Breaking News
Loading...

Mengapa Banyak Ulama Besar Sunni yang Menentang Syiah?

 


Syiahindonesia.com - Dalam sejarah pemikiran Islam, perbedaan antara Ahlus Sunnah wal Jamaah dan Syiah bukanlah semata perbedaan cabang fikih, tetapi menyentuh pokok-pokok akidah dan keyakinan mendasar. Inilah yang membuat banyak ulama besar dari kalangan Sunni secara tegas menolak bahkan memperingatkan bahaya ajaran Syiah dalam sejarah dan hingga hari ini.

1. Perbedaan dalam Konsep Kepemimpinan (Imamah)

Ahlus Sunnah meyakini bahwa kepemimpinan setelah Nabi ﷺ adalah melalui musyawarah dan pilihan umat, sebagaimana yang terjadi pada Khilafah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Sebaliknya, Syiah menetapkan bahwa Imamah adalah hak turun-temurun dari keturunan Ali bin Abi Thalib secara nash (penunjukan langsung), bahkan meyakini imam mereka ma‘shum (tidak berdosa).

Ulama seperti Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan Imam Abu Hanifah tidak pernah mengajarkan konsep imamah ala Syiah. Bahkan, Imam al-Bukhari dan Muslim tidak mencantumkan satu pun riwayat dari tokoh-tokoh Syiah ekstrem karena dianggap tidak tsiqah (dapat dipercaya).

2. Sikap terhadap Para Sahabat

Syiah dikenal dengan sikap permusuhan terhadap sebagian besar sahabat, terutama Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Padahal, dalam Islam:

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah…”
(QS. At-Taubah: 100)

Imam Nawawi dalam syarah Shahih Muslim menyebut bahwa merendahkan sahabat Nabi termasuk dosa besar. Oleh karena itu, ulama Sunni menentang ajaran yang mencaci sahabat.

3. Tuduhan Tahrif al-Qur’an

Beberapa literatur klasik Syiah seperti Al-Kafi karya Al-Kulaini memuat riwayat-riwayat yang menyiratkan bahwa Al-Qur’an telah diubah. Meskipun sebagian Syiah modern menolaknya, kehadiran riwayat-riwayat ini menjadi sorotan tajam ulama Sunni.

Al-Qur’an menyatakan:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan adz-Dzikr (Al-Qur’an) dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.”
(QS. Al-Hijr: 9)

Bagi Ahlus Sunnah, meyakini adanya perubahan dalam mushaf berarti meragukan janji Allah, dan ini bertentangan dengan akidah Islam.

4. Praktik-Perilaku yang Tidak Dikenal dalam Islam

Banyak ulama juga mengkritik praktek-praktek ritual Syiah seperti nikah mut’ah, azadari (menyiksa diri), dan memperingati Asyura dengan cara meratap dan berdarah-darah. Ini dianggap sebagai bid’ah bahkan menyerupai perilaku jahiliyah.

5. Fatwa Ulama Sunni

Banyak fatwa ulama Sunni dari masa klasik hingga modern memperingatkan bahaya ajaran Syiah ekstrem:

  • Imam Malik: “Barang siapa membenci para sahabat Nabi, maka dia tidak memiliki bagian dalam Islam.”

  • Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: “Tidak ada dalam dunia ini kelompok yang lebih dusta daripada Rafidhah (Syiah ekstrem).”

  • Syaikh Abdul Aziz bin Baz (mufti Saudi): “Syiah adalah kelompok sesat yang wajib diperingatkan bahaya ajarannya.”

  • Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah menegaskan bahwa Syiah Rafidhah bukan bagian dari Islam yang murni, dan menyimpang dari aqidah Ahlus Sunnah.


Kesimpulan

Penolakan para ulama besar Ahlus Sunnah terhadap Syiah bukan karena fanatisme buta, tetapi karena perbedaan mendasar dalam hal akidah, sikap terhadap Al-Qur’an, sahabat Nabi, dan ajaran-ajaran Islam lainnya. Oleh karena itu, umat Islam perlu memahami sejarah dan perbedaan ini secara kritis, ilmiah, dan berdasarkan dalil yang sahih.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: