Syiahindonesia.com - BAGHDAD–Demo anti-pemerintah di Irak mencapai puncaknya. Beberapa kota wilayah selatan Irak dilanda kerusuhan. Aksi tersebut dinilai menjadi pesan terhadap Pemerintah Iran yang dianggap sudah menyusup di politik pemerintahan Baghdad.
Tragedi tersebut dimulai dari Kota Najaf, Rabu (27/11). Pedemo di kota paling suci ketiga bagi kaum Syiah itu membakar konsulat Iran. Untung, semua staf konsulat berhasil dievakuasi sebelum pembakaran tersebut. ’’Hidup Irak. Usir Iran.’’ Begitu teriak para pedemo melihat bara di konsulat.
Pedemo telanjur meradang. Awalnya, mereka tidak punya niat untuk menyerang lembaga diplomasi Iran di kota tersebut. Namun, mereka terlalu emosional karena diusir paksa dari pusat kota oleh aparat.
’’Mereka sedang menggelar protes saat oknum tertentu membakar ban mobil polisi. Tindakan itu dibalas dengan gas air mata dan bom suara,’’ ujar saksi kepada Al Jazeera.
Pembakaran tersebut merupakan serangan kedua terhadap kepanjangan tangan Iran di Irak. Massa juga berusaha merangsek konsulat Iran di Karbala, 4 November lalu. Massa bubar setelah aparat keamanan menembak pedemo yang mencoba memanjat dinding. Tiga orang ditembak mati dalam insiden tersebut.
Namun, baru kali ini serangan itu berhasil. Iran pun mengamuk. Jubir Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengutuk pelaku serangan tersebut. ’’Iran telah melakukan komunikasi dengan Dubes Irak di Teheran dan menyampaikan kekecewaannya,’’ ungkap dia kepada IRNA, media milik Pemerintah Iran.
Beberapa jam kemudian, militer Irak langsung turun tangan. Menurut rilis resmi, Perdana Menteri Adel Abdel Mahdi mengutus petinggi militer ke daerah-daerah konflik untuk mengembalikan ketenteraman. Aksi militer di Nasiriyah, salah satu kota dengan demonstran terbanyak, langsung merenggut korban.
Setidaknya 18 demonstran ditembak mati dan 120 lainnya terluka saat aparat mengusir paksa massa dari dua jembatan kota. Di Najaf, otoritas lokal sudah menetapkan jam malam dan mengerahkan bantuan tentara untuk menggeledah orang yang melewati perbatasan.
’’Kejadian di Najaf benar-benar membuat Iran marah. Mereka bakal melakukan pembalasan, entah melalui pemerintah Irak atau kepanjangan tangan mereka yang lain,’’ ujar Abbas Kadhim, direktur Irak Initiative dalam Atlantic Council.
Selain Baghdad, kota-kota di selatan Irak memang menjadi incaran demonstran anti-pemerintah. Hal itu terjadi karena kebanyakan kota tersebut merupakan tempat suci bagi kaum Syiah dan pemerintah Iran. Najaf merupakan lokasi makam Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah.
Rakyat Irak punya sentimen negatif terhadap Iran. Menurut mereka, Iran merupakan aktor di balik Pemerintahan Irak yang korup. Semenjak pembunuhan Saddam Hussein pada 2003, Iran memang terus menguatkan pengaruh ke Irak.
’’Sudah 16 tahun kami hidup dalam kekacauan korupsi. Basra seharusnya kota yang kaya, bukannya tempat sampah seperti ini,’’ kata pedemo di Basra kepada Agence France-Presse.
Menurut Transparency International, Irak merupakan negara dengan korupsi terparah ke-12 di dunia. Penyelidikan menemukan uang rakyat USD 450 miliar atau Rp 6.432 triliun hilang sejak 2003 karena praktik korupsi, kontrak palsu, dan karyawan hantu.
Sementara itu, kebanyakan pejabat saat ini punya hubungan dengan negara tetangga. Padahal, kedua negara pernah terlibat perang besar pada periode 1980–1988. ’’Siapa pun yang melakukan serangan di kota-kota suci bagi Iran punya pesan jelas. Jangan pernah campuri urusan dalam negeri Irak,’’ ungkap pakar Irak Jasim Moussawi. kaltim.prokal.co
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Tragedi tersebut dimulai dari Kota Najaf, Rabu (27/11). Pedemo di kota paling suci ketiga bagi kaum Syiah itu membakar konsulat Iran. Untung, semua staf konsulat berhasil dievakuasi sebelum pembakaran tersebut. ’’Hidup Irak. Usir Iran.’’ Begitu teriak para pedemo melihat bara di konsulat.
Pedemo telanjur meradang. Awalnya, mereka tidak punya niat untuk menyerang lembaga diplomasi Iran di kota tersebut. Namun, mereka terlalu emosional karena diusir paksa dari pusat kota oleh aparat.
’’Mereka sedang menggelar protes saat oknum tertentu membakar ban mobil polisi. Tindakan itu dibalas dengan gas air mata dan bom suara,’’ ujar saksi kepada Al Jazeera.
Pembakaran tersebut merupakan serangan kedua terhadap kepanjangan tangan Iran di Irak. Massa juga berusaha merangsek konsulat Iran di Karbala, 4 November lalu. Massa bubar setelah aparat keamanan menembak pedemo yang mencoba memanjat dinding. Tiga orang ditembak mati dalam insiden tersebut.
Namun, baru kali ini serangan itu berhasil. Iran pun mengamuk. Jubir Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengutuk pelaku serangan tersebut. ’’Iran telah melakukan komunikasi dengan Dubes Irak di Teheran dan menyampaikan kekecewaannya,’’ ungkap dia kepada IRNA, media milik Pemerintah Iran.
Beberapa jam kemudian, militer Irak langsung turun tangan. Menurut rilis resmi, Perdana Menteri Adel Abdel Mahdi mengutus petinggi militer ke daerah-daerah konflik untuk mengembalikan ketenteraman. Aksi militer di Nasiriyah, salah satu kota dengan demonstran terbanyak, langsung merenggut korban.
Setidaknya 18 demonstran ditembak mati dan 120 lainnya terluka saat aparat mengusir paksa massa dari dua jembatan kota. Di Najaf, otoritas lokal sudah menetapkan jam malam dan mengerahkan bantuan tentara untuk menggeledah orang yang melewati perbatasan.
’’Kejadian di Najaf benar-benar membuat Iran marah. Mereka bakal melakukan pembalasan, entah melalui pemerintah Irak atau kepanjangan tangan mereka yang lain,’’ ujar Abbas Kadhim, direktur Irak Initiative dalam Atlantic Council.
Selain Baghdad, kota-kota di selatan Irak memang menjadi incaran demonstran anti-pemerintah. Hal itu terjadi karena kebanyakan kota tersebut merupakan tempat suci bagi kaum Syiah dan pemerintah Iran. Najaf merupakan lokasi makam Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah.
Rakyat Irak punya sentimen negatif terhadap Iran. Menurut mereka, Iran merupakan aktor di balik Pemerintahan Irak yang korup. Semenjak pembunuhan Saddam Hussein pada 2003, Iran memang terus menguatkan pengaruh ke Irak.
’’Sudah 16 tahun kami hidup dalam kekacauan korupsi. Basra seharusnya kota yang kaya, bukannya tempat sampah seperti ini,’’ kata pedemo di Basra kepada Agence France-Presse.
Menurut Transparency International, Irak merupakan negara dengan korupsi terparah ke-12 di dunia. Penyelidikan menemukan uang rakyat USD 450 miliar atau Rp 6.432 triliun hilang sejak 2003 karena praktik korupsi, kontrak palsu, dan karyawan hantu.
Sementara itu, kebanyakan pejabat saat ini punya hubungan dengan negara tetangga. Padahal, kedua negara pernah terlibat perang besar pada periode 1980–1988. ’’Siapa pun yang melakukan serangan di kota-kota suci bagi Iran punya pesan jelas. Jangan pernah campuri urusan dalam negeri Irak,’’ ungkap pakar Irak Jasim Moussawi. kaltim.prokal.co
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: