1. Asal-Usul Ritual Asyura dalam Syiah
Kaum Syiah meyakini bahwa tanggal 10 Muharram adalah hari berkabung atas kesyahidan Husain bin Ali di Karbala pada tahun 61 H. Mereka mengklaim bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk menangisi dan meratapi Husain, bahkan menyiksa diri sebagai bentuk solidaritas terhadap penderitaannya. Namun, apakah klaim ini benar?
Dalam Islam, menangisi kematian seseorang adalah hal yang wajar, tetapi berlebihan dalam berkabung, seperti meratap, memukul-mukul tubuh, atau menyakiti diri sendiri, adalah perbuatan yang dilarang. Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ، وَشَقَّ الْجُيُوْبَ، وَدَعَا بِدَعْوَى الجَاهِلِيَّةِ
"Bukan termasuk golongan kami orang yang menampar pipi, merobek pakaian, dan meratap dengan seruan jahiliyah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ritual Asyura Syiah tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam, melainkan merupakan hasil adopsi dari tradisi-tradisi asing, terutama dari budaya Persia dan India yang memiliki kebiasaan meratap dan menyiksa diri dalam perayaan-perayaan duka mereka.
2. Bentuk-Bentuk Penyimpangan dalam Ritual Asyura Syiah
a. Menyiksa Diri (Tatbir dan Zanjeer)
Salah satu ritual paling ekstrem dalam peringatan Asyura adalah Tatbir (melukai kepala dengan pedang) dan Zanjeer (mencambuk diri dengan rantai berduri). Mereka meyakini bahwa menyakiti tubuh adalah bentuk pengorbanan untuk Husain.
Namun, dalam Islam, menyakiti diri sendiri adalah perbuatan haram. Allah ﷻ berfirman:
وَلَا تَقْتُلُوا أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An-Nisa: 29)
Bahkan beberapa ulama Syiah sendiri, seperti Ali Khamenei, telah melarang praktik Tatbir dan Zanjeer karena dianggap mencoreng citra Islam.
b. Meratap dan Melakukan Ratapan Berlebihan
Dalam banyak peringatan Asyura, para penceramah Syiah akan menyampaikan kisah-kisah yang dibuat-buat tentang Husain, yang kemudian membuat para pendengarnya menangis histeris, menampar wajah, dan bahkan merobek pakaian mereka.
Padahal Rasulullah ﷺ telah melarang perilaku seperti ini. Beliau bersabda:
إِنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
"Sesungguhnya mayit akan disiksa karena tangisan keluarganya atasnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Keyakinan Bahwa Air di Langit Tidak Turun pada 10 Muharram
Salah satu mitos dalam ajaran Syiah adalah bahwa pada hari Asyura, langit menangis untuk Husain, dan hujan tidak akan turun sebagai bentuk belasungkawa. Namun, ini jelas bertentangan dengan sunnatullah (hukum alam) yang ditetapkan oleh Allah.
d. Mengharamkan Kebahagiaan pada 10 Muharram
Kaum Syiah menganggap bahwa hari Asyura adalah hari kesedihan, sehingga mereka melarang pernikahan atau perayaan apa pun di hari itu. Sebaliknya, Islam justru mengajarkan bahwa 10 Muharram adalah hari penuh berkah, karena pada hari itu Nabi Musa عليه السلام diselamatkan dari Fir'aun, sehingga Rasulullah ﷺ menganjurkan untuk berpuasa Asyura.
Rasulullah ﷺ bersabda:
صَوْمُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
"Puasa Asyura, aku berharap kepada Allah dapat menghapuskan dosa setahun sebelumnya." (HR. Muslim)
Dengan demikian, Asyura dalam ajaran Islam adalah hari penuh keutamaan, bukan hari duka seperti yang diajarkan oleh Syiah.
3. Distorsi Sejarah dalam Peringatan Asyura Syiah
Kaum Syiah sering mendistorsi sejarah untuk membenarkan ritual mereka. Berikut beberapa fakta sejarah yang mereka putarbalikkan:
- Mereka menyalahkan seluruh sahabat Nabi atas kematian Husain, padahal yang membunuhnya adalah pasukan dari Kufah yang sebelumnya telah mengundang Husain ke sana.
- Mereka menganggap Yazid bin Muawiyah sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab, padahal dalam sejarah, ada banyak faktor politik yang menyebabkan tragedi Karbala.
- Mereka mengklaim bahwa Ahlus Sunnah tidak mencintai Husain, padahal Sunni sangat mencintai Husain sebagai cucu Rasulullah ﷺ dan sering meriwayatkan keutamaannya dalam hadits-hadits shahih.
4. Konsekuensi dari Ritual Asyura
Ritual Asyura yang dilakukan oleh Syiah memiliki dampak negatif yang besar, di antaranya:
- Memecah belah umat Islam, karena mereka terus menyebarkan kebencian terhadap Ahlus Sunnah dengan dalih "balas dendam atas kematian Husain".
- Mengajarkan kebiasaan menyakiti diri sendiri, yang bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan kasih sayang dan menjaga kesehatan tubuh.
- Menghidupkan budaya ratapan dan kesedihan yang berlebihan, padahal Islam mengajarkan kesabaran dan tawakal dalam menghadapi musibah.
Kesimpulan
Peringatan Asyura yang dilakukan oleh Syiah penuh dengan mitos, distorsi sejarah, dan penyimpangan dari ajaran Islam yang benar. Ritual ini tidak memiliki dasar dalam Al-Qur’an dan hadits, bahkan bertentangan dengan sunnah Rasulullah ﷺ.
Sebagai Muslim, kita harus mengikuti ajaran Islam yang benar, yaitu menjadikan 10 Muharram sebagai hari ibadah dan puasa, bukan sebagai ajang ratapan dan penyiksaan diri.
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: