Breaking News
Loading...

Mengapa Syiah Selalu Mempromosikan Konflik


Syiahindonesia.com
– Sejarah Islam telah menyaksikan banyak konflik internal yang mengguncang fondasi persatuan umat. Salah satu faktor utama yang kerap muncul dalam berbagai perpecahan itu adalah peran kelompok Syiah. Meski mengklaim bagian dari Islam, ajaran dan praktik mereka sejak awal sejarah hingga hari ini sering kali menjadi benih pertentangan. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengapa Syiah selalu mempromosikan konflik di tengah umat Islam.

Akar Permusuhan: Konsep Imamah Eksklusif

Salah satu sumber utama konflik yang dipromosikan Syiah adalah konsep Imamah yang eksklusif dan absolut. Bagi Syiah, kepemimpinan umat Islam hanya sah jika berasal dari keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah, yang mereka anggap sebagai para Imam ma'shum (terjaga dari dosa).

Konsep ini bertentangan langsung dengan prinsip syura (musyawarah) yang digunakan oleh kaum Muslimin Ahlus Sunnah dalam memilih khalifah. Syiah menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Utsman – tokoh-tokoh besar yang sangat dihormati oleh mayoritas umat Islam – dan hal ini menciptakan luka sejarah yang terus mereka perpanjang hingga hari ini.

"وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ"
“Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka.”
(QS. Asy-Syura: 38)

Syiah menolak ayat ini dalam konteks kepemimpinan umat, dan menggantinya dengan konsep turun-temurun yang tidak demokratis dalam Islam.

Doktrin Kebencian Terhadap Sahabat

Syiah dikenal memiliki sikap penuh kebencian terhadap para sahabat Rasulullah ﷺ, terutama Abu Bakar, Umar, dan Aisyah radhiyallahu 'anhum. Mereka secara terang-terangan melaknat para sahabat tersebut dalam doa dan ritual mereka. Inilah yang menjadi akar konflik antara Sunni dan Syiah dari masa ke masa.

Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

"لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ"
“Janganlah kalian mencela para sahabatku. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, maka tidak akan bisa menyamai satu mud atau setengah mud dari (infak) mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Namun Syiah justru menjadikan celaan terhadap sahabat sebagai bagian dari ritual ibadah mereka, yang memicu kemarahan dan konflik di kalangan umat Islam.

Taqiyyah: Menyusup dengan Kedustaan

Syiah menjadikan taqiyyah (berpura-pura demi menyembunyikan identitas) sebagai prinsip utama dalam menyebarkan ajaran mereka. Dengan taqiyyah, mereka menyusup ke dalam institusi Islam, lembaga pendidikan, media dakwah, bahkan pemerintahan, tanpa menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Ini membuat umat Islam lengah, hingga mereka berhasil memecah belah komunitas.

Rasulullah ﷺ dengan tegas melarang dusta dalam Islam:

"إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ..."
"Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga..."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan Syiah justru membolehkan dusta demi kepentingan ideologi mereka, yang tentu menjadi penyebab perpecahan dan hilangnya kepercayaan di tengah umat.

Sejarah Hitam: Syiah dan Kolaborasi dengan Musuh Islam

Jika ditelisik dari sejarah, Syiah kerap kali berpihak kepada musuh-musuh Islam dalam banyak konflik besar. Contoh paling terkenal adalah keterlibatan tokoh-tokoh Syiah dalam membuka jalan bagi serangan bangsa Mongol ke Baghdad tahun 1258 M. Para tokoh Syiah seperti Ibn al-Alqami menjadi pengkhianat dalam sejarah kelam tersebut.

Konflik-konflik modern di Timur Tengah pun memperlihatkan hal yang sama. Iran sebagai negara Syiah kerap memprovokasi konflik sektarian di Irak, Suriah, Lebanon, Yaman, dan negara-negara lain. Mereka mendukung milisi-milisi bersenjata yang menargetkan kaum Sunni dan memperparah konflik sektarian.

Penyebaran Fitnah dan Konspirasi

Syiah memiliki kebiasaan menyebarkan narasi-narasi fitnah kepada Ahlus Sunnah wal Jama’ah, seperti menuduh mereka sebagai pengikut Yazid, anti-Ahlul Bait, atau memusuhi keturunan Nabi ﷺ. Semua ini adalah strategi adu domba dan pembingkaian ulang sejarah demi keuntungan politik dan pengaruh kekuasaan.

Padahal umat Islam mencintai Ahlul Bait, tetapi tidak menempatkan mereka sebagai makhluk suci seperti para Imam dalam doktrin Syiah. Syiah menyalahgunakan cinta umat terhadap Ahlul Bait untuk memaksakan ajaran mereka yang menyimpang.

Kesimpulan

Syiah sejak awal sejarah hingga hari ini selalu membawa benih konflik ke tengah-tengah umat Islam. Baik melalui doktrin menyimpang seperti imamah eksklusif, kebencian terhadap sahabat, taqiyyah, maupun kolaborasi dengan musuh-musuh Islam, Syiah terbukti menjadi elemen perusak persatuan umat.

Umat Islam harus waspada dan bersatu dalam menghadapi penyusupan ideologi sesat ini. Jangan biarkan Syiah menebar kebencian dan memecah belah barisan kaum Muslimin. Hanya dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah sesuai pemahaman Salafus Shalih, umat Islam dapat menjaga ukhuwah dan kejayaannya.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: