Syiahindonesia.com - Banyak umat Islam awam yang belum mengetahui bahwa perbedaan antara Sunni dan Syiah bukan hanya masalah fiqih atau politik, tetapi menyentuh pada akar akidah dan fondasi keimanan. Oleh sebab itu, penting untuk mengenali perbedaan mendasar dalam akidah agar umat Islam tidak terjebak dalam pemahaman yang menyimpang.
1. Konsep Tauhid
Sunni memahami tauhid sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Sunnah:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat bergantung segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya.”
(QS. Al-Ikhlas: 1–4)
Syiah, khususnya yang ekstrem, mengajarkan bentuk tauhid yang tercemar dengan pengultusan terhadap para Imam. Mereka menyatakan bahwa para Imam mengetahui hal-hal gaib, memberi syafaat mutlak, bahkan memiliki cahaya penciptaan sebelum makhluk.
2. Imamah vs Khilafah
Sunni berpegang bahwa kepemimpinan umat ditentukan melalui musyawarah, dan para sahabat telah memilih Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه sebagai khalifah pertama setelah Rasulullah ﷺ wafat.
Syiah meyakini bahwa Imam telah ditentukan oleh Allah, mulai dari Ali bin Abi Thalib sampai 12 imam keturunan Husain. Mereka menganggap orang yang tidak meyakini Imamah berarti kafir atau sesat. Ini tertulis dalam Ushul al-Kafi:
مَنْ أَنْكَرَ وَاحِدًا مِنَ الأَئِمَّةِ فَقَدْ أَنْكَرَ جَمِيعَهُمْ
"Siapa yang mengingkari salah satu Imam, maka dia telah mengingkari semua Imam."
3. Sikap terhadap Sahabat
Sunni mencintai dan memuliakan semua sahabat Nabi ﷺ, karena mereka adalah generasi terbaik dan penyampai wahyu. Allah berfirman:
وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَىٰ
“Dan kepada semuanya Allah menjanjikan kebaikan.”
(QS. Al-Hadid: 10)
Syiah, sebaliknya, melaknat dan mencaci sahabat, khususnya Abu Bakar, Umar, dan Aisyah رضي الله عنهم. Mereka bahkan menyatakan para sahabat telah murtad kecuali beberapa orang.
4. Al-Qur’an
Sunni meyakini Al-Qur’an adalah kalāmullah yang utuh, terjaga dari perubahan sejak diturunkan hingga hari kiamat.
Syiah, terutama dalam kitab-kitab klasik mereka, menyebut adanya tahrif (penambahan atau pengurangan ayat) dalam Al-Qur’an. Salah satunya dikutip dalam Bihar al-Anwar dan Al-Kafi, bahwa ayat tentang Ali telah dihilangkan.
Namun sebagian Syiah zaman sekarang menolak tahrif, tetapi tetap meyakini adanya tafsiran ghaib berdasarkan ilmu para Imam.
5. Kedudukan Imam
Sunni menganggap ulama dan pemimpin hanyalah manusia biasa yang bisa salah dan benar.
Syiah meyakini bahwa para Imam adalah maksum (tidak pernah salah), bahkan lebih mulia daripada para nabi. Dalam Bihar al-Anwar disebutkan:
إن الأئمة أعظم من الأنبياء
“Sesungguhnya para Imam lebih agung daripada para nabi.”
(Bihar al-Anwar, 26/82)
6. Praktik Agama: Shalat dan Mut’ah
Sunni melaksanakan shalat lima waktu dengan tata cara yang diajarkan Nabi ﷺ dan melarang nikah mut’ah karena telah diharamkan Rasulullah ﷺ.
إني كنتُ أذنتُ لكم في الاستمتاع من النساء، وإن الله قد حرَّم ذلك إلى يوم القيامة
“Dulu aku pernah mengizinkan kalian nikah mut’ah, tetapi sekarang Allah telah mengharamkannya hingga hari kiamat.”
(HR. Muslim)
Syiah menyatukan beberapa waktu shalat (tiga kali sehari), dan masih menghalalkan nikah mut’ah, bahkan menjadikannya bagian dari ibadah.
7. Konsep Taqiyah
Sunni meyakini bahwa kejujuran adalah bagian dari iman dan kemunafikan adalah dosa besar.
Syiah menganggap taqiyah (berbohong demi keselamatan atau dakwah) sebagai bagian dari agama. Bahkan disebut:
التَّقِيَّةُ دِينِي وَدِينُ آبَائِي
"Taqiyah adalah agamaku dan agama leluhurku."
(Al-Kafi, 2/217)
8. Ahlul Bait
Sunni mencintai Ahlul Bait Nabi ﷺ, mendoakan mereka dalam shalawat, dan menjadikan mereka sebagai panutan.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
“Ya Allah, limpahkan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad.”
Namun mereka tetap mengikuti ajaran Rasulullah ﷺ dan para sahabat secara seimbang, bukan mengkultuskan satu keluarga saja.
Syiah menjadikan Ahlul Bait (terutama keturunan Husain) sebagai satu-satunya sumber kebenaran, dan menolak ilmu dari selain mereka.
Kesimpulan: Perbedaan Itu Bukan Ringan, Tapi Mendasar
Dari semua poin di atas, tampak bahwa perbedaan antara Sunni dan Syiah adalah menyangkut fondasi utama dalam akidah Islam. Ini bukan sekadar variasi madzhab, melainkan menyentuh konsep tauhid, kenabian, sahabat, dan kitab suci. Oleh karena itu, tidak benar jika Syiah dianggap hanya "satu sekte kecil dalam Islam", karena dalam keyakinannya terdapat banyak penyimpangan besar dari ajaran Rasulullah ﷺ.
Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
وَسَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً
"Umatku akan berpecah menjadi 73 golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu."
Sahabat bertanya, “Siapa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab:
مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
“Yang mengikuti jalanku dan jalan para sahabatku.”
(HR. Tirmidzi)
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: