Breaking News
Loading...

Syiah dan Kesalahan dalam Menafsirkan Ayat Al-Qur'an


Syiahindonesia.com -
Salah satu perbedaan mendasar antara Ahlus Sunnah wal Jamaah dengan kelompok Syiah adalah cara mereka dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Syiah dikenal memiliki metode penafsiran yang tidak sesuai dengan kaidah tafsir yang benar sebagaimana diajarkan para ulama tafsir dari kalangan salaf. Bahkan, dalam banyak kesempatan, mereka menyelewengkan makna ayat untuk mendukung keyakinan yang mereka bangun sendiri, terutama terkait masalah imamah, kedudukan para sahabat, dan akidah yang menyimpang.


1. Penyelewengan Makna Ayat tentang Kepemimpinan (Imamah)

Syiah berkeyakinan bahwa kepemimpinan setelah Rasulullah ﷺ bukanlah pilihan umat, melainkan wasiat langsung dari Allah untuk Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Untuk mendukung hal ini, mereka menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an sesuai hawa nafsu mereka.

Contoh yang sering dipakai adalah ayat:

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ

“Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, seraya mereka rukuk.” (QS. Al-Ma’idah: 55)

Menurut Syiah, ayat ini turun tentang Ali bin Abi Thalib ketika ia memberikan cincin kepada seorang fakir saat sedang rukuk. Padahal, para mufassir Ahlus Sunnah menjelaskan bahwa ayat ini turun secara umum untuk semua orang beriman, bukan khusus untuk Ali. Klaim Syiah ini jelas merupakan bentuk tahrif ma‘nawi (penyelewengan makna).


2. Mengkafirkan Sahabat dengan Tafsir yang Menyimpang

Syiah juga menafsirkan sejumlah ayat untuk menyerang dan merendahkan para sahabat Nabi ﷺ. Mereka menuduh mayoritas sahabat telah murtad setelah wafatnya Rasulullah ﷺ.

Contohnya pada ayat:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ

“Muhammad itu hanyalah seorang rasul; sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang (murtad)?” (QS. Ali Imran: 144)

Menurut Syiah, ayat ini adalah bukti bahwa sahabat murtad setelah Nabi wafat, kecuali Ali dan Ahlul Bait. Padahal tafsir Ahlus Sunnah menegaskan bahwa ayat ini berbicara tentang kaum Muslimin yang sempat goyah setelah Perang Uhud, bukan tentang murtadnya para sahabat.


3. Merubah Konteks Ayat tentang Ahlul Bait

Syiah sering menggunakan ayat:

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, wahai Ahlul Bait, dan menyucikan kalian sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab: 33)

Mereka menafsirkan ayat ini khusus untuk Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain, lalu menjadikannya dalil bahwa hanya mereka yang maksum. Padahal, para ulama Ahlus Sunnah menjelaskan bahwa konteks ayat ini berbicara tentang istri-istri Nabi ﷺ sebagai Ahlul Bait. Maka membatasi makna ayat hanya untuk sebagian keluarga adalah penyempitan makna yang tidak benar.


4. Klaim Adanya Tahrif Al-Qur’an

Lebih parah lagi, sebagian ulama Syiah terdahulu berpendapat bahwa Al-Qur’an yang ada saat ini sudah tidak utuh, ada ayat-ayat yang dihapus terutama yang berkaitan dengan Ali dan imamah. Klaim ini jelas batil dan bertentangan dengan firman Allah:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.” (QS. Al-Hijr: 9)

Ahlus Sunnah meyakini bahwa Al-Qur’an terjaga hingga hari kiamat, tidak ada perubahan sedikit pun.


5. Bahaya Penafsiran Syiah

Kesalahan Syiah dalam menafsirkan Al-Qur’an bukan hanya masalah akademis, tetapi berdampak pada akidah dan umat Islam secara luas:

  • Membuka jalan untuk merendahkan para sahabat.

  • Menggiring umat kepada keyakinan bahwa imamah adalah rukun agama.

  • Menyebarkan fitnah bahwa Al-Qur’an tidak lagi otentik.

  • Menumbuhkan permusuhan antara sesama Muslim.


Kesimpulan

Metode penafsiran Syiah adalah metode yang menyimpang dari jalan salafush shalih. Mereka menyelewengkan makna ayat agar sesuai dengan doktrin imamah dan kebencian terhadap sahabat Nabi ﷺ. Umat Islam harus berhati-hati terhadap penafsiran semacam ini dan tetap berpegang pada tafsir para ulama Ahlus Sunnah yang terpercaya.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post

0 komentar: