Syiahindonesia.com – Salah satu pertanyaan paling mendasar dan kontroversial dalam membahas ajaran Syiah adalah: apakah Syiah memiliki Al-Qur'an yang berbeda dari umat Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Sunni)? Pertanyaan ini bukan tanpa alasan, karena dalam berbagai literatur klasik Syiah ditemukan indikasi kuat bahwa sebagian ulama mereka meyakini adanya perubahan, pengurangan, atau penambahan dalam mushaf Al-Qur’an yang sekarang ada di tangan kaum Muslimin. Artikel ini akan membahas fakta-fakta historis, kitab rujukan, dan pandangan ulama mengenai tuduhan tersebut.
1. Keyakinan Tahrif (Perubahan) Al-Qur'an dalam Kitab-Kitab Syiah Klasik
Banyak ulama besar Syiah klasik yang meyakini bahwa Al-Qur’an telah mengalami tahrif (تحريف), yaitu perubahan atau pengurangan oleh para sahabat setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ. Misalnya, dalam kitab Al-Kāfī karya Al-Kulaini – yang merupakan kitab hadits paling utama dalam Syiah – disebutkan berbagai riwayat yang menunjukkan bahwa sebagian ayat Al-Qur’an telah dihilangkan, terutama yang berkaitan dengan keutamaan Ali bin Abi Thalib.
Contohnya, dalam Al-Kāfī, jilid 1, hal. 228:
عن أبي جعفر قال: كان الناس أهل ردة بعد النبي إلا ثلاثة
(Dari Abu Ja’far: Manusia menjadi murtad setelah Nabi ﷺ kecuali tiga orang...)
Dan disebutkan pula:
إن القرآن الذي جاء به جبرئيل إلى محمد سبعة عشر ألف آية
"Sesungguhnya Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Muhammad adalah 17.000 ayat."
Padahal mushaf Al-Qur’an yang ada sekarang terdiri dari sekitar 6.236 ayat. Maka klaim 17.000 ayat ini jelas menunjukkan adanya keyakinan bahwa mushaf yang dimiliki umat Islam saat ini tidak lengkap, menurut sebagian ulama Syiah klasik.
2. Mushaf Fatimah: Al-Qur’an Versi Syiah?
Dalam literatur Syiah dikenal adanya istilah "Mushaf Fāṭimah" (مصحف فاطمة), yang oleh sebagian pengikut Syiah diyakini sebagai kitab suci rahasia yang diturunkan kepada Fatimah az-Zahra, putri Nabi ﷺ, melalui ilham dari malaikat. Kitab ini diyakini oleh sebagian Syiah sebagai kitab yang lebih sempurna daripada Al-Qur’an.
Namun ulama Syiah kontemporer berusaha mengklarifikasi bahwa Mushaf Fatimah bukan pengganti Al-Qur’an, melainkan berisi catatan-catatan wahyu khusus untuk Ahlul Bait. Akan tetapi, keterangan dalam banyak riwayat Syiah tetap menunjukkan bahwa kedudukan kitab ini sangat tinggi, bahkan dijanjikan akan dibawa oleh Imam Mahdi ketika ia muncul kembali.
3. Upaya Pengingkaran oleh Ulama Syiah Modern
Ulama Syiah zaman sekarang banyak yang menolak tuduhan tahrif. Mereka berusaha menepis tuduhan bahwa Al-Qur’an versi Syiah berbeda dengan Sunni. Salah satu tokoh besar mereka, Ayatullah Abu Al-Qasim Al-Khoei, dalam bukunya Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, menyatakan bahwa Al-Qur’an tidak mengalami perubahan.
Namun, penolakan ini bertentangan dengan banyak riwayat dari kitab-kitab Syiah sendiri seperti Al-Kāfī, Al-Ihtijaj, dan Fashl al-Khithab karya Al-Nuri At-Tabrasi, yang secara eksplisit menyatakan keyakinan akan adanya perubahan atau pengurangan.
فصل الخطاب في إثبات تحريف كتاب رب الأرباب
(Fashl al-Khithab fi Itsbati Tahrifi Kitabi Rabbil Arbab)
Artinya: "Penjelasan final tentang pembuktian adanya perubahan pada Kitab Tuhan semesta alam."
Kitab ini secara terang-terangan menyatakan bahwa Al-Qur’an telah berubah, dan itu adalah pegangan sebagian ulama Syiah terdahulu.
4. Pandangan Ulama Sunni: Ini Adalah Bentuk Kekufuran
Para ulama Sunni dari dahulu telah mengutuk keras siapa saja yang menyatakan bahwa Al-Qur’an telah mengalami tahrif. Sebab, keyakinan ini bertentangan dengan nash Al-Qur’an sendiri:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
(QS. Al-Hijr: 9)
Maka siapa pun yang menyatakan bahwa Al-Qur’an telah dikurangi, diubah, atau disembunyikan oleh para sahabat, maka ia telah mengingkari janji Allah sendiri yang mengatakan Al-Qur’an akan dijaga.
5. Fakta di Lapangan: Al-Qur’an yang Dipakai Syiah Sama, Tapi Tafsirnya Berbeda
Secara fisik, Al-Qur’an yang digunakan oleh Syiah di Iran, Irak, atau Lebanon secara lafaz memang sama dengan yang digunakan umat Islam lainnya. Namun, perbedaan mencolok terletak pada:
-
Tafsiran ayat-ayat: banyak ditafsirkan secara eksklusif untuk Ahlul Bait.
-
Penolakan terhadap tafsir sahabat: mereka tidak mengakui tafsir dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, atau sahabat lain.
-
Mengklaim ayat-ayat tertentu sengaja disembunyikan oleh sahabat Sunni.
Jadi meskipun mushafnya terlihat sama, ideologi dan pemahamannya sangat berbeda.
Kesimpulan
Secara umum, ya, sebagian besar ulama Syiah klasik meyakini bahwa Al-Qur’an mengalami perubahan, dan mereka memiliki konsep tersendiri seperti Mushaf Fatimah yang belum diungkap ke publik. Meskipun ulama kontemporer Syiah berusaha menolak tuduhan ini, namun bukti-bukti dari kitab-kitab rujukan utama Syiah tidak bisa dibantah.
Umat Islam Ahlus Sunnah harus waspada dan tidak tertipu oleh klaim "kami sama-sama berpegang pada Al-Qur’an", karena pemahaman, tafsir, dan akidah terhadap Al-Qur’an sangat berbeda. Menjaga kemurnian Al-Qur’an berarti juga menjaga dari penyimpangan tafsir dan pemalsuan sejarah oleh kelompok-kelompok sesat.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: