Breaking News
Loading...

Ceramah di Hari Asyura, Tokoh Syiah ini Keliru Memaknai Pernyataan Soekarno
Syiahindonesia.com, Jakarta – Tokoh Syiah di Indonesia dinilai salah memaknai pernyataan Presiden pertama RI Soekarno mengenai Husein. Pada peringatan Hari Karbala bagi orang Syiah, Abdullah Ba’abud dalam ceramahnya mengklaim bahwa Indonesia terpaut kuat dengan Karbala.

Menurut dia, mantan Presiden Soekarno mendapatkan insipirasi dari Husein. Dia mengatakan, Soekarno pernah berkata bahwa Husein adalah panji berkibar orang yang melawan kezaliman.

“Kita kenal pendiri bangsa ini sang Proklamator, orang yang paling berjasa untuk merdekanya Indonesia. Siapa yang tidak kenal Soekarno, meyakini Soekarno pilar utama dalam berdirinya NKRI yang berpancasila,” katanya di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Senin (9/9).

Ketua Divisi Litbang Aliansi Nasional Anti Syi’ah (ANNAS) Bekasi Raya, Wildan Hasan, menyatakan, Soekarno memang pernah mengatakan itu dalam konteks nilai perjuangan terhadap kedzaliman, yakni penjajahan, ketidakadilan dan sebagainya. Bukan dalam mendukung ajaran tersebut.
“Soekarno tidak pernah terbukti punya simpati terhadap Syiah,” kata Wildan kepada Indonesia Inside, Senin (9/9).

Wildan mengatakan, terbunuhnya Husein Radhiyallahu anhu justru akibat pengkhianatan kaum Syiah Kufah. Artinya, saat mereka memperingati hari wafatnya Husein bukan sedang menangisi wafatnya Husein.

“Tapi justru sedang bergembira atas kewafatannya dengan merayakan Asyura,” kata Wakil Ketua Pemuda Dewan Dakwah ini.

Menurut Wildan, ungkapan Madrasah Karbala melahirkan pemimpin sejati adalah keliru dan tidak berdasar. “Pahlawan sejati apa yang lahir dari menyakiti diri dan keluarga?” katanya.

Wildan juga mengkritik mengenai Risalah Amman yang beredar dan dibacakan di Amman sebagai sebuah khotbah bulan Ramadan oleh Hakim Agung Syeikh Izuddin Al-Tamimi di depan Raja Abdullah II dan beberapa ulama. Pada tahun berikutnya di bulan Juli 2005, sebuah konvensi Islam menghimpun 200 ulama dari lebih 50 negara yang menghasilkan sebuah fatwa dengan 3 pasal (selanjutnya dikenal sebagai ‘3 Pasal dalam Risalah Amman’)

Pengakuan 8 mazhab dan berbagai ilmu mengenai Islam lainnya, yaitu Sunni Hanafi, Sunni Hambali, Sunni Maliki, Sunni Syafi’i, Syiah Ja`fari, Syiah Zaydi, Ibadi, dan Zahiri. Menurut Wildan, saat ini boleh dibilang tidak ada lagi Syiah Ja’fari dan Zaydi.

“Yang ada saat ini di dunia adalah Syiah Iran yakni Syiah Imamiyah atau Itsna Asy’ariah yang sesat,” kata Wildan.

Penyebutan Syiah dalam Risalah tersebut juga bersyarat. Dalam Risalah Amman bunyinya bukan Syiah Ja’fari maupun Zaydi, tapi Madzhab.

‌Artinya, risalah tersebut berkaitan dengan toleransi antar madzhab fiqih. Sesama madzhab fiqih dilarang saling mengkafirkan.

“Jadi semangat Risalah Amman adalah toleransi antar Mazdhab. Bukan pengabsahan bahwa Syiah bagian dari Islam,” ujarnya.

Menurut Wildan, risalah tersebut tidak bisa dipakai sebagai dasar bahwa Syiah secara aqidah sama dengan Sunni sebagai sesama muslim. Dalam Risalah itu juga terdapat point tidak boleh mengafirkan kelompok Muslim Asy’ariyah, Sufi dan Salafi.

“Kelompok Syiah tidak disebut, artinya para ulama sudah sama-sama mengetahui bahwa Syiah di luar Islam,” katanya.  Indonesiainside.id

************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: