Breaking News
Loading...

5 Tahun Pemberontakan Syiah Houthi di Yaman, Jutaan Rakyat Terancam Meninggal akibat Wabah Kelaparan

Syiahindonesia.com - Sekertaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa Yaman, yang hancur akibat perang saudara, tengah berada di situasi yang sangat bahaya, dimana rakyatnya berada di bawah bayang-bayang wabah kelaparan terburuk dalam sepuluh tahun terakhir.

"Tanpa adanya tindakan cepat, jutaan orang akan meninggal dunia," kata Guterres dikutip Al Jazeera, Rabu (16/12).

Selama lima tahun, konflik antara kelompok pemberontak Houthi, yang mendapat dukungan dari Iran, dengan pihak pemerintah, yang didukung oleh aliansi internasional yang dipimpin oleh Arab Saudi, telah menyebabkan perekonomian negara tersebut hancur serta jutaan orang terpaksa kehilangan tempat tinggal.

Diduga Terlibat Tindak Genosida di Ethiopia, Mahkamah Internasional Diminta Investigasi Kepala WHO

Pernyataan Guterres tersebut muncul usai Amerika Serikat mengancam mem-blackl


ist kelompok Houthi, dan menganggap mereka sebagai bagian dari aliansi Iran. Ancaman AS tersebut tentunya membuat para relawan lembaga bantuan khawatir, sebab hal itu akan membuat aliran bantuan kemanusiaan dari komunitas internasional untuk rakyat Yaman terputus.

Sementara itu, meski tidak menyebutkan secara gamblang, namun Guterres meminta pihak internasional, termasuk AS, untuk sementara waktu tidak mengambil tindakan yang dapat membuat situasi Yaman lebih buruk.

"Saya mendesak semua pihak yang memiliki pengaruh untuk segera bertindak terkait permasalahan ini guna menghindari adanya bencana, dan saya juga meminta semua pihak untuk tidak mengambil tindakan yang dapat membuat situasi yang sudah buruk ini menjadi jauh lebih parah," ujarnya.

Untuk diketahui, koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi melakukan intervensi di dalam konflik Yaman pada 2015 lalu, dengan mendukung pihak pemerintah menghadapi serangan kelompok Houthi. Koalisi tersebut juga mendapat bantuan dari sejumlah negara barat, salah satunya AS.

Sedangankan kelompok Houthi berhasil menguasai ibukota Yaman, Sanaa, dan sebagian besar wilayah utara negara tersebut melalui rangkaian pertempuran yang mengakibatkan terjadinya krisi kemanusiaan terburuk yang pernah tercatat dalam sejarah dunia.

Amerika Serikat sendiri telah menganggap Houthi sebagai kelompok teroris, sehingga banyak negara tentunya akan memiliki masalah dengan AS jika mereka berinteraksi dengan kelompok tersebut.

Dampak sanksi AS tersebut kemungkinan tidak terlalu berpengaruh terhadap kelompok Houthi mengingat mereka masih mendapat dukungan dari Teheran, namun tidak bagi rakyat Yaman, dimana akses mereka terhadap program bantuan menjadi lebih terbatas akibat aliran dana bantuan yang juga terimbas pandemi Covid-19.

Pihak relawan kemanusiaan mengatakan bahwa segala macam kontak dengan pejabat Houthi, termasuk penggunaan sistem perbankan, pembayaran tenaga medis, pembelian bahan makanan dan bahan bakar, serta layanan komunikasi dan internet kemungkinan juga akan terdampak sanksi AS.

Seorang diplomat salah satu negara barat mengatakan bahwa sanksi ataupun tindakan AS dalam memblacklist kelompok Houthi tersebut tidak berkontribusi terhadap progres yang terjadi di dalam konflik Yaman.

"Tampaknya mereka ingin melakukan berbagai cara untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran," kata diplomat yang tidak ingin disebut namanya tersebut.

Sementara itu, pihak PBB sebelumnya juga sudah menyebut situasi yang terjadi di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia, dengan 80 persen rakyatnya saat ini hidup dengan hanya mengandalkan bantuan dari pihak internasional. jitunews.com



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: