Breaking News
Loading...

Dokumen Bocor, Ungkap Dominasi Iran di Irak
Syiahindonesia.com, Baghdad – Ratusan laporan intelijen Iran yang bocor mengungkapkan sejauh mana pengaruh negera itu di Irak. Pada Senin (30/12/2019), The Intercept dan The New York Times melaporkan bahwa Iran berupaya untuk memasukkan misinya ke dalam politik dan urusan Irak.

Laporan didasarkan pada 700 halaman yang terverifikasi dan ditulis terutama pada tahun 2014 dan 2015 oleh Kementerian Intelijen dan Keamanan Iran. Laporan tersebut dikirim ke The Intercept secara anonim. Intercept kemudian berbagi dokumen dengan NY Times.

Vanessa Gezari dari The Intercept mengaku menerima dokumen dari sumber yang tidak diketahui “Kami masih tidak tahu dari siapa mereka berasal,” ujarnya.

Sumber itu mengatakan mereka ingin memberi tahu dunia apa yang dilakukan Iran di negara Irak.

Meski berusia lebih dari empat tahun, dokumen-dokumen itu menunjukkan gambaran terperinci tentang seberapa agresif Iran dalam menanamkan dirinya ke dalam urusan Irak, dan tentang peran unik Jenderal Soleimani.

Soleimani adalah komandan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran. Dia dalam beberapa pekan terakhir memimpin pertemuan di ibukota Irak, Baghdad, dan kota Najaf di selatan sebagai upaya membujuk partai-partai politik untuk menutup peringkat di sekitar Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi.

Abdul Mahdi berada di bawah tekanan kuat karena protes anti-pemerintah yang mematikan, yang meletus pada awal Oktober sebagai akibat dari kemarahan yang meluas atas tindak korupsi, pengangguran massal dan kegagalan layanan publik.

Sentimen anti-Iran telah menjadi fitur dari beberapa aksi unjuk rasa. Banyak pengunjuk rasa menganggap para pemimpin Irak tunduk pada Teheran atau Washington – kekuatan yang mereka percaya lebih mementingkan pengaruh regional daripada kebutuhan rakyat Irak.

Dalam dokumen, Abdul Mahdi digambarkan memiliki “hubungan khusus” dengan Iran ketika ia menjadi menteri perminyakan Irak pada 2014.

Laporan tersebut juga menyebut mantan Perdana Menteri Haider al-Abadi dan Ibrahim al-Jafari serta mantan ketua parlemen Salim al-Jabouri sebagai politisi yang memiliki hubungan dekat dengan Iran.

Menurut NY Times, Iran dapat memperoleh lebih banyak akses setelah penarikan pasukan Amerika Serikat dari Irak pada 2011. Hal ini membuat Badan Intelijen Pusat Irak “menganggur”.

“Mereka kemudian beralih ke Iran, menawarkan informasi tentang operasi CIA di Irak dengan imbalan uang,” kata laporan itu.

Tidak ada komentar langsung dari kantor perdana menteri, atau pejabat Irak lainnya mengenai kebocoran tersebut. Otoritas Iran, yang menghadapi protes yang dipicu oleh kenaikan harga BBM juga belum mengomentari perkembangan tersebut. kiblat.net

************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: