Breaking News
Loading...

SYIAH DI KALIMANTAN SELATAN ( Bag 6 Dari 6 Tulisan)

 Amuntai
 

Amuntai sekitar 300Km dari Banjarmasin, salah satu daerah santri juga sebagaimana Martapura. Di sini, dahulu KH. Idcham Chalid (almarhum) bahkan Indonesia, menghabiskan masa kecil dan remaja bersama keluarganya. Daerah ini, merupakan basis NU kedua sesudah Martapura yang sangat kuat memegang ke-Sunniannya. 


Kemunculan Syi‟ah di sini, berbeda dengan daerah-daerah Kalimantan Selatan lainnnya. Ia merupakan jaringan Syi‟ah dari Kalimantan Timur karena dikenalkan oleh perantau-perantau warga Amuntai dari Balikpapan dan Samarinda ketika mereka mudik hari Raya. Sekitar tahun 1990-an komunitas Syi‟ah terbentuk dan sudah mempunyai majlis untuk melaksanakan amalan-amalan rutin ritual Syi‟ah dua kali seminggu, malam Rabu dan malam Jum‟at yang dipimpin ustadz Abdurrahman. 



Menurut Wahyudiannoor bahwa Habib Humaidy Ahmad al-Habsyi salah satu pembina ABI Kalimantan Timur sering berkunjung ke daerah ini untuk melakukan pembinaan. Suatu waktu, pernah Syi‟ah di Amuntai ini yang tepatnya beralamat di Kampung Babirik dicurigai MUI (Majelis Ulama Indonesia) cabang Amuntai sebagai kelompok sesat. Lantas mereka memprakarsai untuk mengadakan dialog terbuka tentang ajaran Syi‟ah dengan mengundang ulama dari pesantren dan ulama dari berbagai ormas Islam (NU dan Muhammadiyah) tak terkecuali pihak Syi‟ah sendiri. 


Kebetulan saat itu, sedang berkunjung Habib Husin al-Kaff, salah seorang tokoh Syi‟ah dari Jawa. Dialah kemudian didaulat untuk mewakili Syi‟ah dalam forum dialog MUI Amuntai. Cukup lama perdebatan terjadi, dari satu ulama ke ulama lainnya dan Habib Husin al-Kaff yang banyak menjadi sasaran tembak. Habib Husin dengan sabar dan tenang menjawab satu persatu baik berupa pertanyaan, kritik, gugatan maupun tuduhan dan hujatan dengan pengetahuannya yang sangat luas. Setelah forum menimbang sana-sini dari berbagai argumen yang diajukan, pada akhirnya forum menyimpulkan hasil dialog adalah Syi‟ah tidak termasuk aliran sesat. 


Seusai pernyataan MUI Amuntai bahwa Syi‟ah tidak sesat, maka merekapun semakin bebas mengekspresikan ke-Syi‟ahannya pada khalayak umum tanpa ada rasa was-was dan takut lagi. Namun sayang, kata Wahyudiannoor, saat Syi‟ah makin berkembang, justru pimpinannya, ustadz Abdurrahman kemudian pindah rumah ke Jawa sehingga tidak terpantau lagi keberadaannya kini. Apakah mengalami kemajuan ataukah kemunduran ? 


Selesai 


Sumber : sumber tulisan ini adalah sebuah karangan ilmiah oleh saudara HUMAIDY, seorang mahasiswa di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin yang dipublikasikan pada tahun 2014. Dan kami tampilkan secara berseri mengingat tulisan yang lumayan panjang.



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: