Breaking News
Loading...

Strategi Ulama Syiah dalam Memutarbalikkan Fakta Sejarah


Syiahindonesia.com
– Dalam sejarah Islam, terdapat sejumlah peristiwa penting yang dipelajari oleh umat Muslim, baik di kalangan Sunni maupun Syiah. Namun, dalam hal ini, Ulama Syiah sering kali memiliki strategi tertentu untuk memutarbalikkan fakta sejarah demi mendukung ajaran-ajaran mereka. Pemutarbalikan fakta sejarah ini sering kali melibatkan penafsiran ulang atas peristiwa-peristiwa besar, terutama yang berkaitan dengan Khalifah-khalifah Rashidin dan peran para sahabat.


Mengubah Gambar Sosial Para Sahabat

Salah satu strategi utama yang dilakukan oleh ulama Syiah adalah dengan memutarbalikkan gambaran tentang sahabat-sahabat Nabi Muhammad ﷺ. Dalam ajaran Syiah, banyak dari sahabat besar Nabi dianggap sebagai pengkhianat dan musuh Islam, terutama yang mendukung Abu Bakar, Umar, dan Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhum. Syiah berusaha untuk mendiskreditkan para sahabat ini melalui penafsiran sejarah yang tidak objektif dan tidak sesuai dengan fakta-fakta yang tercatat dalam sumber-sumber primer Islam.

Salah satu contoh paling mencolok adalah penafsiran terhadap peristiwa Saqifah Bani Sa’ida. Peristiwa ini, yang terjadi setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, menjadi titik perbedaan besar antara Syiah dan Sunni. Ulama Syiah berusaha menampilkan pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah pertama sebagai sebuah persekongkolan dan kezaliman, padahal dalam riwayat Sunni, peristiwa tersebut digambarkan sebagai keputusan sah yang disetujui oleh mayoritas sahabat Nabi.


Pengaruh Pemikiran dari Abdullah bin Saba’

Selain itu, Abdullah bin Saba’ juga menjadi salah satu figur yang sering disalahgunakan oleh sebagian ulama Syiah untuk mengubah persepsi sejarah. Abdullah bin Saba’ adalah tokoh yang dianggap oleh sebagian besar sejarawan Sunni sebagai pencetus fitnah di kalangan umat Islam, namun dalam ajaran Syiah, ia sering dipandang sebagai tokoh yang mengajarkan penyembahan terhadap Ali bin Abi Thalib. Dalam ajaran Syiah, Ali diangkat menjadi imam pertama, dengan kedudukan yang lebih tinggi daripada khalifah lainnya.

Banyak ulama Syiah yang berusaha menghapuskan atau meremehkan peran Abdullah bin Saba’ dalam sejarah Islam, padahal dalam sumber-sumber historis yang kuat, ia dikenal sebagai tokoh yang memecah belah umat Islam dan menyebabkan fitnah besar di kalangan sahabat.


Manipulasi Terhadap Hadis dan Riwayat

Strategi lain yang dilakukan oleh ulama Syiah adalah dengan memanipulasi hadis-hadis yang ada. Mereka cenderung untuk memilih riwayat yang mendukung ajaran mereka dan mengabaikan atau menyesatkan riwayat yang bertentangan dengan pandangan mereka. Salah satu contohnya adalah mengenai hadis al-Thaqalayn, yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad ﷺ:

"Aku tinggalkan di antara kalian dua hal yang berharga: Al-Qur’an dan Sunnahku."
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "إِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ مَا إِن تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَا تَضِلُّوا بَعْدِي: كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِي."

Hadis ini, yang menekankan pentingnya pegangan pada Al-Qur’an dan Sunnah, sering kali diinterpretasikan oleh ulama Syiah untuk memperkuat ajaran tentang wilayah (kepemimpinan) Imam Ali dan keturunannya. Namun, sebagian besar riwayat yang shahih menunjukkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ memberikan penekanan pada pentingnya keikutsertaan dalam umat Islam secara keseluruhan, bukan hanya pada kelompok tertentu seperti Imam Ali atau keturunannya.


Mengklaim Peran Imam Ali sebagai Pemimpin Satu-satunya

Di dalam ajaran Syiah, salah satu tujuan utama adalah menetapkan Imam Ali sebagai pemimpin spiritual dan politik yang sah setelah Rasulullah ﷺ. Oleh karena itu, para ulama Syiah berusaha untuk menyelewengkan riwayat-riwayat sejarah yang menunjukkan bahwa Abu Bakar, Umar, dan Utsman adalah khalifah yang sah setelah Nabi. Dengan menghapuskan atau merubah fakta sejarah, mereka berupaya mengukuhkan posisi Imam Ali sebagai satu-satunya pemimpin yang diridhai Allah setelah Rasulullah ﷺ.


Menggunakan Fitrah Kepemimpinan untuk Legitimasi

Ulama Syiah menggunakan teori imamah untuk membenarkan bahwa kepemimpinan agama setelah Nabi Muhammad ﷺ adalah warisan turun-temurun dari keluarga Ahlul Bait, dan hanya imams yang memiliki hak untuk memimpin umat Islam. Mereka mengklaim bahwa setiap imam memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada para sahabat lainnya, padahal dalam pandangan Sunni, khalifah adalah pemimpin umat Islam yang dipilih melalui ijma' atau konsensus umat.


Kesimpulan: Waspadai Penyimpangan Sejarah dari Ulama Syiah

Strategi ulama Syiah dalam memutarbalikkan fakta sejarah adalah salah satu bentuk penyimpangan yang berbahaya terhadap ajaran Islam yang benar. Mereka mencoba untuk merubah pandangan umat tentang sejarah Islam, dengan mengutamakan kepemimpinan Imam Ali di atas sahabat lainnya dan mengabaikan proses ijma’ umat dalam memilih khalifah setelah Rasulullah ﷺ. Semua ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kewibawaan ajaran Syiah dan mengurangi legitimasi Sunni sebagai aliran mayoritas dalam Islam.

Umat Islam harus memahami fakta sejarah dengan benar dan tidak terjebak dalam penyesatan sejarah yang dilakukan oleh beberapa pihak. Agar kita tetap berpegang teguh pada ajaran Islam yang asli, tanpa terpengaruh oleh penyimpangan-penyimpangan yang mengarah pada perpecahan umat.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: