Breaking News
Loading...

Syiah dan Penyimpangan dalam Konsep Keadilan Tuhan


Syiahindonesia.com –
Salah satu ajaran pokok yang sering dibanggakan oleh kaum Syiah adalah konsep “al-‘Adl” (العدل) atau keadilan Tuhan. Mereka mengklaim bahwa hanya Syiah yang benar-benar memahami makna keadilan Allah ﷻ. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, konsep keadilan dalam ajaran Syiah ternyata menyimpang dari pemahaman Islam yang sebenarnya sebagaimana dijelaskan oleh Ahlus Sunnah wal Jamaah.


1. Klaim Syiah tentang Keadilan Tuhan

Dalam teologi Syiah, “al-‘Adl” termasuk dalam lima prinsip utama agama (ushuluddin) mereka, yaitu:

  1. At-Tauhid (keesaan Tuhan)

  2. Al-‘Adl (keadilan Tuhan)

  3. An-Nubuwwah (kenabian)

  4. Al-Imamah (kepemimpinan imam)

  5. Al-Ma‘ad (hari kebangkitan)

Namun, penafsiran mereka terhadap al-‘Adl justru mengandung penyimpangan besar. Mereka menuduh bahwa kaum Sunni “menafikan keadilan Allah” hanya karena meyakini qadha dan qadar berasal sepenuhnya dari kehendak Allah. Padahal, dalam Islam, keadilan Allah tidak bertentangan dengan kehendak-Nya yang mutlak atas segala sesuatu.


2. Pemikiran Mu’tazilah yang Diwarisi Syiah

Syiah banyak mengadopsi pemikiran dari sekte Mu’tazilah, yang menilai bahwa manusia menciptakan perbuatannya sendiri agar Allah tidak dianggap zalim. Dalam pandangan Syiah, jika Allah menciptakan semua perbuatan, termasuk dosa, maka itu berarti Allah “tidak adil”.

Pandangan ini jelas menolak ayat-ayat Al-Qur’an yang menegaskan kekuasaan mutlak Allah atas makhluk-Nya, seperti firman Allah:

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ
“Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu.”
(QS. Az-Zumar: 62)

Syiah menolak makna ayat ini secara hakiki dan menafsirkannya dengan logika akal manusia yang terbatas, bukan dengan dalil-dalil yang sahih.


3. Konsep Keadilan yang Menyimpang

Syiah menganggap bahwa Allah wajib berbuat adil dan tidak boleh melakukan sesuatu yang menurut akal mereka dianggap “tidak pantas”. Dengan kata lain, mereka membatasi Allah dengan standar keadilan buatan manusia.

Padahal dalam Islam, Allah ﷻ tidak ditundukkan oleh makhluk-Nya, dan semua perbuatan Allah adalah adil, meskipun manusia tidak selalu memahaminya. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak menzalimi siapa pun sebesar zarrah pun.”
(HR. Muslim)

Ahlus Sunnah memahami bahwa segala kehendak Allah pasti adil, sementara Syiah menjadikan akal mereka sebagai ukuran keadilan, bukan wahyu.


4. Konsekuensi dari Penyimpangan Ini

Karena memahami keadilan dengan akal, Syiah akhirnya menolak banyak hal yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Contohnya:

  • Mereka menolak takdir Allah yang mutlak.

  • Mereka menganggap bahwa orang fasik dari kalangan Syiah tetap akan masuk surga, karena “Allah adil” menurut standar mereka.

  • Mereka menuduh Allah “tidak adil” jika mengizinkan Abu Bakar, Umar, dan Utsman menjadi khalifah, karena menurut mereka, keadilan hanya berpihak pada Ali.

Padahal, ini menunjukkan arogansi terhadap kehendak Allah. Mereka tidak menyadari bahwa Allah-lah yang Maha Mengetahui siapa yang layak memimpin dan siapa yang paling bertakwa.


5. Pandangan Ahlus Sunnah tentang Keadilan Allah

Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa:

  • Allah Maha Adil dan tidak ada kezaliman dalam keputusan-Nya.

  • Segala sesuatu terjadi karena ilmu, kehendak, dan kekuasaan Allah.

  • Keadilan Allah tidak bisa diukur dengan akal manusia.

Allah ﷻ berfirman:

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ
“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanya.”
(QS. Al-Anbiya: 23)

Ayat ini menegaskan bahwa keadilan Allah tidak perlu “dipertanggungjawabkan” kepada akal manusia, karena Dialah Pencipta hukum, bukan yang diadili oleh hukum.


6. Kesimpulan

Konsep “keadilan Tuhan” dalam ajaran Syiah adalah penyimpangan yang dibungkus dengan logika rasional. Mereka berusaha menilai perbuatan Allah dengan ukuran manusia, bukan dengan wahyu. Akibatnya, mereka tergelincir ke dalam pemikiran yang menolak takdir, mengubah makna keadilan, dan bahkan menyalahkan keputusan Allah dalam sejarah umat Islam.

Sementara itu, Ahlus Sunnah wal Jamaah beriman bahwa Allah Maha Adil, Maha Bijaksana, dan segala kehendak-Nya adalah bentuk keadilan yang sempurna, meski terkadang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia.


(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: