Breaking News
Loading...

Mengapa Syiah Tidak Bisa Bersatu dengan Sunni dalam Hal Keimanan?


Syiahindonesia.com -
Persatuan umat Islam adalah cita-cita mulia yang selalu digaungkan oleh para ulama. Namun ketika membahas kemungkinan bersatunya Sunni dan Syiah, kita harus berbicara jujur berdasarkan landasan akidah, bukan hanya sekadar slogan “ukhuwah Islamiyah”. Sebab perbedaan antara Sunni dan Syiah bukan dalam masalah cabang, tetapi dalam hal pokok-pokok keimanan (ushuluddin).


1. Perbedaan dalam Konsep Tauhid

Sunni memahami tauhid sebagaimana yang diajarkan Nabi ﷺ dan para sahabat: mentauhidkan Allah dalam rububiyah, uluhiyah, dan asma wa sifat tanpa menyerupakan-Nya dengan makhluk.

Namun Syiah, terutama golongan ekstrem (ghulât), mengangkat para imam setara bahkan lebih tinggi dari nabi. Mereka meyakini bahwa para imam memiliki sifat ilahiyah: mengetahui yang gaib, mengatur alam semesta, dan suci dari dosa.

إِنَّمَا إِلَـٰهُكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ وَسِعَ كُلَّ شَىْءٍ عِلْمًۭا
"Sesungguhnya Tuhan kalian hanyalah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.”
(QS. Thaha: 98)

Maka konsep ketuhanan dalam Syiah tidak sejalan dengan Islam yang murni.


2. Sikap terhadap Sahabat Nabi ﷺ

Ahlus Sunnah mencintai semua sahabat Nabi ﷺ dan meyakini bahwa mereka adalah generasi terbaik. Allah sendiri telah meridhai mereka:

رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ
"Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.”
(QS. At-Taubah: 100)

Syiah justru mencaci dan mengkafirkan mayoritas sahabat, khususnya Abu Bakar, Umar, dan Utsman رضي الله عنهم, yang merupakan khalifah pertama hingga ketiga.

Bagaimana bisa bersatu jika pihak Syiah menghina tokoh-tokoh yang dimuliakan Sunni, bahkan menjadikan laknat sebagai ibadah?


3. Syiah Menuduh Al-Qur’an Telah Diubah

Meski sebagian Syiah modern berusaha menghindar, namun kitab-kitab utama mereka secara eksplisit menyebut bahwa Al-Qur’an telah mengalami tahrif (pengurangan).

Contohnya dalam Al-Kafi, disebutkan:

إن القرآن الذي أنزل على محمد كان سبعة عشر ألف آية
"Sesungguhnya Al-Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad adalah 17.000 ayat."
(Al-Kafi, 2/634)

Sedangkan Al-Qur’an kita hari ini hanya berjumlah 6.236 ayat. Ini adalah penghinaan terhadap kesucian wahyu Allah, yang jelas-jelas dijaga oleh-Nya:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَـٰفِظُونَ
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur’an dan Kami yang menjaganya.”
(QS. Al-Hijr: 9)


4. Syiah Menghalalkan Nikah Mut’ah

Nikah mut’ah adalah pernikahan sementara waktu, yang telah diharamkan secara tegas oleh Nabi Muhammad ﷺ dalam hadits shahih:

إني كنتُ أذنتُ لكم في الاستمتاع، وإن الله قد حرَّم ذلك إلى يوم القيامة
“Dulu aku mengizinkan kalian melakukan mut’ah, namun Allah telah mengharamkannya hingga hari kiamat.”
(HR. Muslim)

Syiah justru menjadikan mut’ah sebagai ibadah, dan bahkan menyarankan anak muda untuk melakukannya sebanyak mungkin. Hal ini sangat bertentangan dengan akhlak dan moral Islam.


5. Syiah Menetapkan Imam sebagai Pilar Agama

Bagi Sunni, rukun iman adalah enam, dan tidak termasuk keyakinan pada "imam".

Namun dalam Syiah, Imamah adalah rukun iman paling utama. Bahkan mereka menganggap bahwa orang yang tidak meyakini kepemimpinan Ali dan para Imam setelahnya adalah kafir.

من أنكر إمامة علي فهو كافر
“Barangsiapa mengingkari Imamah Ali, maka ia kafir.”
(Al-Kulaini, Al-Kafi)

Bagaimana mungkin bisa bersatu jika satu pihak mengkafirkan umat Islam hanya karena tidak mengikuti garis keturunan tertentu?


6. Prinsip Taqiyah Menghancurkan Kepercayaan

Taqiyah adalah menyembunyikan keyakinan demi keselamatan atau strategi. Dalam Syiah, taqiyah bukan sekadar strategi darurat, tapi ajaran inti. Mereka membolehkan berbohong demi dakwah dan menyusup.

التَّقِيَّةُ دِينِي وَدِينُ آبَائِي
“Taqiyah adalah agamaku dan agama leluhurku.”
(Al-Kafi, 2/217)

Ini menjadikan hubungan dengan Syiah tidak bisa dibangun atas dasar kejujuran dan saling percaya.


7. Ulama Sunni Menolak Penyatuan Akidah

Para ulama Ahlus Sunnah tidak pernah membenarkan ajaran Syiah. Imam Malik, Ahmad bin Hanbal, Syafi’i, dan lainnya mewanti-wanti akan bahaya Syiah dan menolak segala bentuk toleransi dalam hal akidah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

الروافض هم أعظم الطوائف كذباً وتكذيباً
“Rafidhah (Syiah) adalah kelompok yang paling banyak berdusta dan mendustakan.”
(Minhaj as-Sunnah, 1/59)


Kesimpulan: Bersatu Mustahil Jika Akidah Berbeda

Dalam Islam, akidah adalah pondasi utama persatuan. Tidak ada persatuan tanpa keimanan yang lurus. Maka selama Syiah tetap:

  • Mencela sahabat Nabi

  • Menuduh Al-Qur’an telah diubah

  • Mengkafirkan mayoritas umat Islam

  • Menyebarkan taqiyah dan mut’ah

  • Menyembunyikan kebencian terhadap Sunni

…maka mustahil bisa bersatu dalam hal keimanan.

لَّآ أُقْسِمُ بِيَوْمِ ٱلْقِيَـٰمَةِ ۝ وَلَآ أُقْسِمُ بِٱلنَّفْسِ ٱللَّوَّامَةِ ۝ أَيَحْسَبُ ٱلْإِنسَـٰنُ أَلَّن نَّجْمَعَ عِظَامَهُ
“Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan tulang belulangnya?”
(QS. Al-Qiyamah: 1–3)

Persatuan hakiki hanya mungkin jika umat Islam kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah sesuai pemahaman para sahabat, bukan kepada bid’ah dan keyakinan menyimpang.


(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: