Breaking News
Loading...

 SYIAH DI KALIMANTAN SELATAN ( Bag 2 Dari 6 Tulisan)

Sejarah Masuknya Syiah Di Kalsel 2
 

Di samping itu, karya-karya Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani dan Abdurrauf Singkel (terkenal sebagai Syi‟ah Kuala) dari Aceh yang ajarannya kental dengan nuansa wujudiyah banyak juga dibaca dan dihayati oleh masyarakat Banjar. Oleh karena pada waktu itu hubungan Kerajaan Banjar dengan Kesultanan Aceh sangat erat terutama dalam konteks hubungan intelektual dan kultural. Lebih dari itu, Idwar Saleh mengatakan, konon ada seorang ulama yang hidup dalam Kerajaan Banjar, telah menyusun sebuah buku tasawuf yang bernuansa wujudiyah, berbicara tentang Asal Kejadian Nur Muhammad yang sangat dipengaruhi ajaran Wihdatul Wujud Ibnu Arabi. 

Salah satu ritual syiah di Kalsel yang sudah berjalan salah iedul fitri komunitas syiah Banjarmasin pengikut syiah Banjarmasin melakukan demo qudsa day 2016

Zafri Zamzam menyebut pengarang buku tersebut adalah Syekh Syamsuddin al-Banjari yang ditulis sekitar tahun 1668M, untuk dipersembahkan kepada Sultanat Tajul Alam Syafiatuddin yang memerintah Kesultanan Aceh (1641-1675M), seorang Ratu yang sangat loyal terhadap ajaran tasawuf Wujudiyah. 


Dalam tengarai Habib Ali al-Habsyi, tasawuf yang bernuansa wujudiyah ini ada kesamaan dengan konsep Irfan dalam Syi‟ah. Apalagi tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam mengajarkan doktrin ini seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani dan Abdurrauf Singkel (Syi‟ah Kuala) memang menurut Ali Hasymi sebagai tokoh-tokoh dari aliran Syi‟ah. Namun, Syi‟ah yang tadinya cukup besar, mengalami kemunduran ketika Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710-1812M) kembali ke kampung halaman dari di Haramain, setelah tiga puluh tahun menuntut ilmu di sana. Hal ini terjadi karena Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari sangat gencar mengajarkan Islam dari aliran Sunni. Meskipun begitu, masih banyak kultur-kultur Syi‟ah yang merasuk ke dalam kultur Sunni yang menjadi anutan kebanyakan masyarakat Banjar. Tentu saja sudah bukan bentuk asli, melainkan sudah mengalami modikasi, seperti peringatan hari 10 Muharram (Asyura), bacaan Tulak Bala, Tawassul, Ziarah Kubur, Maulid Nabi dan Arba Mustamir. 


Syi‟ah mulai menggeliat lagi di Kalimantan Selatan menurut Habib Ali sejak pasca revolusi Iran tahun 1979. Lewat berita-berita yang dipublikasikan baik oleh media cetak (Surat Kabar, Majalah, Tabloid dll) maupun elektronik (Radio dan Televisi) tentang kemenangan Ayatullah Ruhullah Khumaini atas raja Shah Reza Pahlevi yang didukung oleh Amerika Serikat, jelas merupakan api semangat bagi sebuah kebangkitan kembali. Syi‟ah menjadi perhatian dunia Islam pada umumnya dan umat Islam Indonesia pada khususnya, untuk mempelajari ajarannya, termasuk anak muda Kalimantan Selatan. Habib Ali menceriterakan pola penyebaran Syi‟ah ini di Kalimantan Selatan sebagai berikut :


Bersambung ke bagian ketiga


======
Sumber : Sumber tulisan ini adalah sebuah karangan ilmiah oleh saudara HUMAIDY, seorang mahasiswa di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin yang dipublikasikan pada tahun 2014. Dan kami tampilkan secara berseri mengingat tulisan yang lumayan panjang.( AHMAD HASYIM - Admin)




************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: