Breaking News
Loading...

 Kesalahan Besar Syiah dalam Memahami Konsep Keadilan Allah


Syiahindonesia.com -
Dalam ajaran Islam, salah satu prinsip utama dalam akidah adalah keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Ahlus Sunnah wal Jama’ah memahami keadilan Allah sebagai keadilan yang absolut, tidak bergantung pada standar manusia, dan senantiasa selaras dengan kebijaksanaan-Nya yang sempurna. Namun, dalam doktrin Syiah, pemahaman terhadap konsep keadilan ini mengalami penyimpangan serius yang berdampak pada berbagai aspek ajaran mereka, mulai dari imamah, takfir sahabat, hingga pengkultusan para imam.

1. Konsep 'Adalah' dalam Ushuluddin Syiah

Syiah menjadikan ‘Adl (keadilan) sebagai salah satu dari lima prinsip ushuluddin mereka, di samping tauhid, nubuwah, imamah, dan ma’ad. Namun, pemahaman mereka terhadap ‘adl sering kali bertentangan dengan prinsip keadilan ilahiyah yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Bagi Syiah, keadilan Allah harus tampak sesuai logika manusia, dan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan pemikiran mereka tentang keadilan dianggap sebagai bentuk ketidakadilan.

Hal ini tampak dalam penolakan mereka terhadap kepemimpinan para khalifah sahabat Nabi, seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Mereka menganggap bahwa Allah tidak adil jika membiarkan umat Islam dipimpin oleh orang-orang selain Ali bin Abi Thalib, padahal sejarah menunjukkan bahwa ketiga khalifah tersebut dipilih melalui musyawarah umat.

2. Keadilan Allah dan Konsep Imamah Syiah

Syiah percaya bahwa Allah hanya memberikan hak kepemimpinan kepada keluarga Nabi melalui Ali dan keturunannya. Mereka menolak legitimasi khilafah selain dari jalur keturunan, dan mengklaim bahwa Allah tidak mungkin membiarkan umat Islam tanpa imam yang ma’shum.

Padahal, dalam Islam, kepemimpinan tidak disyaratkan harus ma’shum, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ dalam menunjuk para gubernur dan amir, yang tidak semuanya terbebas dari dosa. Pemaksaan konsep keadilan Allah dalam bentuk pengangkatan imam-imam ma’shum sebenarnya justru bertentangan dengan fakta sejarah dan realitas umat.

3. Tuduhan Ketidakadilan Allah dalam Memberi Hidayah

Dalam kitab-kitab mereka, Syiah menyebut bahwa mayoritas sahabat Nabi murtad setelah wafatnya Rasulullah ﷺ. Ini adalah tuduhan yang sangat besar terhadap generasi terbaik umat Islam. Mereka menganggap Allah telah membiarkan mayoritas umat dibimbing oleh orang-orang yang sesat—dan ini, dalam klaim mereka, adalah bentuk ketidakadilan jika bukan karena adanya imam yang ma’shum.

Padahal Allah Ta’ala berfirman:

اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ “Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan risalah-Nya.” (QS. Al-An’am: 124)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak mungkin keliru dalam memilih sahabat-sahabat terbaik yang akan menyebarkan agama-Nya. Menuduh para sahabat sebagai pengkhianat atau murtad adalah bentuk keraguan terhadap kebijaksanaan dan keadilan Allah.

4. Pengkultusan Imam dan Penolakan Takdir

Syiah memberikan sifat ma’shum kepada imam-imam mereka dan menganggap bahwa merekalah perantara mutlak antara manusia dan Allah. Bahkan dalam beberapa riwayat Syiah, disebutkan bahwa para imam mengetahui yang ghaib, mengatur rezeki manusia, bahkan mengampuni dosa!

Konsep ini tidak hanya mencederai tauhid, tetapi juga bertentangan dengan keadilan Allah, karena menjadikan sebagian manusia memiliki hak prerogatif ilahiyah. Islam yang murni menolak keras pengangkatan manusia sebagai sekutu dalam urusan ilahiyah.

Allah berfirman:

وَلَا يُشْرِكُ فِي حُكْمِهِ أَحَدًا “Dan Dia tidak mengambil seorang pun sebagai sekutu dalam hukum-Nya.” (QS. Al-Kahfi: 26)

5. Kesimpulan

Pemahaman Syiah terhadap konsep keadilan Allah terjebak dalam tafsir-tafsir logis yang bertentangan dengan wahyu. Mereka menempatkan logika manusia di atas nash syar’i, lalu menyesuaikan ajaran agama sesuai dengan klaim keadilan versi mereka. Hal ini berujung pada pengkafiran sahabat, pengangkatan imam ma’shum, penolakan khilafah sahabat, dan keyakinan akan mushaf lain (seperti Mushaf Fatimah), yang semuanya bertentangan dengan prinsip Islam.

Umat Islam perlu waspada dan terus belajar dari sumber-sumber yang sahih agar tidak terjebak dalam penyimpangan pemahaman yang mengatasnamakan keadilan Allah, padahal sejatinya mencoreng kemurnian tauhid dan risalah Islam yang sejati.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: