Syiahindonesia.com — Salah satu penyimpangan mendasar dalam ajaran Syiah yang jarang disadari umat adalah konsep dosa dan ampunan yang sangat berbeda dengan ajaran Islam sebenarnya. Dalam akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dosa diukur berdasarkan ketaatan dan kemaksiatan kepada Allah, sedangkan dalam Syiah, dosa dan pahala sering kali dikaitkan dengan loyalitas kepada para imam dan kebencian terhadap musuh-musuh mereka.
Penyimpangan ini bukan hanya persoalan teologis, tetapi juga menyangkut akhlak dan keselamatan iman umat Islam, karena ia menyelewengkan makna taubat, pahala, dan dosa besar sebagaimana diajarkan oleh Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah ﷺ.
1. Dosa dalam Islam: Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah
Dalam Islam yang murni, dosa adalah pelanggaran terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.
Allah ﷻ berfirman:
وَمَن يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَّحِيمًا
“Barang siapa mengerjakan kejahatan atau menzalimi dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. An-Nisa: 110)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
“Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”
(HR. Tirmidzi, hasan shahih)
Dengan demikian, taubat dan ampunan hanya datang dari Allah, tanpa perantara imam atau manusia manapun.
2. Dosa dalam Syiah: Diukur dari Cinta dan Benci terhadap Imam
Dalam banyak kitab Syiah klasik seperti Al-Kafi karya Al-Kulaini dan Bihar al-Anwar karya Al-Majlisi, disebutkan bahwa dosa terbesar bukanlah meninggalkan shalat atau berzina, tetapi tidak mencintai Ahlul Bait dan tidak meyakini imamah.
Mereka berkeyakinan bahwa siapa pun yang:
-
Mencintai para imam Syiah, maka dosanya akan diampuni walau sebanyak buih di lautan,
-
Menolak keimaman Ali atau keturunannya, maka ia kafir dan kekal di neraka.
Salah satu riwayat dalam kitab Bihar al-Anwar menyebutkan:
“Cinta kepada Ali menghapus semua dosa, sebagaimana angin meniup daun-daun yang gugur.”
Padahal, tidak ada satu pun dalil dalam Al-Qur’an atau hadits shahih yang menyatakan bahwa cinta kepada seseorang — selain Nabi ﷺ — dapat menghapus seluruh dosa.
3. Syiah Menjadikan Imam sebagai Pengampun Dosa
Dalam ajaran Syiah, para imam dianggap memiliki wewenang ilahi untuk menghapus dosa, bahkan ada yang meyakini bahwa ziarah ke makam imam bisa menggugurkan semua kesalahan.
Contohnya, dalam Man La Yahduruhu al-Faqih, disebutkan:
“Barang siapa berziarah ke kubur Husain pada hari Arafah, maka dosanya diampuni semuanya.”
Ajaran ini jelas bertentangan dengan prinsip tauhid, sebab ampunan hanya milik Allah ﷻ.
Allah berfirman:
وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ
“Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah?”
(QS. Ali Imran: 135)
Dengan menjadikan imam sebagai pemberi ampunan, Syiah telah menyerahkan hak Allah kepada makhluk, yang termasuk syirik besar jika diyakini secara mutlak.
4. Konsep “Wilayah” Sebagai Penentu Surga dan Neraka
Dalam Syiah, seseorang tidak akan masuk surga meskipun banyak amal baiknya, kecuali jika memiliki wilayah (kesetiaan) kepada Ali dan para imam. Sebaliknya, orang yang membenci musuh Ahlul Bait dianggap otomatis masuk surga, meski hidupnya penuh dosa.
Konsep ini jelas bertentangan dengan Islam, karena Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang amalnya lambat, nasabnya tidak akan mempercepatnya (ke surga).”
(HR. Muslim)
Islam tidak mengenal sistem “surga karena kelompok”, tetapi surga karena iman dan amal saleh yang tulus.
5. Akibat dari Konsep Dosa yang Menyimpang
Paham seperti ini menimbulkan akibat berbahaya:
-
Meremehkan dosa-dosa besar seperti zina, riba, dan minum khamr, karena dianggap bisa dihapus hanya dengan cinta kepada imam.
-
Menumbuhkan kesombongan spiritual, karena merasa pasti selamat tanpa taubat kepada Allah.
-
Menjauhkan manusia dari tauhid, sebab mereka bergantung pada makhluk dalam urusan dosa.
Inilah yang membuat ajaran Syiah menjadi racun akidah — menutup jalan taubat yang benar dan membuka pintu kesesatan dengan mengkultuskan manusia.
6. Pandangan Ulama Sunni tentang Penyimpangan Ini
Para ulama Ahlus Sunnah seperti Ibn Taimiyyah, Al-Baghdadi, dan Asy-Syahrastani menegaskan bahwa ajaran semacam ini adalah penyelewengan terhadap tauhid dan keadilan Allah.
Ibn Taimiyyah berkata dalam Minhaj as-Sunnah:
“Syiah menisbatkan kepada para imam sifat yang tidak layak bagi manusia, seakan-akan mereka memiliki hak Allah dalam memberi ampunan dan menghapus dosa. Ini adalah bentuk syirik yang nyata.”
7. Kesimpulan
✅ Konsep dosa dalam Syiah bertentangan dengan Islam, karena:
-
Menganggap cinta kepada imam bisa menghapus semua dosa.
-
Mengklaim bahwa imam memiliki kekuasaan memberi ampunan.
-
Menjadikan loyalitas kelompok sebagai ukuran keselamatan akhirat.
Padahal, Islam mengajarkan bahwa dosa hanya dihapus dengan taubat kepada Allah, dan ampunan hanya dari-Nya semata, bukan dari imam, guru, atau makhluk mana pun.
Allah ﷻ menegaskan:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
“Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”
(QS. Az-Zumar: 53)
Jadi, siapa pun yang meyakini imam atau manusia bisa menghapus dosa tanpa izin Allah, ia telah menyeleweng dari ajaran tauhid yang murni.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: