Syiahindonesia.com – Di balik banyak konflik yang mengguncang Timur Tengah, terdapat pengaruh kuat dari kelompok Syiah, terutama melalui negara Iran dan proxy militernya seperti Hezbollah serta milisi Syiah di Suriah, Irak, dan Yaman. Artikel ini membahas peran strategis dan dampak penyebaran ideologi Syiah sebagai alat politik dalam konflik geopolitik regional.
1. Iran dan Provokasi Politik dengan Kekuatan Syiah
Sejak Revolusi Iran 1979, Republik Islam Iran menjadi pusat penyebaran ideologi Syiah dan secara aktif membentuk jaringan kekuatan di luar negeri. Iran mendukung kelompok-kelompok Syiah seperti Hezbollah di Lebanon, milisi-milisi di Irak, serta gerakan Houthi di Yaman sebagai bagian dari strategi diplomasi dan militer.
-
Di Suriah, Iran menggunakan retorika sektarian untuk membenarkan intervensinya mendukung pemerintah Assad, yang bergeser dari pemerintahan sekuler menjadi sekutu Syiah regional Financial Times+12E-International Relations+12journal.ugm.ac.id+12Reddit.
-
Iran juga membiayai, melatih, dan mengkoordinasi operasi Hezbollah sebagai proxy militernya sejak 1980-an Wikipedia.
2. Hezbollah: Senjata Politik Iran di Lebanon dan Suriah
Hezbollah, yang didirikan 1982, awalnya bertujuan melawan Israel di Lebanon. Namun seiring waktu, organisasi ini menjadi bagian dari Axis of Resistance—front Iran dalam menghadapi kepentingan AS dan Israel di kawasan .
Dalam perang Suriah, Hezbollah berperan besar sebagai pasukan tempur Assad, yang dibackup oleh Quds Force. Intervensi ini menjadikan konflik Suriah semakin sektarian dan melemahkan dukungan Sunni ›› dan memunculkan sentimen anti-Sunni di berbagai wilayah Financial Times+1lemonde.fr+1.
3. Milisi Syiah dalam Konflik Irak & Yaman
-
Setelah invasi AS ke Irak (2003), Iran membentuk dan melatih milisi Syiah Irak seperti Mahdi Army, Asa’ib Ahl al-Haq, dengan dukungan langsung dari Hezbollah Unit 3800 Wikipedia.
-
Di Yaman, Houthi (Zaydi Syiah) mendapat dukungan militer, logistik, dan ideologis dari Iran, sehingga konflik menjadi proxy battle antara Iran-Saudi arabcenterdc.org.
4. Konflik Proxy: Iran vs Saudi—Sunnah vs Syiah
Rivalitas Iran dan Saudi bukan sekadar perbedaan teologis, melainkan persaingan geopolitik yang disemai di ranah sektarian:
-
Saudi memposisikan diri sebagai pelindung Sunni. Iran menggunakan isu Syiah untuk memperluas pengaruhnya, khususnya di Bahrain dan Qatif journal.ugm.ac.id+1dgap.org+1.
-
Di Suriah dan Yaman, pertarungan Ukraina‑Arab itu lahir dari proxy war dengan basis identitas Sunni vs Syiah yang diperkuat kedua negara journal.ugm.ac.id.
5. Redefinisi Konflik: Dari Ideologi ke Realpolitik
Walaupun sering disampaikan dengan narasi religius, konflik ini lebih banyak dibangun atas pertimbangan strategis dan realpolitik:
-
Iran mendukung sekutu seperti rezim Assad, Houthi, dan Hezbollah bukan hanya atas dasar Syiah, tetapi untuk mempertahankan jalur pasokan strategis dan memperluas pengaruhnya .
-
Saudi pun menggunakan narasi sektarian sebagai alat mobilisasi massa dan pembenaran intervensi di negara lain .
6. Dampak Konflik dan Ancaman terhadap Kesatuan Umat
-
Memecah-belah komunitas Muslim menjadi basis dukungan politis Syiah atau Sunni.
-
Melahirkan konflik identitas di negara-negara seperti Pakistan, Lebanon, Suriah.
-
Melemahkan stabilitas regional, dengan korban sipil meningkat, pengungsi, dan perpecahan internal .
📌 Kesimpulan
Kelompok Syiah di Timur Tengah bukan semata soal agama, melainkan alat politik dan ideologis yang digunakan oleh Iran melalui jaringan proxy seperti Hezbollah, milisi Syiah Irak, dan Houthi di Yaman. Konflik Suriah, Yaman, dan pertempuran identitas antar negara merupakan bagian dari strategi memperkuat pengaruh Iran dan menyaingi Saudi Arabia dalam perebutan supremasi regional.
Umat Islam di Indonesia perlu memahami realitas ini agar tidak terjebak dalam narasi sektarian. Waspadalah terhadap ideologi yang dibalut agama untuk memecah belah umat dan kepentingan politik terselubung.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: