Syiahindonesia.com - Ajaran Syiah telah lama menjadi sorotan dalam sejarah Islam, khususnya terkait dengan pandangannya terhadap sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW. Salah satu isu yang paling kontroversial adalah penghinaan yang dilakukan oleh sebagian kelompok Syiah terhadap Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW, dan Abu Bakar, khalifah pertama setelah wafatnya Nabi. Bagaimana sebenarnya sikap Sunni terhadap penghinaan ini? Apakah benar Syiah secara umum menganggap Aisyah dan Abu Bakar sebagai musuh, ataukah ini hanya pandangan sebagian kecil kelompok Syiah yang ekstrem?
Penghinaan Terhadap Aisyah dan Abu Bakar dalam Syiah
Beberapa aliran dalam Syiah, terutama yang mengikuti ajaran ekstrem, telah lama mencela dan mengkritik Aisyah dan Abu Bakar, dua tokoh besar dalam sejarah Islam. Dalam beberapa riwayat yang terdapat dalam literatur Syiah, Aisyah digambarkan dengan cara yang sangat negatif, bahkan disebut sebagai pengkhianat dan salah satu orang yang terlibat dalam fitnah yang terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar, yang menjadi khalifah pertama setelah Nabi Muhammad SAW, juga sering kali menjadi sasaran penghinaan oleh sebagian kelompok Syiah, dengan klaim-klaim yang merendahkan kepemimpinan dan keberkahan yang diterimanya.
Namun, pandangan ini sangat bertentangan dengan pandangan mayoritas umat Islam, terutama Ahlus Sunnah wal Jamaah, yang memandang Aisyah dan Abu Bakar sebagai dua tokoh yang memiliki kedudukan tinggi dalam sejarah Islam. Abu Bakar adalah sahabat yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW dan merupakan khalifah pertama yang memimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi. Aisyah, selain sebagai istri Nabi, juga dikenal sebagai seorang ulama dan pelopor dalam bidang ilmu pengetahuan Islam, khususnya dalam hal hadis.
Sikap Sunni terhadap Penghinaan Syiah terhadap Aisyah dan Abu Bakar
Bagi umat Sunni, penghinaan terhadap Aisyah dan Abu Bakar merupakan hal yang tidak dapat diterima, karena keduanya adalah orang-orang yang sangat dihormati dalam sejarah Islam. Aisyah, yang dikenal dengan julukan "Ibu kaum Mukminin," adalah istri Nabi Muhammad SAW yang sangat setia dan berperan penting dalam menyebarkan ajaran Islam, termasuk menyampaikan banyak hadis yang diterima sebagai sumber hukum Islam. Abu Bakar, di sisi lain, adalah sahabat Nabi yang sangat dekat dan menjadi khalifah pertama yang menegakkan Islam setelah wafatnya Nabi. Sebagai khalifah, Abu Bakar memimpin dengan penuh keadilan dan kebijaksanaan, dan ia adalah orang yang pertama kali membaiat Ali bin Abi Talib sebagai khalifah setelah dirinya.
Bagi umat Sunni, menyerang dan menghina Aisyah serta Abu Bakar berarti merendahkan martabat dua tokoh yang sangat berjasa dalam penyebaran dan pembangunan umat Islam. Dalam pandangan Sunni, baik Aisyah maupun Abu Bakar adalah contoh teladan dalam keimanan dan kepemimpinan. Oleh karena itu, serangan terhadap keduanya dianggap sebagai bentuk penyerangan terhadap ajaran Islam itu sendiri.
Pandangan Al-Qur'an dan Hadits tentang Aisyah dan Abu Bakar
Sebagai umat yang berpegang pada Al-Qur'an dan Hadits, Sunni memiliki dasar kuat dalam menanggapi penghinaan terhadap Aisyah dan Abu Bakar. Dalam Al-Qur'an, meskipun tidak ada ayat yang secara khusus menyebutkan nama Aisyah atau Abu Bakar, namun banyak ayat yang mengungkapkan penghormatan dan penghargaan terhadap sahabat Nabi secara umum. Salah satu contoh penting adalah ayat yang menyebutkan bahwa Allah SWT meridhai para sahabat Nabi yang berada di sekitar beliau, termasuk Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali (QS. At-Tawbah: 100):
"Dan orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (beriman) dari kalangan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah." (QS. At-Tawbah: 100)
Selain itu, dalam hadits-hadits yang sahih, baik dari Sunni maupun Syiah, banyak yang memuji Aisyah dan Abu Bakar. Salah satu hadits yang sangat terkenal adalah dari Nabi Muhammad SAW yang bersabda:
"Sebaik-baik manusia setelah aku adalah Abu Bakar, kemudian Umar." (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
Hadits ini jelas menunjukkan penghormatan yang tinggi terhadap Abu Bakar, yang menjadi khalifah pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Hadits ini juga menunjukkan betapa pentingnya posisi Abu Bakar dalam sejarah Islam. Aisyah, sebagai istri Nabi yang paling tercinta, juga dihormati oleh Nabi Muhammad SAW. Bahkan, Nabi Muhammad SAW sering menggambarkan Aisyah dengan kata-kata yang penuh cinta dan penghargaan, dan dia merupakan salah satu penyebar hadis terbesar dalam sejarah Islam.
Pandangan Ulama Sunni tentang Penghinaan Syiah terhadap Aisyah dan Abu Bakar
Bagi mayoritas ulama Sunni, penghinaan terhadap Aisyah dan Abu Bakar adalah bentuk bid'ah dan kesesatan. Mereka menganggap bahwa Syiah yang menganggap Aisyah dan Abu Bakar sebagai musuh Islam telah keluar dari jalur yang benar. Penghinaan terhadap sahabat Nabi adalah bentuk penyimpangan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ulama-ulama Sunni menegaskan bahwa serangan terhadap Aisyah dan Abu Bakar hanya akan menyebabkan perpecahan dan menghancurkan persatuan umat Islam. Aisyah dan Abu Bakar bukan hanya figur penting dalam sejarah Islam, tetapi juga simbol keimanan dan perjuangan umat Islam di masa awal. Oleh karena itu, umat Islam yang sejati harus menjaga kehormatan kedua tokoh ini dan menentang segala bentuk penghinaan terhadap mereka.
Kesimpulan
Penghinaan terhadap Aisyah dan Abu Bakar oleh sebagian kelompok Syiah merupakan permasalahan besar dalam sejarah Islam. Bagi umat Sunni, Aisyah dan Abu Bakar adalah dua tokoh yang sangat dihormati dan dihargai. Penghinaan terhadap keduanya tidak hanya merupakan serangan terhadap individu-individu ini, tetapi juga merupakan serangan terhadap fondasi ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena itu, sikap Sunni terhadap penghinaan ini adalah dengan menegaskan bahwa Aisyah dan Abu Bakar adalah orang-orang yang sangat terhormat, dan segala bentuk penghinaan terhadap mereka harus ditolak dengan tegas.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: