Breaking News
Loading...

Mengapa Syiah Mengutamakan Akidah Politik daripada Akidah Islam?


Syiahindonesia.com
– Salah satu ciri paling mencolok dalam ajaran Syiah adalah bagaimana mereka lebih menekankan akidah politik dibandingkan dengan akidah Islam yang murni. Dalam Islam, akidah adalah pondasi keimanan: beriman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan takdir baik-buruk. Namun, dalam Syiah, pilar utama akidah mereka justru bukan rukun iman tersebut, melainkan konsep politik yang disebut imamah.


1. Imamah sebagai Rukun Agama Versi Syiah

Syiah menetapkan imamah (kepemimpinan politik dan spiritual oleh Ali dan keturunannya) sebagai rukun agama terpenting. Bahkan, dalam kitab-kitab Syiah disebutkan bahwa “barangsiapa tidak beriman pada imamah, maka ia bukan Muslim sejati.”

Ini jelas berbeda dengan Islam yang diajarkan Rasulullah ﷺ. Beliau bersabda:

بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالْحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
"Islam dibangun atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadhan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak ada satu pun hadits shahih yang menempatkan imamah sebagai rukun Islam atau rukun iman.


2. Menjadikan Politik di Atas Ibadah

Bagi Syiah, politik lebih utama daripada ibadah. Mereka menganggap shalat, zakat, bahkan haji tidak bernilai bila tidak meyakini imamah. Dalam literatur Syiah disebutkan bahwa imamah lebih tinggi derajatnya daripada nubuwwah (kenabian).

Padahal, dalam Islam, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah hal yang paling utama. Politik hanyalah bagian dari muamalah, bukan pondasi agama.


3. Mengkafirkan Umat Islam yang Tidak Mengakui Imamah

Syiah menjadikan akidah politik sebagai alat untuk memecah belah umat. Mereka mengkafirkan seluruh kaum Muslimin Ahlus Sunnah hanya karena tidak meyakini bahwa Ali adalah imam pertama dan wajib ditaati.

Ini adalah bentuk penyimpangan besar, karena Allah telah menjelaskan dengan tegas:

﴿إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا﴾
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka surga Firdaus sebagai tempat tinggal." (QS. Al-Kahfi: 107)

Ayat ini menegaskan iman dan amal shalih sebagai kunci surga, bukan akidah politik ala Syiah.


4. Dampak Bahaya Akidah Politik Syiah

  • Menjadikan Islam sebagai alat kekuasaan.

  • Melahirkan fanatisme buta terhadap imam dan keturunannya.

  • Membuka pintu perpecahan di tengah umat.

  • Merusak pemahaman dasar tentang tauhid, ibadah, dan aqidah.

Syiah lebih sibuk mengurusi siapa yang berhak memimpin setelah Nabi ﷺ wafat, ketimbang mengokohkan tauhid kepada Allah.


5. Islam Menolak Politisasi Aqidah

Dalam Islam, politik hanyalah sarana untuk menegakkan keadilan dan mengatur urusan umat. Ia bukan pondasi aqidah. Jika politik dijadikan inti agama seperti yang dilakukan Syiah, maka yang terjadi adalah penyimpangan, kebencian, dan fitnah yang berkepanjangan.


Kesimpulan

Syiah lebih mengutamakan akidah politik daripada akidah Islam karena mereka meletakkan imamah sebagai pondasi agama. Padahal, dalam ajaran Rasulullah ﷺ, pondasi Islam adalah tauhid dan ibadah, bukan perebutan kekuasaan.

Umat Islam perlu mewaspadai penyimpangan ini agar tidak terjerumus ke dalam jebakan ideologi yang mengatasnamakan Islam, padahal sejatinya adalah agenda politik semata.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: