Presiden Suriah Ahmad Asy-Syaraa menegaskan bahwa negeri itu memasuki “era baru” pasca tumbangnya rezim Bashar al-Assad, dan akan merumuskan strategi baru dalam hubungannya dengan Amerika Serikat.
Dalam wawancara eksklusif yang disiarkan jaringan Fox News pada dini hari Selasa, Asy-Syaraa menyebut bahwa Suriah selama enam dekade terakhir berada dalam isolasi internasional serta mengalami “putus hubungan total dengan Amerika Serikat”.
Terkait kemungkinan pembicaraan damai dengan “Israel”, Asy-Syaraa menegaskan bahwa Damaskus tidak akan memasuki negosiasi dalam waktu dekat. Ia menjelaskan bahwa “situasi Suriah berbeda dengan negara-negara yang menandatangani Perjanjian Abraham; kami memiliki perbatasan langsung dengan ‘Israel’, dan mereka masih mengokupasi dataran tinggi Jolan. Tidak mungkin kami masuk ke negosiasi langsung saat ini.”
Meski demikian, ia tidak menutup kemungkinan adanya peran Washington. “Barangkali administrasi Presiden Donald Trump dapat membantu membuka jalan menuju jenis negosiasi seperti itu,” ujarnya.
Dalam wawancara yang sama, Asy-Syaraa juga mengonfirmasi bahwa ia tetap menjalin komunikasi dengan ibu dari jurnalis Amerika yang hilang di Suriah, Austin Tice. Ia menegaskan komitmennya untuk melakukan segala upaya demi menemukan informasi terkait Tice dan para warga asing lainnya yang masih hilang.
Sehari sebelumnya, Asy-Syaraa mengadakan pertemuan bersejarah dengan Presiden Trump di Gedung Putih. Usai pertemuan, Trump mengatakan kepada para jurnalis bahwa ia “mengharapkan Suriah bangkit dan berhasil” setelah lebih dari satu dekade perang, dan menilai Asy-Syaraa “mampu mencapai hal itu.”
Kunjungan tersebut menjadi momen pertama kalinya seorang presiden Suriah menginjakkan kaki di Gedung Putih sejak berdirinya negara Suriah pada 1940-an.
(Samirmusa/arrahmah.id)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: