1. Konsep Nabi dalam Sunni
Dalam ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, nabi adalah manusia pilihan Allah yang diberikan wahyu untuk disampaikan kepada umat. Para nabi bertugas membimbing manusia kepada tauhid dan syariat yang benar. Penutup seluruh nabi adalah Muhammad ﷺ. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an:
"مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ"
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi."
(QS. Al-Ahzab: 40)
Artinya, tidak ada lagi utusan atau imam maksum setelah Nabi Muhammad ﷺ. Semua manusia setelah beliau adalah pengikut syariat, bukan pembuat syariat.
2. Konsep Imam dalam Sunni
Dalam Sunni, imam atau pemimpin umat adalah manusia biasa yang diangkat untuk mengurus urusan dunia dan agama. Kedudukannya bersifat administratif dan politik, bukan spiritual mutlak. Imam (khalifah) tidak ma’shum (terbebas dari dosa), tidak menerima wahyu, dan tidak memiliki kedudukan khusus selain sebagai pemimpin yang dipilih oleh umat.
Contohnya adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه yang menjadi khalifah pertama setelah wafatnya Nabi ﷺ melalui musyawarah para sahabat.
3. Konsep Imam dalam Syiah
Berbeda jauh, Syiah Imamiyah meyakini bahwa imam adalah makhluk ma’shum, memiliki ilmu laduni (ilmu ilahi langsung dari Allah), dan lebih tinggi dari nabi biasa. Mereka meyakini bahwa imamah adalah rukun agama dan pemimpin yang ditunjuk langsung oleh Allah, bukan melalui musyawarah atau pilihan umat.
Menurut Syiah, jumlah imam adalah 12, dimulai dari Ali bin Abi Thalib sampai yang terakhir (Imam Mahdi) yang mereka klaim ghaib sejak abad ke-3 Hijriyah dan akan kembali sebagai juru selamat.
Beberapa keyakinan ekstrem Syiah terhadap imam:
-
Imam mengetahui hal ghaib
-
Imam tidak pernah salah atau lupa
-
Imam lebih utama dari para nabi kecuali Nabi Muhammad
-
Imam memiliki kewenangan ilahi dalam mengatur agama dan dunia
Salah satu tokoh Syiah, al-Kulaini dalam kitab Al-Kāfī, menyebut:
"إن الأئمة يعلمون ما كان وما يكون، ولا يخفى عليهم شيء"
"Sesungguhnya para imam mengetahui apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari mereka."
(Al-Kāfī, 1/261)
Keyakinan ini jelas bertentangan dengan prinsip Islam yang menyatakan hanya Allah yang mengetahui perkara ghaib:
"قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ"
"Katakanlah, tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib selain Allah."
(QS. An-Naml: 65)
4. Bahaya Konsep Imamah Syiah
Konsep imam yang ditetapkan oleh Syiah memiliki banyak dampak negatif:
-
Menafikan legitimasi para khalifah sahabat Nabi ﷺ seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman.
-
Menciptakan pengkultusan berlebihan terhadap tokoh-tokoh tertentu.
-
Membuka peluang munculnya ajaran taklid buta dan penyelewengan agama melalui klaim spiritualitas imam.
-
Menjadikan agama bersifat elit, hanya bisa diakses melalui "imam-imam khusus" mereka.
Dalam Islam Sunni, semua manusia memiliki akses langsung kepada Allah dengan syarat bertakwa, tanpa perlu perantara imam yang dituhankan.
5. Penutup: Islam Bukan Agama Kasta Imam
Konsep nabi dalam Islam adalah jelas: mereka adalah hamba Allah, utusan yang menyampaikan wahyu, dan tugas kenabian telah selesai dengan wafatnya Nabi Muhammad ﷺ. Sedangkan konsep imam ala Syiah telah mengangkat manusia melebihi batas, bahkan menyerupai peran ketuhanan.
Oleh karena itu, umat Islam Sunni wajib menolak dan mewaspadai pemahaman Syiah tentang imam yang bertentangan dengan tauhid. Islam tidak mengenal pemimpin spiritual yang tak bisa salah, mengetahui ghaib, dan menjadi sumber syariat selain dari Rasulullah ﷺ.
"وَاتَّبِعُوا مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ"
"Dan ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti selain-Nya sebagai pelindung-pelindung."
(QS. Al-A’raf: 3)
(albert/syiahindonesia.com)
0 komentar: