Syiahindonesia.com – Di tengah umat Islam, istilah “Wahabi” sering muncul sebagai stigma yang ditujukan kepada kaum Muslimin Ahlus Sunnah, khususnya mereka yang berpegang teguh pada manhaj salaf. Label ini banyak digunakan oleh kelompok Syiah sebagai senjata propaganda untuk melemahkan dakwah tauhid, menjelekkan ulama, dan memecah belah umat.
1. Asal Usul Istilah “Wahabi”
Istilah “Wahabi” sebenarnya tidak pernah ada dalam sejarah Islam yang lurus. Ia muncul ketika dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab (1115–1206 H) menyebar di Jazirah Arab, menyeru manusia kembali kepada tauhid murni dan meninggalkan syirik, bid’ah, serta khurafat.
-
Musuh-musuh dakwah ini, termasuk Syiah dan kelompok sufi ekstrim, menciptakan istilah “Wahabi” sebagai julukan peyoratif.
-
Tujuannya agar umat Islam takut dengan dakwah tauhid dan menjauh dari ajaran salaf.
Padahal nama “Wahabi” diambil dari ayah beliau, Abdul Wahhab, bukan dari ajarannya. Dakwah beliau tidak pernah menisbatkan diri pada istilah ini, melainkan hanya kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman salaf.
2. Tujuan Syiah Menggunakan Label “Wahabi”
Syiah menjadikan istilah “Wahabi” sebagai alat:
-
Menciptakan musuh imajiner
Mereka menuduh bahwa “Wahabi” adalah aliran keras, radikal, bahkan lebih berbahaya dari Yahudi dan Nasrani. Tujuannya agar umat membenci dakwah Ahlus Sunnah. -
Menyamarkan penyimpangan Syiah
Dengan menyerang Sunni dengan label “Wahabi”, Syiah berusaha menutupi kesesatan mereka sendiri, seperti penghinaan terhadap sahabat, perubahan hukum, dan imamah yang batil. -
Memecah belah umat Islam
Istilah ini dipakai untuk menimbulkan ketegangan antar sesama Sunni. Sebagian umat jadi saling mencurigai hanya karena berbeda dalam masalah tauhid dan ibadah.
3. Dalih Syiah: Menyamakan Sunni dengan Radikalisme
Syiah sering mengaitkan istilah “Wahabi” dengan terorisme, kekerasan, dan intoleransi. Padahal, dalam kenyataannya, Ahlus Sunnah mengajarkan tauhid, ibadah murni kepada Allah, dan menolak segala bentuk penyembahan selain kepada-Nya.
Allah ﷻ berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (QS. An-Nisa: 36)
Dakwah salaf adalah ajakan untuk melaksanakan ayat ini, bukan kepada kekerasan.
4. Strategi Propaganda Syiah
-
Di media massa: Mereka menempelkan istilah “Wahabi” kepada gerakan Islam apapun yang tidak sejalan dengan mereka.
-
Di dunia pendidikan: Mereka menanamkan stigma bahwa Wahabi anti-ahlul bait, padahal justru Ahlus Sunnah paling menghormati keluarga Nabi ﷺ sesuai syariat.
-
Di politik internasional: Mereka menyebarkan narasi bahwa Wahabi adalah ancaman global agar dunia mendukung kepentingan politik Syiah.
5. Sikap Ahlus Sunnah
-
Tidak terpengaruh dengan label musuh, karena hakikatnya kita adalah Muslim yang mengikuti Al-Qur’an, Sunnah, dan manhaj salaf.
-
Menjelaskan kepada umat bahwa istilah “Wahabi” hanyalah propaganda kosong.
-
Menegaskan bahwa yang dilawan oleh dakwah tauhid hanyalah kesyirikan, bid’ah, dan kesesatan – termasuk yang diajarkan oleh Syiah.
Kesimpulan
Istilah “Wahabi” adalah ciptaan Syiah dan musuh Islam untuk menyerang dakwah tauhid, membungkus penyimpangan mereka, serta memecah belah umat Islam. Hakikatnya, tidak ada yang namanya “Wahabi” dalam Islam. Yang ada hanyalah Muslim yang berusaha kembali kepada ajaran Nabi ﷺ dan para sahabatnya. Oleh karena itu, umat Islam jangan sampai terjebak dalam propaganda murahan ini.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: