Oleh : Zulkarnain El-Madury
Kesibukan Syiah menebar hadits palsu terkait Dinasti
Husainiyah, setelah ketiga khalifa sebelumnya [ Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam, Ali dan Hasan Radhiallahu’anhum], terbilang cukup percaya diri,
hingga menjadi bahan gunjingan dan fitnah, melahirkan sosok sosok Syiah
yang getol meramaikan tulisan hujatan
kepada para sahabat Nabi.
Para Syiah tiada pernah menghnetikan lidahnya melafadzkan
hadit palsu itu sebagai pedang terhunus yang ditujukan pada sunni. Pembenarn
demi pembenaran dilakukan dengan penuh kesombongan bahwa para sahabat telah
melakukan kudeta, sedangkan orang yang paling berhak melanggengkan kedaulatan
imamiyah itu adalah Imam imam Mereka. Hingga memasukkan kepada ruun yang bisa
berdampak kafir kalau tidak dilaksanakan. Imamiyah segalanya bagi syiah.
Ketundukan dan kepatuhan itu dasarnya harus mengakui imam sebagai pemegang
kedaulatan agama Islam. Mirip vatikan tentunya yang menentukan agama Katholik
didunia. Begitulah Syiah menyikapi kepemimpinan dalam Islam, menggunakan sitem
dinasti turun temurun meskipun sangat tidak adil dan terkesan menyakiti
keluarga rasulullah yang lainnya.
Dalam sebuah riwayat dinyatakan, bahwa tidak pernah Rasulullah
mewasiatkan nama nama Imam 12 sebagai Imam yang dilantik oleh Rasulullah. Nama
nama yang disematkan mereka diolah sedemikian rupa guna meyakinkan, bahwa
keyakinan Syiah adalah yang terbenar. Nama nama yang disematakan mereka ini
termasuk sebuah strategi mereka menggiring umat dalam sebuah wilayah pemahaman
yang besar di Persia. Riwayat berikut ini menyuratkan betapa merekaa sangat rakus
dalam mendeklarasikan kerajaan Husainiyah yang tidak benar menurut para
keturunan Ali bin Abi Thalib
Ibnu Sa’d rahimahullah berkata :
Ibnu Sa’d rahimahullah berkata :
أخبرنا شبابة بن سوار قال
أخبرنا فضيل بن مرزوق قال سألت عمر بن علي وحسين بن علي عمي جعفر قلت هل فيكم أهل
البيت إنسان مفترضة طاعته تعرفون له ذلك ومن لم يعرف له ذلك فمات مات ميتة جاهلية
فقالا لا والله ما هذا فينا من قال هذا فينا فهو كذاب قال فقلت لعمر بن علي رحمك
الله إن هذه منزلة تزعمون أنها كانت لعلي إن النبي صلى الله عليه و سلم أوصى إليه
ثم كانت للحسن إن عليا أوصى إليه ثم كانت للحسين إن الحسن أوصى إليه ثم كانت لعلي
بن الحسين إن الحسين أوصى إليه ثم كانت لمحمد بن علي إن عليا أوصى إليه فقال والله
لمات أبي فما أوصى بحرفين قاتلهم الله والله إن هؤلاء إلا متأكلون بنا هذا خنيس
الخرؤ ما خنيس الخرؤ قال قلت المعلى بن خنيس قال نعم المعلى بن خنيس والله لفكرت
على فراشي طويلا أتعجب من قوم لبس الله عقولهم حين أضلهم المعلى بن خنيس
Telah menceritakan kepada kami Syabaabah
bin Sawwaar, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Fudlail bin Marzuuq,
ia berkata : Aku pernah bertanya kepada ‘Umar bin ‘Aliy dan Husain bin ‘Aliy,
paman Ja’far. Aku berkata : “Apakah ada pada kalian Ahlul-Bait, seseorang yang
wajib ditaati, yang kalian akui/ketahui hal itu (kewajiban ditaati) ada padanya.
Dan barangsiapa yang tidak mengetahui/mengakui kewajiban taat kepada orang
tersebut, jika ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyyah ?”. Mereka berdua
berkata : “Tidak, demi Allah. Hal ini tidak ada pada kami. Barangsiapa yang
mengatakan hal ini ada pada kami, maka ia adalah pendusta”. Fudlail bin Marzuuq
berkata : Aku bertanya kepada ‘Umar bin ‘Aliy : “Semoga Allah merahmatimu. (Dan
dikatakan juga), sesungguhnya kedudukan ini (yaitu imamah), kalian
katakan hal itu untuk ‘Aliy, karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah
berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke Al-Hasan karena ‘Aliy telah berwasiat
kepadanya. Kemudian beralih ke Al-Husain, karena Al-Hasan telah berwasiat
kepadanya. Kemudian beralih ke ‘Aliy bin Al-Husain, karena Al-Husain telah
berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke Muhammad bin ‘Aliy, karena ‘Aliy (bin
Al-Husain) telah berwasiat kepadanya”. Maka ia (‘Umar bin ‘Aliy) berkata :
“Demi Allah, sungguh ayahku meninggal tanpa berwasiat apapun. Semoga Allah
memerangi mereka. Demi Allah, sesungguhnya mereka (yang mengatakan hal itu)
hanyalah menjadi beban/menyusahkan kami saja. Ini adalah perbuatan Khunais
Al-Kharu’. Tahukah engkau Khunais Al-Kharru’ ?”. Fudlail berkata : Aku menjawab
: “Al-‘Mu’allaa bin Khunais”. Ia (‘Umar bin ‘Aliy) berkata : “Benar,
Al-Mu’allaa bin Khunais. Demi Allah, sungguh aku telah menghabiskan waktu lama
di atas tempat tidurku memikirkan satu kaum yang Allah kacaukan akal-akal
mereka, yaitu ketika Al-Mu’allaa bin Khunais menyesatkan mereka” [Diriwayatkan
oleh Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat, 5/158].
Keterangan tersebut nyata memberikan jawaban kepada kita
bahwa nama nama yang menjadi legenda Syiah menuhankan Husein dan keturunannya
sebagai pewarsi Dinasti adalah tidak benar.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: