Breaking News
Loading...

 Mengapa Syiah Berusaha Menghapus Sejarah Islam?


Syiahindonesia.com
– Salah satu strategi utama kelompok Syiah dalam menyebarkan ajarannya adalah dengan mendistorsi dan bahkan berusaha menghapus sejarah Islam yang otentik. Langkah ini tidak hanya dilakukan secara terselubung, tetapi juga melalui pendidikan, propaganda, literatur, hingga mimbar-mimbar mereka. Tujuan utamanya adalah membentuk narasi sejarah versi mereka, yang sesuai dengan doktrin imamah dan kebencian terhadap mayoritas sahabat Nabi ﷺ. Mengapa Syiah melakukan ini? Apa bahayanya bagi umat Islam? Artikel ini akan membongkar motif dan metode Syiah dalam mengaburkan sejarah Islam demi kepentingan mazhab mereka.


1. Mengukuhkan Doktrin Imamah sebagai Pilar Agama

Syiah menjadikan konsep imamah – yakni kepemimpinan spiritual dan politik yang diwariskan hanya kepada Ahlul Bait (khususnya keturunan Ali bin Abi Thalib) – sebagai rukun agama. Namun, kenyataannya, dalam sejarah Islam yang sahih, tidak pernah ada pengangkatan imam secara ilahiah sebagaimana yang diklaim Syiah. Karena itu, mereka berusaha menulis ulang sejarah dengan narasi bahwa:

  • Ali bin Abi Thalib adalah satu-satunya yang berhak menjadi khalifah setelah Rasulullah ﷺ.

  • Abu Bakar, Umar, dan Utsman disebut merampas kekuasaan.

  • Para sahabat lainnya digambarkan sebagai pengkhianat.

Untuk menguatkan klaim ini, mereka menciptakan riwayat-riwayat palsu dan menuduh mayoritas sahabat telah murtad setelah wafatnya Rasulullah ﷺ – suatu keyakinan yang sangat sesat dan bertentangan dengan ajaran Islam yang lurus.


2. Memburuk-burukkan Sahabat dan Istri Nabi ﷺ

Salah satu metode utama Syiah dalam menghapus sejarah adalah dengan mendiskreditkan tokoh-tokoh besar Islam, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, bahkan Aisyah رضي الله عنهم. Padahal mereka adalah manusia terbaik setelah para nabi dan telah dipuji oleh Rasulullah ﷺ.

Sebagai contoh, Syiah sering mencaci Sayyidah Aisyah dengan dalih peristiwa Perang Jamal. Padahal Allah SWT telah menyucikannya dari segala tuduhan dalam Al-Qur’an:

إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ
"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga)."
(QS. An-Nur: 11)

Dengan menghapus kehormatan dan jasa para sahabat dan istri Nabi, Syiah ingin menggeser pusat sejarah Islam kepada "imam-imam" mereka dan mengaburkan siapa sebenarnya generasi terbaik umat ini.


3. Menggantikan Narasi Khilafah dengan Narasi Imamah

Sejak masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, kekhilafahan Islam berdiri berdasarkan musyawarah dan bai’at. Hal ini merupakan bukti bahwa umat Islam saat itu menerima sistem kolektif dalam memilih pemimpin.

Namun Syiah menolak konsep khilafah dan menggantinya dengan sistem imamah ilahiyyah yang mereka klaim bersifat wahyu dan turun-temurun. Ini jelas bertentangan dengan sejarah Islam. Maka mereka menghapus jejak sejarah khilafah sahabat dan mengganti dengan cerita-cerita rekayasa tentang penindasan terhadap Ahlul Bait demi membenarkan doktrin mereka.


4. Menyusupkan Sejarah Palsu dalam Kitab-Kitab dan Film

Syiah aktif menyebarkan sejarah palsu melalui:

  • Buku-buku sejarah yang sudah dimodifikasi (terutama yang diterbitkan di Iran dan Irak).

  • Film dan serial televisi seperti “Mokhtarnameh” dan “Imam Ali” yang memuat narasi sejarah versi Syiah.

  • Penyusupan ide-ide sesat melalui forum, media sosial, dan khutbah-khutbah.

Semua ini bertujuan untuk menanamkan keyakinan bahwa sejarah Islam adalah sejarah pengkhianatan terhadap Ahlul Bait dan bahwa Syiah-lah yang menjaga "kebenaran sejati".


5. Upaya Internasionalisasi Narasi Syiah

Iran sebagai pusat Syiah modern menggunakan kekuatan diplomatik dan budaya untuk menyebarkan sejarah versi mereka di dunia Islam, termasuk Indonesia. Beberapa pesantren, yayasan, dan tokoh lokal yang sudah terpapar ajaran ini mulai menyebarkan sejarah alternatif yang menyimpang.

Narasi-narasi seperti “Ali adalah imam yang ditunjuk langsung oleh Allah”, “Imam Mahdi akan datang dari keturunan Husain untuk membalas para sahabat”, atau “Umar membakar rumah Fatimah”, adalah contoh distorsi sejarah yang tidak pernah diakui oleh ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.


Kesimpulan: Waspada dan Kenali Sejarah yang Sahih

Umat Islam Indonesia wajib waspada terhadap penyebaran sejarah versi Syiah. Jangan mudah percaya pada narasi sejarah yang melecehkan sahabat, menuduh para pemimpin Islam sebagai pengkhianat, dan mengangkat imam-imam fiktif sebagai pengganti Rasulullah ﷺ.

Sebagai Muslim, kita diajarkan oleh Rasulullah ﷺ untuk menghormati para sahabat:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَنْفَقَ أَحَدُكُمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ."
"Janganlah kalian mencela para sahabatku. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kalian bersedekah emas sebesar gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (satuan takaran) sedekah salah seorang dari mereka, bahkan tidak setengahnya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Mari jaga aqidah dan sejarah Islam dari penyusupan Syiah. Pelajari sejarah dari sumber-sumber terpercaya dan jauhi semua upaya penghancuran sejarah Islam yang otentik.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: