Breaking News
Loading...

Syiah dan Cara Mereka Mengaburkan Sejarah Perang Jamal dan Shiffin

Syiahindonesia.com - Salah satu metode yang digunakan oleh kelompok Syiah untuk menyesatkan umat Islam adalah dengan mengaburkan fakta sejarah, terutama peristiwa besar seperti Perang Jamal dan Perang Shiffin. Dua peristiwa ini merupakan bagian penting dari sejarah Islam, yang dalam pandangan Ahlus Sunnah wal Jamaah dijelaskan dengan jujur, berimbang, dan objektif. Namun dalam narasi Syiah, kedua perang tersebut dijadikan alat propaganda untuk membangun doktrin kebencian terhadap sahabat Nabi ﷺ serta mengokohkan konsep imamah yang mereka buat sendiri.

Artikel ini mengurai dengan rinci bagaimana Syiah melakukan manipulasi sejarah, apa motivasi mereka, dan bagaimana umat Islam seharusnya menyikapi penyelewengan tersebut.


1. Perang Jamal dan Shiffin: Fakta Sejarah Menurut Ahlus Sunnah

Dalam perspektif Sunni, baik Perang Jamal maupun Shiffin terjadi bukan karena para sahabat ingin merebut kekuasaan, tetapi karena ijtihad politik yang berbeda dalam menghadapi fitnah besar setelah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Para sahabat memiliki niat baik, berpegang pada dalil, dan tidak ada satu pun yang dimotivasi oleh permusuhan pribadi.

Dalil yang menunjukkan kemuliaan para sahabat:

Allah berfirman:

﴿ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ﴾
“Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya adalah keras terhadap orang kafir namun berkasih sayang sesama mereka.” (QS. Al-Fath: 29)

Ayat ini menunjukkan keadilan dan kemuliaan seluruh sahabat, bukan sebagian sebagaimana klaim Syiah.


2. Bagaimana Syiah Mengaburkan Sejarah Perang Jamal

A. Menuduh Aisyah sebagai pemberontak

Dalam literatur Syiah, Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha dituduh sebagai pemberontak dan penyebab fitnah. Ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang memuliakan istri-istri Rasul ﷺ.

Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

« فَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ »
“Keutamaan Aisyah di atas seluruh wanita seperti keutamaan tsarid atas semua makanan.” (HR. Bukhari)

Syiah menghapus hadis-hadis seperti ini dari diskusi sejarah untuk memuluskan kebenciannya terhadap Aisyah.

B. Menghilangkan fakta rekonsiliasi

Dalam riwayat Sunni, setelah Perang Jamal, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu:

  • menghormati Aisyah

  • mengantarnya pulang ke Madinah

  • melarang siapa pun menjelekkan beliau

Namun Syiah menyembunyikan fakta ini karena merusak narasi bahwa Ali “dimusuhi” sahabat lainnya.

C. Membangun mitos bahwa para sahabat haus kekuasaan

Syiah menanamkan akidah bahwa sahabat-sahabat senior seperti Thalhah dan Zubair “berkhianat” demi jabatan. Padahal kedua sahabat adalah peserta Bai’atur Ridwan yang dipuji Allah:

﴿ لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ ﴾
“Sungguh Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berbaiat kepadamu di bawah pohon.” (QS. Al-Fath: 18)

Syiah tidak pernah menampilkan ayat ini saat membahas peristiwa Jamal.


3. Penyelewengan Syiah terhadap Sejarah Perang Shiffin

A. Menyalahkan Muawiyah sepenuhnya

Syiah selalu menuduh bahwa Muawiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu adalah dalang kezaliman. Padahal perbedaan antara Ali dan Muawiyah adalah perbedaan ijtihad:

  • Ali ingin menyelesaikan stabilitas pemerintahan dahulu

  • Muawiyah menuntut qishash pembunuh Utsman terlebih dahulu

Keduanya berniat baik, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ahmad, Ibn Taimiyah, dan para ulama salaf.

B. Melebih-lebihkan peran “tangan-tangan ghaib”

Syiah memaksakan narasi bahwa ada kekuatan supranatural yang memihak Ali, bahkan mengklaim adanya mukjizat-mukjizat palsu yang tidak pernah disebut dalam kitab hadis sahih.

C. Menjadikan Shiffin sebagai dasar klaim imamah

Syiah menggunakan Perang Shiffin untuk menegaskan bahwa:

  • Ali adalah “imam maksum”

  • siapa pun yang menentangnya adalah kafir

Padahal tidak ada ayat dan hadis yang mendukung doktrin imamah versi Syiah.


4. Metode Syiah dalam Mengaburkan Sejarah

1. Menyeleksi hadis sesuai kepentingan

Hadis-hadis tentang keutamaan sahabat dihapus, sementara hadis palsu—seperti “Ali adalah pintu ilmu seluruh umat”—ditonjolkan.

2. Menambahkan narasi emosional

Syiah menggunakan gaya penceritaan penuh drama untuk menciptakan kesan bahwa sahabat-sahabat memusuhi Ali secara sengaja.

3. Menggunakan drama, film, dan ceramah provokatif

Serial-serial Syiah mengganti fakta dengan adegan fiksi. Sayangnya, banyak orang awam terkecoh.

4. Menyisipkan fitnah berantai

Mereka mengajarkan bahwa para sahabat melakukan makar politik, padahal Islam justru memuliakan mereka.


5. Sikap Ahlus Sunnah terhadap Peristiwa Jamal dan Shiffin

Ahlus Sunnah memandang:

  • para sahabat adalah mujtahid yang berusaha mencari kebenaran

  • yang benar mendapat dua pahala

  • yang salah mendapat satu pahala

  • tidak boleh mencela mereka

Rasulullah ﷺ bersabda:

« لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي »
“Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku.” (HR. Bukhari)

Ini adalah prinsip dasar yang ditinggalkan oleh Syiah.


6. Bahaya Narasi Sejarah Versi Syiah

Manipulasi sejarah oleh Syiah menimbulkan:

  • kebencian terhadap sahabat

  • perpecahan internal umat Islam

  • kekacauan pemahaman sejarah Islam

  • dasar ideologis bagi doktrin imamah sesat

  • pembenaran bagi sikap permusuhan terhadap Sunni

Akhirnya umat terpecah dan fitnah semakin menyebar.


Kesimpulan

Syiah sengaja mengaburkan sejarah Perang Jamal dan Shiffin demi:

  • membenarkan doktrin imamah

  • menanamkan kebencian terhadap sahabat

  • merusak citra Ahlus Sunnah

  • menyebarkan propaganda ideologis

Umat Islam wajib berpegang pada sumber sejarah yang sahih, mendahulukan para ulama terpercaya, dan waspada terhadap narasi Syiah yang dipenuhi kebohongan.

Semoga Allah menjaga umat ini dari kesesatan dan fitnah.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: