Breaking News
Loading...

 Kesalahan Fatal dalam Kitab-Kitab Hadits Syiah


Syiahindonesia.com
– Hadits merupakan sumber hukum kedua dalam Islam setelah Al-Qur’an. Ahlus Sunnah wal Jama’ah menjaga keotentikan hadits dengan metode sanad (rantai perawi) dan matan (isi hadits) yang sangat ketat. Karena itu, hadits-hadits yang terkumpul dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim telah diuji melalui standar ilmiah yang ketat dan diakui oleh ulama seluruh dunia.

Namun berbeda dengan kalangan Syiah, yang memiliki kitab-kitab hadits sendiri seperti Al-Kafi, Man La Yahdhuruhu al-Faqih, Tahdzib al-Ahkam, dan Al-Istibsar. Keempat kitab ini dikenal sebagai Kutub al-Arba’ah (Empat Kitab Induk Hadits Syiah). Meski dianggap sakral oleh mereka, para ulama Ahlus Sunnah dan bahkan sebagian tokoh Syiah sendiri mengkritisi isinya karena dipenuhi banyak kesalahan fatal, baik dari segi sanad, matan, maupun kandungan yang menyimpang dari ajaran Islam.

Berikut ini adalah beberapa kesalahan besar yang dapat ditemukan dalam kitab-kitab hadits Syiah:


1. Menghina dan Mengkafirkan Sahabat Nabi ﷺ

Banyak hadits dalam Al-Kafi yang mencela dan mengkafirkan para sahabat Rasulullah ﷺ, padahal mereka adalah generasi terbaik yang dijamin surga.

Contoh hadits Syiah:

"Semua manusia menjadi murtad setelah wafatnya Nabi ﷺ, kecuali tiga orang."
(Al-Kafi, 8/245)

Ini bertentangan langsung dengan firman Allah dalam Al-Qur'an:

﴿مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ﴾
"Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka..."
(QS. Al-Fath: 29)


2. Mengklaim Bahwa Al-Qur’an Telah Dirubah

Salah satu penyimpangan serius dalam hadits Syiah adalah keyakinan bahwa mushaf yang ada sekarang telah dirubah dan tidak lengkap.

Contoh hadits:

"Al-Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad berjumlah 17.000 ayat."
(Al-Kafi, 2/634)

Padahal mushaf yang ada sekarang hanya berjumlah 6.236 ayat. Ini jelas bertentangan dengan ijma’ kaum Muslimin bahwa Al-Qur’an dijaga oleh Allah hingga hari kiamat.

﴿إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَـٰفِظُونَ﴾
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya."
(QS. Al-Hijr: 9)


3. Ajaran Tasybih (menyamakan Allah dengan makhluk)

Dalam beberapa hadits mereka, dijumpai deskripsi yang menyerupakan Allah dengan makhluk, seperti memiliki wajah, anggota tubuh, dan tempat duduk. Hal ini bertentangan dengan tauhid dan prinsip tanzih (menyucikan Allah dari sifat-sifat makhluk).


4. Menetapkan Keimaman sebagai Rukun Agama

Syiah menjadikan imamah sebagai pondasi agama dan mewajibkan keimanan kepada para imam sebagai syarat keislaman seseorang. Bahkan mereka meyakini imam-imam tersebut ma’shum, memiliki ilmu ghaib, dan lebih tinggi derajatnya dari para nabi.

Hadits Syiah menyatakan:

"Barang siapa tidak mengenal imam zamannya, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah."
(Al-Kafi, 1/377)

Padahal Islam yang diajarkan Rasulullah ﷺ cukup dengan syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji, tanpa keharusan mengimani sosok imam dari keturunan tertentu.


5. Membolehkan Nikah Mut’ah dan Menghalalkan Zina

Nikah mut’ah adalah pernikahan sementara yang dibolehkan dalam hadits-hadits Syiah dan dianggap sebagai ibadah. Bahkan ada hadits yang menyatakan:

"Barang siapa melakukan mut’ah satu kali, maka derajatnya seperti derajat Hasan. Dua kali seperti Husain. Tiga kali seperti Ali. Empat kali seperti Rasulullah."
(Tafsir Manhaj ash-Shadiqin)

Ini sangat berbahaya karena melegitimasi perzinahan dalam bentuk akad palsu, padahal nikah mut’ah telah diharamkan oleh Rasulullah ﷺ:

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْمُتْعَةِ
Dari Ali radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah ﷺ melarang nikah mut’ah.
(HR. Muslim no. 1406)


6. Tidak Adanya Ilmu Musthalah Hadits yang Disiplin

Dalam kajian hadits Sunni, dikenal ilmu musthalah hadits yang membahas derajat perawi, keadilan, hafalan, dan keabsahan sanad. Sedangkan Syiah tidak memiliki sistem validasi seketat itu. Bahkan banyak hadits dalam Al-Kafi yang bertentangan dengan Al-Qur’an, logika, dan sejarah, namun tetap dianggap sah.

Bahkan ulama Syiah seperti Al-Majlisi dalam Mir’at al-‘Uqul mengakui bahwa hanya sebagian kecil hadits dalam Al-Kafi yang bisa diterima.


Kesimpulan

Kesalahan-kesalahan fatal dalam kitab-kitab hadits Syiah menunjukkan betapa menyimpangnya ajaran yang mereka anut dari prinsip Islam yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ dan dijaga oleh para sahabat serta tabi’in. Umat Islam harus waspada terhadap penyebaran hadits-hadits palsu dan ajaran menyimpang yang diklaim sebagai bagian dari Islam, padahal bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

Meneliti sumber ajaran dengan jujur, ilmiah, dan merujuk pada ulama terpercaya adalah kunci menjaga akidah dari penyimpangan.




************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: