Breaking News
Loading...

Gerakan Protes Irak Terpecah Usai Sikap Politik Moqtada Sadr Berubah
Syiahindonesia.com, Baghdad – Para pengamat menilai bahwa gerakan protes di ibukota Irak dan selatan mulai terpecah belah, antara mendukung Perdana Menteri yang ditunjuk, Mohammad Allawi atau tidak.

Pencalonan Allawi pada 1 Februari sejauh ini gagal memadamkan gerakan demonstrasi berbulan-bulan di Baghdad dan selatan yang sebagian besar Syiah. Para pemuda menuntut perombakan pemerintah.

Sebagian besar pengunjuk rasa muda telah menolak Allawi karena terlalu dekat dengan elit yang berkuasa. Tetapi wokoh Syiah Moqtada al-Sadr, yang pernah mendukung demonstrasi, menyambut pengangkatannya pada hari Sabtu.

Namun, Sadr mendesak para pengikutnya untuk tetap berada di jalanan, untuk menciptakan keretakan di dalam aksi protes.

Pada Ahad malam, demonstran anti-pemerintah yang menentang pencalonan Allawi mulai mengelompokkan tenda mereka lebih dekat di Lapangan Tahrir Baghdad.

“Mereka terpecah menjadi dua bagian sekarang, dan ada banyak orang di kedua sisi. Saya khawatir akan ada bentrokan,” kata seorang pemrotes lama di Tahrir kepada AFP.

Sebelumnya, lusinan Sadrist (sebutan untuk para pendukung Sadr) telah menyerbu sebuah bangunan penting di Tahrir yang telah diduduki selama berbulan-bulan oleh para pemrotes, mengusir para aktivis dan menghapus spanduk yang berisi daftar tuntutan mereka.

Di kota pelabuhan selatan Basra yang kaya minyak, mahasiswa memindahkan tenda mereka semalaman untuk menjauh dari mereka yang diduduki oleh pendukung Sadr.

“Jika Sadrist datang ke alun-alun protes, jangan melakukan kontak dengan mereka, jangan membuat masalah,” teriak seorang penyelenggara di sana melalui pengeras suara.

Sadr, seorang tokoh Syiah 45 tahun memiliki pengaruh di seluruh Baghdad. Dia mendukung protes ketika pertama kali pecah pada bulan Oktober. Sejak itu ia mulai mempertimbangkan dukungannya terhadap aksi demo.

Setelah mendesak para pendukungnya kembali ke jalan-jalan pada hari Jumat, ia mendukung Allawi dan mengutuk aksi pemblokiran siswa dan penutupan jalan – dua taktik utama yang digunakan oleh sebagian besar pengunjuk rasa.

Pada hari Senin, Sadrist -yang memiliki tanda topi biru- dikerahkan di sekitar sekolah dan kantor pemerintah di Kut dan Hillah, di selatan ibukota, untuk memastikan dibukanya kembali setelah berminggu-minggu penutupan intermittent karena demonstrasi.

Aktivis Raad al-Ghazi mengatakan kepada Asharq Al-Awsat bahwa tindakan pendukung Sadr “mencurigakan”. Dia mencium niat jahat terhadap gerakan protes sejak hari pertama.

“Masalah dengan gerakan Sadr dan pemimpinnya adalah bahwa mereka ingin menjadi bagian dari otoritas yang berkuasa dan oposisi sekaligus. Ini tidak mungkin,” katanya.

“Mereka juga belum menyadari perubahan mendalam dalam kesadaran pemuda setelah Oktober. Para pemuda saat ini adalah pemimpin mereka sendiri dan mereka tidak akan menerima kepemimpinan dari pihak mana pun,” tambahnya. Kiblat.net

************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: