Breaking News
Loading...

Syiah Menganggap Ali bin Abi Thalib adalah Khalifah Pasca Wafatnya Nabi


Syiahindonesia.com
– Di antara ajaran pokok dalam keyakinan Syiah adalah doktrin imamah, yaitu kepercayaan bahwa kepemimpinan umat Islam setelah wafatnya Rasulullah ﷺ telah ditentukan secara ilahi dan bukan melalui musyawarah umat sebagaimana yang diyakini Ahlus Sunnah. Salah satu pilar penting dari doktrin ini adalah keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu adalah satu-satunya khalifah sah yang ditunjuk langsung oleh Allah dan Rasul-Nya.

Keyakinan ini ditegaskan dalam berbagai literatur Syiah, termasuk yang termuat dalam buku "Muhammad Baqir Sang Pemilah Ilmu" karya Tim Teladan Abadi, halaman 253, yang diterbitkan oleh Penerbit Al-Huda dan beredar secara luas di Indonesia. Dalam buku tersebut dinyatakan:

"Kaum Syiah meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib as. adalah khalifah sah setelah Rasulullah saw. Mereka menganggap imamah sebagai perkara ushuluddin, bukan furu’, dan bahwa imamah telah ditentukan oleh Allah melalui Rasul-Nya."

Asal-Usul Keyakinan Syiah tentang Imamah

Imamah dalam Syiah bukan hanya sekadar kepemimpinan politik, namun juga kepemimpinan spiritual dan otoritas agama. Dalam pandangan mereka, para imam memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada nabi-nabi selain Nabi Muhammad ﷺ. Hal ini sangat menyimpang dari ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad ﷺ, yang tidak pernah menetapkan penggantinya secara nash (tegas) dari langit.

Syiah berpegang pada riwayat-riwayat yang tidak sahih dan menyandarkannya pada momentum Ghadir Khum, yang mereka anggap sebagai pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Padahal, peristiwa tersebut, menurut mayoritas ulama Ahlus Sunnah, hanya menunjukkan keutamaan Ali sebagai sahabat Nabi, bukan sebagai penunjukan khalifah.

Pandangan Islam yang Benar

Islam mengajarkan bahwa setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, urusan kepemimpinan diserahkan kepada umat Islam melalui musyawarah. Inilah yang terjadi dalam baiat kepada Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu di Saqifah Bani Sa’idah.

Allah Ta’ala berfirman:

وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ
“Urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka.”
(QS. Asy-Syura: 38)

Rasulullah ﷺ juga tidak pernah menyebutkan secara eksplisit siapa penggantinya dalam perkara pemerintahan. Hal ini memberi pelajaran bahwa pemilihan pemimpin bukan melalui nas ilahi, tapi musyawarah kaum muslimin.

Bahaya Akidah Imamah Syiah

Menganggap Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah sah secara ilahi setelah Nabi Muhammad ﷺ, sebagaimana diyakini oleh Syiah, bukan hanya menyimpang dari realitas sejarah tetapi juga merupakan tuduhan halus terhadap para sahabat besar seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman radhiyallahu 'anhum, seakan-akan mereka telah merebut hak Ali.

Keyakinan ini membuka pintu celaan terhadap para sahabat, yang padahal mereka adalah manusia terbaik setelah Nabi ﷺ. Ini juga menjadikan Syiah memusuhi mayoritas umat Islam yang mencintai dan menghormati sahabat.

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
"Jangan kalian mencela para sahabatku. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kalian bersedekah emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan menyamai satu mud atau setengah mud dari apa yang mereka sedekahkan."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Penyebaran Buku Syiah di Indonesia: Ancaman Nyata

Penyebaran buku seperti “Muhammad Baqir Sang Pemilah Ilmu” yang memuat ajaran Syiah secara terbuka dan terselubung merupakan ancaman bagi umat Islam awam di Indonesia. Buku ini seolah-olah ilmiah dan islami, namun mengandung racun pemikiran yang berbahaya. Penerbitan dan penyebaran buku-buku semacam ini harus diawasi ketat oleh pemerintah dan para ulama.

Umat Islam, khususnya di Indonesia, harus waspada dan memperkuat akidahnya dengan mempelajari Islam dari sumber-sumber yang shahih, mengikuti manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah, serta menghindari bacaan-bacaan yang mengarahkan kepada ajaran sesat seperti Syiah.

Kesimpulan

Doktrin Syiah tentang Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah yang ditunjuk secara ilahi pasca wafatnya Nabi Muhammad ﷺ bukanlah ajaran Islam yang murni, melainkan bagian dari penyimpangan besar dalam aqidah mereka. Umat Islam harus memahami sejarah dengan jernih dan tidak terpengaruh dengan propaganda-propaganda Syiah yang mengatasnamakan cinta Ahlul Bait namun sejatinya memecah belah umat.

Maka, marilah kita menjaga akidah kita, menguatkan cinta kepada para sahabat dan Ahlul Bait secara seimbang, serta menolak semua bentuk penyimpangan yang berusaha menyusup ke tengah masyarakat.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: