Syiahindonesia.com - Pasukan keamanan Iraq menembak mati setidaknya 45 demonstran pada Kamis setelah demonstrasi menyerbu dan membakar konsulat Iran hari Rabu malam, dalam titik balik demonstrasi terhadap pemerintah yang didukung Iran, kutip Reuter hari Jumat (29/11).
Setidaknya 29 orang terbunuh ketika tentara melepaskan tembakan ke arah para demonstran yang menutup sebuah jembatan di selatan Kota Nassiriya sebelum fajar pada Kamis. Sumber medis mengatakan lusinan orang lainnya terluka.
Empat orang tewas di Baghdad, di mana pasukan keamanan melepaskan tembakan dengan amunisi hidup dan peluru karet terhadap pengunjuk rasa di dekat jembatan di atas sungai Tigris, kata sumber itu, dan dua belas tewas dalam bentrokan di Najaf.
Di Nassiriya, ribuan pelayat turun ke jalan, menentang jam malam untuk menguburkan mayat mereka setelah penembakan massal.
Video para demonstran yang bersorak di malam hari saat kobaran api dari konsulat Iran adalah gambar yang menakjubkan setelah bertahun-tahun di mana pengaruh Syiah Iran di negara-negara Arab telah menjadi faktor penentu dalam politik Timur Tengah.
Di Najaf, sebuah kota yang menjadi pusat ziarah dan Syiah Iraq yang kuat, konsulat Iran telah hancur menjadi puing ketika diserbu para demonstram pada malamnya. Para demonstran menuduh pihak berwenang Iraq mengkhiatani rakyat demi melindungi Iran.
“Semua polisi anti huru-hara di Najaf dan pasukan keamanan mulai menembaki kami seolah-olah kami telah membakar seluruh Iraq,” seorang demonstran yang menyaksikan pembakaran konsulat mengatakan pada Reuters, meminta agar namanya disamarkan.
Demonstran lain, Ali, menggambarkan serangan terhadap konsulat sebagai “sebuah tindakan berani dan reaksi dari rakyat Iraq. Kami tidak menginginkan orang-orang Iran.”
Tapi dia memperkirakan lebih banyak kekerasan: “Akan ada balasan dari Iran, Saya yakin. Mereka masih di sini dan pasukan keamanan akan terus menembaki kami.”
Sejauh ini, pihak berwenang tidak mundur dalam menangani demonstrasi, menembak mati ratusan demonstran dengan peluru tajam dan gas air mana, sementara mengajukan proposal untuk reformasi politik yang oleh para demonstran anggap sepele.
Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi juga sejauh ini menolak seruan untuk mundur, setelah pertemuan dengan para politisi senior yang dihadiri pula oleh komandan Pasukan Quds dari Garda Revolusi Iran, unit elit yang mengarahkan sekutu-sekutu milisi Syiahnya di luar negeri.
“Syiah ancam Potong Tangan”
Dalam sebuah pernyataan yang mengisyaratkan akan terjadi lebih banyak kekerasan, komandan militer Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), sebuah kelompok payung dari milisi-milisi Syiah bersenjata yang faksi paling kuatnya dekat dengan Iran, menyatakan kerusuhan di Najaf adalah ancaman terhadap badan keulamaan Syiah yang berbasis di kota itu.
Para petempur militer akan menggunakan kekuatan penuh terhadap siapapun yang mengancam ulama Syiah paling senior Iran, Ayatollah Ali al-Sistani, kata komandan Abu Mahdi al-Muhandis dalam sebuah pernyataan yang diposting di situs PMF.
“Kami akan memenggal kepala siapapun yang mencoba mendekati al-Sistani,” katanya.
Fanar Haddad, peneliti senior Institut Timur Tengah di Universitas Nasional Singapura, mengatakan pemerintah dan sekutu paramiliternya dapat menggunakan insiden konsulat untuk membenarkan respon keras yang akan mereka lakukan.
“Itu mengirim pesan kepada Iran, namun juga bekerja sebagai keuntungan untuk orang-orang seperti Muhandis,” katanya. Paramiliter dapat menggunakan insiden konsulat sebagai “dalih untuk menindak tegas dan membingkai apa yang terjadi sebagai ancaman terhadap Sistani”.
Sistani sendiri telah nampak mendukung para demonstran sejak kerusuhan pecah, meminta para politisi untuk memenuhi tuntutan rakyat yaitu reformasi.
Pihak berwenang mendirikan “sel-sel krisis” di beberapa provinsi dalam upayanya memulihkan ketertiban, bunyi sebuah pernyataan militer. Mereka akan dipimpin oleh gubernur-gubernur provinsi serta termasuk para pemimpin militer yang akan bertanggung jawab terhadap pasukan keamanan setempat. Hidayatulalh.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Setidaknya 29 orang terbunuh ketika tentara melepaskan tembakan ke arah para demonstran yang menutup sebuah jembatan di selatan Kota Nassiriya sebelum fajar pada Kamis. Sumber medis mengatakan lusinan orang lainnya terluka.
Empat orang tewas di Baghdad, di mana pasukan keamanan melepaskan tembakan dengan amunisi hidup dan peluru karet terhadap pengunjuk rasa di dekat jembatan di atas sungai Tigris, kata sumber itu, dan dua belas tewas dalam bentrokan di Najaf.
Di Nassiriya, ribuan pelayat turun ke jalan, menentang jam malam untuk menguburkan mayat mereka setelah penembakan massal.
Video para demonstran yang bersorak di malam hari saat kobaran api dari konsulat Iran adalah gambar yang menakjubkan setelah bertahun-tahun di mana pengaruh Syiah Iran di negara-negara Arab telah menjadi faktor penentu dalam politik Timur Tengah.
Di Najaf, sebuah kota yang menjadi pusat ziarah dan Syiah Iraq yang kuat, konsulat Iran telah hancur menjadi puing ketika diserbu para demonstram pada malamnya. Para demonstran menuduh pihak berwenang Iraq mengkhiatani rakyat demi melindungi Iran.
“Semua polisi anti huru-hara di Najaf dan pasukan keamanan mulai menembaki kami seolah-olah kami telah membakar seluruh Iraq,” seorang demonstran yang menyaksikan pembakaran konsulat mengatakan pada Reuters, meminta agar namanya disamarkan.
Demonstran lain, Ali, menggambarkan serangan terhadap konsulat sebagai “sebuah tindakan berani dan reaksi dari rakyat Iraq. Kami tidak menginginkan orang-orang Iran.”
Tapi dia memperkirakan lebih banyak kekerasan: “Akan ada balasan dari Iran, Saya yakin. Mereka masih di sini dan pasukan keamanan akan terus menembaki kami.”
Sejauh ini, pihak berwenang tidak mundur dalam menangani demonstrasi, menembak mati ratusan demonstran dengan peluru tajam dan gas air mana, sementara mengajukan proposal untuk reformasi politik yang oleh para demonstran anggap sepele.
Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi juga sejauh ini menolak seruan untuk mundur, setelah pertemuan dengan para politisi senior yang dihadiri pula oleh komandan Pasukan Quds dari Garda Revolusi Iran, unit elit yang mengarahkan sekutu-sekutu milisi Syiahnya di luar negeri.
“Syiah ancam Potong Tangan”
Dalam sebuah pernyataan yang mengisyaratkan akan terjadi lebih banyak kekerasan, komandan militer Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), sebuah kelompok payung dari milisi-milisi Syiah bersenjata yang faksi paling kuatnya dekat dengan Iran, menyatakan kerusuhan di Najaf adalah ancaman terhadap badan keulamaan Syiah yang berbasis di kota itu.
Para petempur militer akan menggunakan kekuatan penuh terhadap siapapun yang mengancam ulama Syiah paling senior Iran, Ayatollah Ali al-Sistani, kata komandan Abu Mahdi al-Muhandis dalam sebuah pernyataan yang diposting di situs PMF.
“Kami akan memenggal kepala siapapun yang mencoba mendekati al-Sistani,” katanya.
Fanar Haddad, peneliti senior Institut Timur Tengah di Universitas Nasional Singapura, mengatakan pemerintah dan sekutu paramiliternya dapat menggunakan insiden konsulat untuk membenarkan respon keras yang akan mereka lakukan.
“Itu mengirim pesan kepada Iran, namun juga bekerja sebagai keuntungan untuk orang-orang seperti Muhandis,” katanya. Paramiliter dapat menggunakan insiden konsulat sebagai “dalih untuk menindak tegas dan membingkai apa yang terjadi sebagai ancaman terhadap Sistani”.
Sistani sendiri telah nampak mendukung para demonstran sejak kerusuhan pecah, meminta para politisi untuk memenuhi tuntutan rakyat yaitu reformasi.
Pihak berwenang mendirikan “sel-sel krisis” di beberapa provinsi dalam upayanya memulihkan ketertiban, bunyi sebuah pernyataan militer. Mereka akan dipimpin oleh gubernur-gubernur provinsi serta termasuk para pemimpin militer yang akan bertanggung jawab terhadap pasukan keamanan setempat. Hidayatulalh.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: