Syiahindonesia.com – Salah satu perbedaan paling mendasar antara Syiah dan Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah dalam hal kepemimpinan umat setelah wafatnya Rasulullah ﷺ. Kaum Syiah menjadikan konsep imamah (kepemimpinan spiritual dan politik) sebagai rukun agama yang bahkan lebih penting daripada kenabian. Mereka meyakini bahwa tidak sah iman seseorang tanpa meyakini imamah para imam dari keturunan Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه.
Padahal, ajaran ini tidak memiliki dasar yang sahih dari Al-Qur’an maupun sunnah, dan justru menjadi akar perpecahan dalam sejarah umat Islam.
1. Imamah dalam Pandangan Syiah
Bagi Syiah, imamah bukan sekadar kepemimpinan politik, tetapi doktrin akidah yang menentukan keselamatan akhirat. Mereka meyakini bahwa:
- Para imam ditunjuk langsung oleh Allah sebagaimana para nabi.
- Imam bersifat maksum (terjaga dari dosa) dan memiliki ilmu ghaib.
- Imam menjadi perantara antara Allah dan manusia.
- Tidak ada agama tanpa imam.
Dalam kitab al-Kafi (kitab utama Syiah), disebutkan:
“Barang siapa tidak mengenal imam zamannya, maka ia mati dalam keadaan kafir.”
(al-Kafi, jilid 1, hal. 377)
Padahal, hadis palsu semacam ini tidak pernah diriwayatkan dalam sumber-sumber hadis Ahlus Sunnah.
2. Dalil Palsu dan Tafsir yang Dipelintir
Syiah sering menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an untuk membenarkan doktrin imamah, padahal konteksnya sama sekali tidak berkaitan. Misalnya:
a. QS. Al-Ma’idah: 55
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَهُمْ رَٰكِعُونَ
“Sesungguhnya wali kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman yang menegakkan salat dan menunaikan zakat sambil ruku.”
Syiah menafsirkan ayat ini khusus untuk Ali bin Abi Thalib, padahal ayat tersebut berbicara tentang sifat umum kaum mukminin, bukan penunjukan khusus terhadap satu orang.
b. QS. Al-Baqarah: 124
إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًۭا
“Sesungguhnya Aku menjadikanmu (Ibrahim) sebagai imam bagi manusia.”
Ayat ini mereka jadikan dalil bahwa “imamah adalah ketetapan Allah”. Padahal konteksnya adalah kepemimpinan kenabian Ibrahim, bukan sistem suksesi keturunan seperti yang mereka terapkan kepada imam dua belas.
3. Mengapa Syiah Memaksakan Konsep Ini?
Ada beberapa alasan mengapa Syiah sangat memaksakan doktrin imamah:
a. Alat untuk Mengontrol Pengikut
Dengan menjadikan imam sebagai sosok maksum dan tidak boleh dikritik, para pemimpin Syiah mendapatkan kekuasaan absolut atas umatnya. Mereka menanamkan keyakinan bahwa ketaatan kepada imam sama dengan ketaatan kepada Allah.
b. Legitimasi Politik dan Keturunan
Sejak awal, Syiah dibangun atas klaim bahwa hanya keturunan Ali dan Fatimah yang berhak memimpin umat. Ini bukan ajaran agama, tetapi politik dinasti yang dibungkus dengan istilah teologis.
c. Membangun Loyalitas Buta
Dengan doktrin bahwa keselamatan tergantung pada pengakuan imam, Syiah menanamkan ketakutan spiritual pada pengikutnya agar tidak keluar dari mazhab mereka.
4. Bertentangan dengan Prinsip Islam
Islam mengajarkan bahwa kepemimpinan dalam umat ditentukan melalui musyawarah dan kemampuan, bukan warisan keturunan atau penunjukan ghaib.
Allah ﷻ berfirman:
وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ
“Urusan mereka (umat Islam) diputuskan dengan musyawarah di antara mereka.”
(QS. Asy-Syura: 38)
Rasulullah ﷺ juga tidak pernah menunjuk penerus secara eksplisit. Beliau hanya memberikan isyarat umum kepada sahabat-sahabat terbaiknya — dan umat pun berijmak (sepakat) memilih Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama.
5. Akibat dari Pemaksaan Konsep Imamah
- Perpecahan Umat Islam, karena Syiah menganggap semua Muslim yang tidak mengakui imam mereka adalah kafir.
- Kebid‘ahan Teologis, karena mengangkat manusia biasa ke posisi suci dan tidak mungkin salah.
- Penyimpangan dari Tauhid, karena menjadikan imam sebagai perantara yang wajib ditaati tanpa syarat.
Kesimpulan
Konsep imamah dalam Syiah bukanlah ajaran Islam yang sejati, melainkan hasil rekayasa politik yang diselimuti dogma agama. Mereka memaksakannya karena dengan itu mereka bisa mengontrol pengikut, melegitimasi kekuasaan keturunan tertentu, dan menanamkan fanatisme yang menghalangi kebenaran.
Islam yang murni tidak mengenal imam maksum, sebab satu-satunya yang maksum hanyalah Rasulullah ﷺ.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: