Breaking News
Loading...

SYIAH DI KALIMANTAN SELATAN ( Bag 1 Dari 6 Tulisan)

 Sejarah Masuknya Syiah Di Kalsel 1
 

Sejarah Syi’ah di Kalimantan Selatan Menurut Habib Ali, Syi‟ah secara kultural datang ke Kalimantan Selatan beriringan dengan masuknya Islam di kawasan ini. Di Kalimantan Selatan, Islam datang pada masa jauh lebih belakangan daripada Sumatera dan Jawa. Diperkirakan telah ada sejumlah muslim di wilayah ini sekitar pertengahan abad ke-15, tepatnya 1475-1500 M. 


Oleh karenanya, Hafiz menjelaskan kemungkinan Islam telah masuk ke sini di masa itu melalui putera Raja Dipa, Raden Sekar Sungsang. Dia melarikan diri ke Jawa setelah dipukul ibunya, Puteri Kabuwaringin yang dikenal pula dengan nama Puteri Kalungsu. Sekar Sungsang kemudian menikah dengan anak Juragan Petinggi yang telah mengasuhnya dan mempunyai putera yang diberi nama Raden Panji Sekar. Anaknya itulah yang kemudian menjadi murid sekaligus diambil menantu oleh Sunan Giri dan diberi gelar Sunan Serabut. Beberapa tahun kemudian, Raden Sekar Sungsang pulang ke Negara Dipa dan diangkat menjadi raja dengan gelar Sari Kaburangan. 

Warga Syiah Banjarmasin merayakan Asyuro pada tahun 2011 di wisma Antasari Banjarmasin Salah satu agenda syiah, merangkul MUI setempat dan menggandeng Muhammadiyah, ini dilakukan di Banjarmasin Kalsel


Tampaknya, anak Sekar Sungsang yang berguru dan sekaligus menantu Sunan Giri dapat dijadikan bukti bahwa Sekar Sungsang sebagai besan Sunan Giri telah menjadi muslim sebelum ia kembali ke Negara Dipa. Selain itu, Hafiz juga mensinyalir bahwa Islam telah masuk ke Negara Dipa melalui saudagar Arab, Keling, Gujarat, Persia, Cina, Melayu dan Bugis. Namun, Islam mencapai kemajuan pesat setelah berdirinya Kesultanan Banjar. 


Hal tersebut tidak terlepas dari bantuan Kesultanan Demak kepada Pangeran Samudera dalam perjuangan melawan pamannya sendiri Pangeran barunya Sultan Suriansyah atau Raja Suryanullah atau Pangeran Maruhum pada sekitar tahun 1526M dan diangkat sebagai sultan pertama di Kerajaan Banjar.
Oleh karena itu, dalam Hikayat Banjar disebutkan bahwa Kerajaan Demak di Jawa adalah pihak yang berperan besar dalam mengislamkan daerah Banjar, yang mempunyai wilayah kekuasaan meliputi Tabalong, Barito, Alai, Hamandit, Balangan, Kintap, Biaju Besar, Biaju Kecil, Sebangau, Mendawai, Katingan, Sampit dan Pambuang, di mana bertakluk pula Sukadana, Sanggau, Sambas, Batang Luwai, Karasikan, Kotawaringin, Paser, Kutai dan Berau. 


Kesemuanya ini meliputi sebagian daerah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dengan pusat pemerintahannya berada di Kalimantan Selatan.
Dalam catatan sejarah Banjar, ajaran tasawuf wujudiyah yang pertama kali tersebar bahkan sempat menjadi ajaran resmi Kerajaan Banjar. Ini dibuktikan dengan adanya cap kerajaan yang berbentuk segi empat, di tengah-tengah tersusun angka Arab (angka-angka ini dianggap mempunyai kekuatan gaib, sebagaimana cap kerajaan di Persia). Di samping bawah cap tertulis kalimat La Ilaha Illallah, Allah Mawjud. Kalimat tersebut biasanya dipergunakan oleh sebagian pengikut aliran tasawuf wujudiyah. Diperkirakan aliran ini tersebar karena adanya sebuah risalah yang sangat populer yakni al-Tuhfah al-Mursalah ila Ruh an-Nabi karya Fadlullah al-Burhanpuri di kalangan pelajar dan masyarakat pada umumnya sebagai pelajaran dasar di kawasan Nusantara termasuk Kalimantan Selatan.

 

Bersambung ke bagian kedua

 

Sumber : Sumber tulisan ini adalah sebuah karangan ilmiah oleh saudara HUMAIDY, seorang mahasiswa di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin yang dipublikasikan pada tahun 2014. Dan kami tampilkan secara berseri mengingat tulisan yang lumayan panjang.( AHMAD HASYIM - Admin)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: