Breaking News
Loading...

Takwil Batini, Strategi Syiah dalam Mencari Legitimasi Doktrin Imamah


Syiahindonesia.com -
Selain meyakini kekurangan al-Quran Mushaf Utsmani, Syiah juga memiliki cara menafsirkan dan menakwilkan al-Quran sesuai dengan teologi yang mereka yakini.

Tafsir Syiah bukan tafsir dengan metodologi ilmiah, tapi takwil Batini yang sangat bebas dan sering kali tidak ada kaitannya dengan lafal dan konteks ayatnya. Tafsir atau takwil Batini itu diarahkan untuk mendukung imamah Ali bin Abi Thalib.

Prof. Dr. Muhammad Ibrahim al-‘Asal menulis dalam disertasi beliau berjudul Asy-Syiah Itsna Asyariyah wa Manhajuhum fi Tafsir al-Quran al-Karim bahwa di antara prinsip penafsiran yang dipegang oleh Kaum Syiah adalah mereka berkeyakinan bahwa Al-Quran mempunyai makna tersirat (batin) dan makna tersurat (zahir). Bahkan mereka meyakini bahwa setiap ayat memiliki tujuh hingga tujuh puluh tujuh makna tersirat (batin).

Mereka bersepakat bahwa siapa yang mengingkari makna tersirat ini, maka hukumnya kafir sebagaimana orang yang mengingkari makna tersurat (zahir) dari al-Quran.

Akar metode tafsir makna batin ini dapat ditelusuri jejaknya dari upaya Abdullah bin Saba’ untuk  mencari sandaran al-Quran dalam mendukung kepercayaannya tentang raj’ah (reinkarnasi) dengan melakukan penafsiran kebatinan.

Yaitu perkataannya bahwa sungguh mengherankan orang percaya Isa akan kembali ke dunia tapi tidak percaya Muhammad akan kembali. Ia menyitir firman Allah dalam surah al-Qashash ayat 85, padahal yang dimaksud dengan “kembali” dalam ayat tersebut adalah “kembali menguasai Makkah”.

Kemudian para tokoh Syiah setelah itu, banyak yang membuat tafsiran Al-Quran dengan metode takwil Batini ini. Seperti menakwilkan makna Allah menjadi makna imam, dalam firman Allah,

وَقَالَ اللّٰهُ لَا تَتَّخِذُوْٓا اِلٰهَيْنِ اثْنَيْنِۚ اِنَّمَا هُوَ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَاِيَّايَ فَارْهَبُوْنِ

“Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut.” (QS. An-Nahl: 51)

Ditafsirkan oleh mufasir Syiah, Abu Abdillah, bahwa yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah jangan angkat dua imam karena imam itu hanya satu saja. (Tafsir al-Burhan, 2/373)

Selain itu al-Qummi, mufasir Syiah, mengarahkan makna “orang kafir” dalam surah al-Furqan ayat 55 kepada Umar bin al-Khathab.

Ayat tersebut berbunyi:

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُهُمْ وَلَا يَضُرُّهُمْ وَكَانَ الْكَافِرُ عَلَى رَبِّهِ ظَهِيرًا

“Mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepada mereka. Orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya.” (QS. Al-Furqan: 55)

Lafal “orang kafir” dalam ayat ini menurut al-Qummi adalah “si orang kedua’ yaitu Khalifah Umar bin al-Khathab yang dahulu dianggap pernah menolong orang untuk berbuat durhaka kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib.

Masih banyak lagi ayat-ayat yang maknanya diselewengkan oleh Syiah untuk tujuan menguatkan doktrin imamah. dakwah.id

Baca juga:

Takwil Batini, Cara ‘Nyeleneh’ Syiah Mengakali Tafsir Al-Quran

Bagi Syiah, Al-Quran Utsmani yang Beredar Saat Ini adalah Palsu

Takwil Batini, Strategi Syiah dalam Mencari Legitimasi Doktrin Imamah

Mengkritisi Metode Takwil Batini ala Syiah



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: