Syiahindonesia.com - Ajaran Syiah, meskipun mengklaim sebagai bagian dari umat Islam, memiliki beberapa keyakinan dan pemahaman yang berbeda dengan Ahlus Sunnah. Salah satu aspek yang sering diperdebatkan adalah pemahaman mereka mengenai kepemimpinan setelah Nabi Muhammad ﷺ, yang mereka klaim hanya boleh dipegang oleh keluarga Nabi, khususnya Ali bin Abi Thalib. Namun, banyak hadits-hadits shahih yang secara jelas menolak pemahaman ini. Artikel ini akan mengulas beberapa hadits yang menunjukkan penolakan terhadap klaim-klaim Syiah.
1. Hadits tentang Kepemimpinan Setelah Nabi Muhammad ﷺ
Salah satu ajaran utama Syiah adalah keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah penerus yang sah setelah Nabi Muhammad ﷺ, yang harus menjadi khalifah atau imam. Namun, hadits-hadits shahih dalam Ahlus Sunnah menunjukkan bahwa kepemimpinan umat Islam tidak terikat pada satu keluarga tertentu. Salah satu hadits yang menunjukkan hal ini adalah:
“Sesungguhnya kalian akan memilih pemimpin kalian setelahku, maka pilihlah orang yang adil dan bertakwa. Mereka adalah pemimpin bagi kalian.”
— Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim
(إِنَّكُمْ سَتَجْتَمِعُونَ عَلَىٰ قِيَادَتِكُمْ مِنْ بَعْدِي فَاخْتَارُوا لَهُمْ رَجُلًا عَدْلًا وَتَقِيًّا فَإِنَّهُ سَيَكُونُ لَكُمْ قِيَادَةً).
Hadits ini menunjukkan bahwa kepemimpinan umat Islam seharusnya berdasarkan prinsip keadilan dan takwa, bukan hanya berdasarkan garis keturunan.
2. Hadits tentang Pemilihan Khalifah
Di dalam banyak hadits shahih, Rasulullah ﷺ mengajarkan pentingnya musyawarah dalam pemilihan pemimpin umat Islam, tanpa memandang keturunan. Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
“Apabila tiga orang berada dalam perjalanan, hendaklah mereka memilih seorang di antara mereka untuk menjadi pemimpin mereka.”
— Hadits Riwayat Bukhari
(إِذَا كَانَ لِثَلاَثَةٍ فِي سَفَرٍ فَفَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَكُمْ).
Hadits ini mengajarkan bahwa pemilihan pemimpin harus dilakukan dengan musyawarah, dan tidak ada penunjukan yang mengharuskan seorang individu tertentu, seperti Ali, untuk memimpin.
3. Hadits tentang Kewajiban Mentaati Khalifah yang Dipilih
Syiah mengajarkan bahwa hanya Imam dari keluarga Nabi ﷺ yang layak diikuti. Namun, hadits-hadits shahih menekankan pentingnya mentaati khalifah yang sah, tanpa memandang keturunan. Salah satu hadits yang sering dijadikan acuan adalah:
“Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapat petunjuk, dan barang siapa yang taat kepada pemimpin yang sah, maka ia juga akan mendapat petunjuk.”
— Hadits Riwayat Muslim
(مَنْ يُطِعِ اللَّـهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ اهْتَدَىٰ، وَمَنْ يُطِعِ الإِمَامَ فَقَدْ اهْتَدَىٰ).
Hadits ini menunjukkan bahwa ketaatan kepada pemimpin yang sah dan adil merupakan kewajiban umat Islam, tanpa harus terikat pada garis keturunan tertentu.
4. Hadits tentang Tidak Ada Nabi Setelah Rasulullah ﷺ
Syiah mengajarkan bahwa para Imam mereka memiliki kedudukan seperti nabi setelah Rasulullah ﷺ, namun hadits-hadits shahih dalam Ahlus Sunnah menegaskan bahwa tidak ada nabi setelah Muhammad ﷺ. Salah satu hadits yang terkenal adalah:
“Tidak ada nabi setelahku.”
— Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim
(لَا نَبِيَّ بَعْدِي).
Hadits ini mengingatkan umat Islam bahwa setelah Rasulullah ﷺ, tidak ada lagi nabi yang akan datang, dan para Imam Syiah yang mereka anggap sebagai pemimpin rohani umat setelah nabi adalah pemahaman yang salah.
5. Hadits tentang Keharusan Mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ
Syiah seringkali menekankan pentingnya mengikuti ajaran Imam mereka, namun hadits-hadits shahih menekankan bahwa umat Islam harus mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ dan tidak ada ajaran baru setelahnya. Salah satu hadits yang menunjukkan hal ini adalah:
“Aku tinggalkan dua perkara di antara kalian, jika kalian berpegang teguh pada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat setelahku. Yaitu Kitabullah dan Sunnahku.”
— Hadits Riwayat Muslim
(إِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِي: كِتَابَ اللَّـهِ وَسُنَّتِي).
Hadits ini menunjukkan bahwa pegangan umat Islam setelah Nabi ﷺ adalah Al-Qur’an dan Sunnah, bukan ajaran Imam-imam Syiah yang dianggap sebagai sumber hukum.
Kesimpulan
Hadits-hadits shahih yang ada dalam kitab-kitab terkenal seperti Sahih Bukhari, Sahih Muslim, dan lainnya menunjukkan bahwa ajaran Syiah mengenai kepemimpinan, penunjukan imam, dan kedudukan keluarga Nabi ﷺ bertentangan dengan ajaran Ahlus Sunnah. Ahlus Sunnah berpegang pada prinsip bahwa kepemimpinan umat Islam harus berdasarkan musyawarah dan pemilihan yang adil, bukan keturunan tertentu. Oleh karena itu, pemahaman Syiah yang menganggap hanya keluarga Nabi ﷺ yang memiliki hak memimpin umat Islam tidak didukung oleh hadits-hadits shahih.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: