Syiahindonesia.com – Perbedaan antara Sunni dan Syiah tidak hanya pada akidah, tetapi juga terlihat jelas dalam praktik ibadah seperti shalat. Shalat merupakan rukun Islam yang paling utama setelah syahadat, dan karenanya, perbedaan dalam tata cara pelaksanaannya menjadi perhatian penting. Umat Islam perlu mengetahui perbedaan ini agar tidak terjebak dalam praktik yang menyimpang dari ajaran Nabi Muhammad ﷺ.
1. Jumlah Waktu Shalat
Kaum Sunni meyakini adanya lima waktu shalat sebagaimana yang disyariatkan Rasulullah ﷺ:
-
Shubuh
-
Dzuhur
-
Ashar
-
Maghrib
-
Isya
Sedangkan kaum Syiah, meskipun mengakui lima shalat tersebut, mereka sering menggabungkan (jamak) antara Dzuhur dengan Ashar, dan Maghrib dengan Isya tanpa adanya uzur seperti safar atau hujan. Mereka berdalil pada hadis-hadis yang menurut mereka membolehkan jamak dalam kondisi normal.
🔎 Tinjauan Ulama Sunni:
Ulama Ahlus Sunnah menjelaskan bahwa jamak tanpa uzur tidak pernah menjadi kebiasaan Nabi ﷺ. Jamak hanya dilakukan ketika ada sebab, dan ini dijelaskan dalam banyak kitab fiqih Sunni, seperti Fiqh al-Islami wa Adillatuhu karya Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili.
2. Adzan dan Iqamah
Dalam adzan, kaum Syiah menambahkan kalimat:
"Hayya 'ala khayril 'amal" (Marilah menuju amal terbaik)
Serta terkadang:
"Asyhadu anna 'Aliyyan waliyyullah" (Aku bersaksi bahwa Ali adalah wali Allah)
🛑 Ini tidak pernah diajarkan oleh Nabi ﷺ dan tidak ditemukan dalam adzan yang diajarkan Bilal atau sahabat-sahabat lainnya. Ini merupakan bentuk penambahan dalam agama yang jelas ditolak dalam prinsip Ahlus Sunnah.
3. Cara Rukuk dan Sujud
Kaum Syiah biasanya meletakkan batu tanah Karbala (disebut turbah) di tempat sujud mereka dan menyentuhkan dahinya ke atas batu tersebut saat sujud. Mereka meyakini bahwa sujud harus dilakukan di atas tanah atau benda alam.
📌 Pandangan Ahlus Sunnah:
Rasulullah ﷺ bersujud di atas berbagai tempat, termasuk sajadah, karpet, bahkan mantel beliau sendiri saat panas. Maka membatasi sujud hanya pada tanah tertentu adalah bentuk ghuluw (berlebihan).
4. Posisi Tangan dalam Berdiri
Kaum Sunni umumnya melipat tangan di atas dada atau di bawah dada saat berdiri dalam shalat.
Namun, Syiah melakukan shalat dengan tangan lurus ke bawah (isbal) seperti berdiri biasa, karena mereka menganggap meletakkan tangan adalah amalan Bani Umayyah.
💬 Ini bertentangan dengan banyak riwayat sahih dari sahabat seperti Wa’il bin Hujr yang menyebut Nabi ﷺ meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dalam shalat.
5. Qunut
Kaum Syiah membaca qunut di setiap rakaat kedua dalam shalat fardhu, bukan hanya di Shubuh seperti yang dikenal di kalangan Syafi’iyah.
🔍 Ini tidak ditemukan dalam praktik shalat Nabi ﷺ secara konsisten. Bahkan mayoritas ulama menegaskan bahwa qunut hanya dilakukan dalam kondisi tertentu.
6. Shalat Tarawih
Syiah menolak adanya shalat tarawih berjamaah, dan menganggapnya sebagai bid’ah yang dibuat oleh Umar bin Khattab رضي الله عنه.
🕌 Padahal, shalat tarawih berjamaah adalah sunnah yang dihidupkan kembali oleh Umar, dan para sahabat menyetujuinya, termasuk Ali bin Abi Thalib sendiri.
Kesimpulan: Shalat Siapa yang Sesuai Sunnah?
Jika mengacu pada hadis-hadis sahih dan ijma’ sahabat, maka praktik shalat Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah yang paling sesuai dengan sunnah Nabi ﷺ. Perbedaan-perbedaan yang dilakukan oleh Syiah menunjukkan penambahan dan pengubahan dalam agama yang tidak berasal dari Rasulullah ﷺ.
Oleh karena itu, umat Islam hendaknya senantiasa mengikuti petunjuk Rasulullah ﷺ dan tidak terpengaruh oleh praktik-praktik yang menyimpang. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami (agama ini) yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak."
(HR. Bukhari dan Muslim)
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: