1. Penulis atau Penerbit Terafiliasi Syiah
Salah satu cara paling awal dan mudah untuk mengidentifikasi buku berisi paham Syiah adalah dengan mengecek latar belakang penulis atau penerbitnya. Banyak buku Syiah ditulis oleh tokoh-tokoh yang secara terang-terangan merupakan bagian dari jaringan atau lembaga Syiah internasional, seperti:
-
Ali Syariati
-
Murtadha Muthahhari
-
Muhammad Baqir Ash-Shadr
-
Ayatullah Khomeini
Bila buku tersebut diterbitkan oleh lembaga seperti "The Ahlul Bayt World Assembly", "Yayasan Al-Huda", "Penerbit Mizan" (khusus untuk buku tertentu), atau terjemahan dari lembaga Iran, maka perlu diwaspadai.
2. Penggunaan Istilah dan Gelar yang Tidak Lazim dalam Sunni
Buku-buku Syiah seringkali menggunakan istilah yang tidak umum dipakai dalam tradisi Ahlus Sunnah, seperti:
-
Imam Maksum
-
Wilayah (kepemimpinan spiritual mutlak)
-
Taqiyah (berbohong demi menyelamatkan mazhab)
-
Ashabul Fitnah (untuk menyebut sahabat Nabi)
Mereka juga sering menuliskan gelar-gelar penuh hormat pada tokoh Syiah seperti "Imam Khomeini ra", namun justru mengabaikan atau merendahkan sahabat Nabi seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman.
3. Penghinaan atau Sindiran terhadap Sahabat Nabi
Ini merupakan indikasi paling kuat bahwa buku tersebut mengandung paham Syiah. Mereka secara halus atau terang-terangan akan:
-
Menyebut sahabat sebagai perampas kekuasaan setelah wafatnya Rasulullah ﷺ
-
Mengkritik Abu Bakar, Umar, atau Aisyah radhiyallahu ‘anhum
-
Menyebut Muawiyah dan Yazid sebagai tokoh utama fitnah Islam
-
Mengagungkan pembunuh Umar bin Khattab (Abu Lu’lu’ah al-Majusi)
Narasi-narasi ini dibungkus dengan sejarah dan kisah-kisah yang dimanipulasi secara emosional.
4. Pemuliaan yang Berlebihan kepada Keluarga Nabi (Ahlul Bait)
Meski mencintai Ahlul Bait adalah kewajiban dalam Islam, buku Syiah menjadikannya berlebihan dan menyimpang. Mereka mengangkat Ahlul Bait – khususnya Ali bin Abi Thalib, Hasan, dan Husein – sebagai tokoh yang lebih tinggi daripada sahabat lainnya, bahkan menganggap mereka sebagai imam-imam yang maksum dan memiliki hak ilahiyah atas umat.
Sebagian buku akan menyatakan bahwa Ali seharusnya menjadi khalifah pertama, dan semua khalifah sesudahnya (kecuali Ali) adalah penyeleweng.
5. Mengangkat Perayaan Asyura dan Kisah Karbala secara Berlebihan
Buku-buku Syiah akan menjadikan kisah terbunuhnya Husein di Karbala sebagai sentral narasi spiritual. Mereka menggambarkannya dengan dramatis, penuh ratapan, dan mendorong pembaca untuk berduka sepanjang masa.
Narasi ini seringkali ditarik ke ranah emosional dan dipakai untuk memprovokasi kebencian terhadap khalifah Bani Umayyah dan sebagian sahabat Nabi.
6. Mempromosikan Akidah Ghuluw dan Bid’ah
Buku tersebut juga bisa memuat ajaran:
-
Raj’ah (kembalinya imam ke dunia setelah mati)
-
Al-Qur’an tidak lengkap atau telah diubah
-
Doa-doa syirik seperti meminta kepada imam
-
Tawasul yang tidak sesuai tuntunan
Dalam beberapa buku, terdapat doa-doa dari kitab Syiah seperti Mafatih al-Jinan, yang memuat ritual-ritual bid’ah dan menyimpang dari sunnah Nabi ﷺ.
7. Tidak Menyebut Referensi Sunni atau Menyudutkan Ulama Sunni
Buku beraliran Syiah biasanya hanya mengutip dari kitab-kitab Syiah dan mengabaikan bahkan menyerang ulama-ulama besar Ahlus Sunnah seperti Imam Bukhari, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan lainnya. Jika pun menyebut, mereka akan menyisipkan kritik atau tuduhan tidak netral.
8. Tampilan dan Judul yang Terkesan Netral, Tapi Berbahaya
Salah satu taktik Syiah adalah menggunakan judul yang netral atau seolah-olah umum, seperti:
-
“Islam Kritis”
-
“Sejarah Islam yang Terlupakan”
-
“Misteri Kematian Husein”
-
“Jejak Ahlul Bait”
-
“Prahara Politik dalam Islam Awal”
Namun setelah dibaca isinya, ternyata berisi penyimpangan akidah, glorifikasi tokoh Syiah, atau propaganda kebencian terhadap sahabat.
Langkah Pencegahan dan Tips Membaca Aman
-
Cek profil penulis dan penerbit.
-
Cari review atau ulasan ulama terpercaya.
-
Bacalah buku-buku yang direkomendasikan oleh MUI, NU, atau Muhammadiyah.
-
Hindari buku yang terlalu politis atau terlalu historis dengan narasi sepihak.
-
Ajak diskusi guru atau ustadz yang memiliki ilmu syar’i untuk membedah isi buku.
Penutup
Syiah bukan hanya sebuah mazhab dalam fiqh, tetapi telah menjadi aliran sesat dalam akidah karena menyimpang dari dasar-dasar Islam yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan dipraktikkan para sahabatnya. Penyebaran paham ini melalui buku merupakan strategi halus yang wajib diwaspadai oleh umat Islam, terutama di Indonesia yang mayoritas Sunni. Dengan memahami ciri-ciri buku beraliran Syiah, kita bisa lebih selektif dan tidak mudah terjebak dalam bacaan yang menyimpang.
Mari bentengi keluarga dan masyarakat dari pengaruh Syiah dengan ilmu yang benar, akidah yang lurus, dan semangat untuk menjaga warisan Nabi dan para sahabatnya.
(albert/syiahindonesia.com)
0 komentar: