun mereka menghormati Ahlul Bait, namun mereka tidak menganggap bahwa Ahlul Bait lebih tinggi daripada sahabat-sahabat lainnya. Keyakinan Syiah yang mengutamakan keturunan Ali sebagai pemimpin yang sah sangat bertentangan dengan prinsip dasar Islam yang diterima oleh umat Islam Sunni, yang lebih mengutamakan musyawarah dan pemilihan khalifah.
5. Perbedaan Praktik Ibadah
Selain perbedaan dalam ajaran pokok, terdapat juga perbedaan besar dalam praktik ibadah antara Syiah dan Sunni. Misalnya, dalam shalat, umat Syiah cenderung menggabungkan shalat dzuhur dengan ashar, dan maghrib dengan isya, sedangkan umat Sunni melaksanakan shalat lima waktu secara terpisah. Syiah juga memiliki cara khusus dalam melaksanakan shalat yang berbeda dengan Sunni.
Hari Asyura juga menjadi perbedaan penting antara Syiah dan Sunni. Bagi Syiah, peringatan kematian Imam Husain di Karbala adalah momen yang sangat penting, di mana mereka melakukan ritual dan perayaan khusus. Bagi Sunni, meskipun mereka mengenal peristiwa ini, tidak ada perayaan khusus yang dilakukan. Perbedaan-perbedaan ini semakin memperjelas adanya pemisahan antara praktik ibadah Syiah dan Sunni, yang memperkuat pandangan bahwa Syiah bukanlah bagian dari Islam yang hakiki.
Kesimpulan
Meskipun Syiah mengaku sebagai bagian dari umat Islam, ajaran-ajaran mereka yang bertentangan dengan prinsip dasar Islam yang hakiki menjadikan mereka tidak dapat dianggap sebagai bagian dari Islam yang sesungguhnya. Perbedaan dalam konsep kepemimpinan, pandangan tentang Al-Qur'an, ajaran taqiyah, penghormatan terhadap Ahlul Bait, dan praktik ibadah adalah beberapa alasan utama mengapa Syiah bukan bagian dari Islam yang sah.
Islam yang hakiki adalah Sunni, yang berpegang pada ajaran Al-Qur'an yang utuh, sunnah Rasulullah ﷺ, dan prinsip-prinsip yang diterima oleh mayoritas umat Islam. Syiah, dengan ajaran-ajaran yang menyimpang, tidak bisa dianggap sebagai bagian dari Islam yang benar.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: