Breaking News
Loading...

Bagaimana Pesantren Syiah Bisa Bertahan dan Tanpa Konflik? (Pertama Dari 2 Tulisan)

 Sekilas syiah di Jepara

Salah satu titik basis syiah di Jawa Tengah adalah kota Jepara. Dalam sejarahnya, ada beberapa tokoh yang menyebarkan syiah di Jepara tersebut. Penganut syiah di Jepara selain menyebarkan Ajaran syiah, juga melakukan regenerasi dan juga perekrutan. Dalam rangka mensukseskan program dakwah syiah, syiah Jepara melakukan banyak hal.

Syiah Jepara mendirikan pesantren. Namanya pesantren Daruttaqrib. Bagaimana sebuah pesantren syiah bisa bertahan dan tidak terjadi konflik dengan masyarakat sekitar. Berikut ulasan singkatnya: 



Menurut catatan Eva Ida Amaliyah saat meneliti interaksi Sunni-Syiah di Desa Banjaran Bangsri, misalnya, nyaris tidak ada gesekan maupun konflik horizontal yang terjadi, termasuk dalam persoalan ekspresi ritual peribadatan. Pada acara hari-hari besar keagamaan Islam, seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw., lebaran Idul Fitri, Arbain, dll., kedua kelompok ini saling menghadiri.

Sunni Syiah Yasinan Bareng

Panitia kegiatan biasanya memberikan surat undangan resmi kepada masing-masing pihak. Ketika kaum Sunni mengadakan sebuah acara, maka kaum Syiah akan diberi surat undangan baik surat yang berisi permintaan untuk menjadi panitia maupun sebagai undangan dalam kegiatan, begitu sebaliknya apabila kaum Syiah tersebut akan menyelenggarakan sebuah kegiatan. Ini bagian dari strategi syiah, mengalah dengan menghadiri acara Sunni agar ketika mereka mengadakan acara, sunni mau datang. Ini juga bukan merupakan kelaziman. Pada umumnya masyarakat cenderungnya jika bukan dari keyakinannya maka tidak akan sudi hadir. Ini juga termasuk toleransi yang berlebihan, jika sampai mencampur acara dengan mazhab berbeda. 








Di daerah Bekasi juga pernah terjadi, ketika sebuah masjid syiah AlMahdi yang terletak di Jln Hankam Jati Murni Kota Bekasi, mengadakan Acara maulid ala sunni dan mengundang pembicara sunni dan massa sunni. Sehingga acara terlihat ramai dan banyak pesertanya. Padahal jika acara khusus syiah saja, yang datang bakalan sedikit dan orangnya itu-itu saja.

Kembali ke Jepara, begitu juga di lingkungan Ponpes Darut Taqrib, Ustad maupun santrinya tidak sungkan membaur dengan masyarakat sekitar melalui aneka macam kegiatan. Setiap malam Jum’at, perwakilan ustad selalu menghadiri acara Yasinan yang diadakan oleh masyarakat di sekitar pesantren.

Dari aspek tradisi keagamaan, memang terdapat banyak kemiripan antara Syi’ah dengan Sunni, yang di Indonesia direpresentasikan oleh Nahdlatul Ulama (NU). Beberapa ritual populer Amaliyah ahlusunnah wal jamaah an-nahdliyyah juga dilakukan oleh kalangan Syi’ah. Contohnya tahlil, tawassul, pembacaan maulid al-Barzanji, dan ziarah ke makam orang-orang shalih. Kesamaan tradisi ini pula yang memudahkan komunitas Syi’ah di Ponpes Darut Taqrib bergumul secara intensif dengan golongan mayoritas Sunni. Ini berarti memang kedua pihak mengesampingkan aspek aqidah. Konflik di Madura terjadi karena pengikut syiah melaknat para sahabat RA dan hal itu menimbulkan kemarahan sunni dan akhirnya terjadi pengusiran. Syiah melakukan taqiyahnya dengan disiplin dalam kasus di Jepara. Selama mereka melakukan taqiyah, maka masyarakat sunni cenderung menerima, karena prinsip dalam aswaja adalah “kami menghukumi secara zahirnya”. Jika zahirnya tidak pernah mencela para sahabat RA maka sunni pun tidak akan melakukan resistensi.

Selain Yasinan, pesantren Darut Taqrib juga sering mengadakan kegiatan bakti social yang melibatkan masyarakat di sekitar pesantren. Ketika lebaran Idul Fitri, mereka bekerja sama dengan Ketua RW setempat untuk mengadakan kegiatan membagikan paket sembako yang berisi beras, minyak goreng, dan gula. Begitu juga saat Hari Raya Idul Adha, pihak pesantren secara rutin memberikan daging kurban kepada warga sekitar.

Ustad Ali menuturkan: “Kalo lebaran, kami bagi-bagi sembako ke masyarakat. Maksimal 50 kantong. Isinya beras, minyak, dan gula. Kami kerja sama dengan RT/RW setempat. Pak RT yang mendata warga, Santri-santri bagian teknis lapangan yang mengantarkan paket sembakonya ke rumah-rumah. Tiap idul qurban pun sama. Kami menyembelih 5 kambing untuk dikasihkan ke warga.

Ini juga menjadi catatan buat para aktifis dan pengurus dakwah di sekitar syiah. Jika ada kawan-kawan sunni yang secara ekonomi membutuhkan dan tidak ada yayasan atau ustad yang peduli, justru dari pihak syiah ada yang peduli, maka masyarakat akan menerima bantuan tersebut dengan baik. Ini juga menjadi benteng syiah sehingga masyarakat yang menerima bantuan akan membela jika sewaktu-waktu syiah dipojokkkan atau di opinikan negative.

Langkah Tokoh Syiah Jepara

Tidak saja kepada masyarakat sekitar pesantren, keserasian hubungan juga dibangun oleh tokoh Syi’ah Jepara terhadap elit-elit agamawan. Salah satunya ialah kedekatan secara personal antara Ustad Miqdad Turkhan sebagai Rois Syuriyah Ahlul Bait Indonesia (ABI) pusat yang juga pengasuh Ponpes Darut Taqrib dengan KH. Mashudi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Jepara. Keduanya sering terlibat dalam forum-forum lintas agama yang bertujuan menumbuhkan iklim toleransi, kerukunan, dan perdamaian antar umat beragama. Misalnya, sama-sama bergabung dalam Forum Kerukunan Umat beragama (FKUB) Kabupaten Jepara di mana KH. Mashudi bertindak sebagai ketua dan Ustad Miqdad menjadi anggotanya.

Bahkan, berkat komunikasi yang baik ini pula, Ustad Miqdad pernah mengajak KH. Mashudi berkunjung ke Iran untuk melihat potret keberagamaan, khususnya relasi Sunni-Syiah di negeri Timur Tengah tersebut. Ini memang menjadi salah satu program favorit syiah yaitu mengajak tokoh-tokoh sunni yang berpengaruh untuk dibawa ke Iran dan harapannya selepas dari Iran, mereka bisa menjadi corong ke umat Islam bahwa syiah itu biasa-biasa saja dan tidak sesat. Setahun bisa 2 sampai 3 kali rombongan dari Indonesia di bawa ke Iran. Ada dari kalangan akademisi, para Ustad dan tokoh yang dianggap bisa menjadi penetral jika syiah di sudutkan atau disesatkan.

Pada peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Awal tahun 2018, Ustad Miqdad mengundang KH. Mashudi untuk memberikan tausiyah di hadapan komunitas Syi’ah Jepara di Ponpes Darut Taqrib. Di samping FKUB, Ponpes Darut Taqrib juga bergabung dalam Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP), yaitu wadah perhimpunan pengurus pesantren di Kabupaten Jepara di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) yang terdiri dari pesantren Sunni dan Syi’ah.

Bantuan Pemerintah Lima Juta Pertahun Untuk Pesantren Syiah
Setiap tahun, Ponpes Darut Taqrib mendapatkan anggaran dana dari Kemenag sebesar lima juta rupiah. Sebagaimana yang dikatakan Ustad Ali: Ustad Miqdad memiliki kedekatan personal dan kelembagaan dengan Ketua MUI Jepara, Bapak Mashudi. Mereka sangat akrab. Tahun kemarin, Pak Mashudi juga diajak ke Iran. Supaya tahu bahwa orang Sunni dengan Syi’ah di sana bisa hidup rukun. Kita juga bergabung dalam FKPP (Forum Komunikasi Pondok Pesantren) di bawah naungan Kemenag Kab. Jepara. Koordinatornya bernama Pak Muhtoshid dari Desa Mangunan. Di FKPT pengurus-pengurus pondok pesantren sering bertemu. Minimal tiga bulan sekali koordinasi.

Jaringan Gusdurian Jepara

Model pendekatan kultural juga digunakan oleh pengurus Ponpes Darut Taqrib dengan cara menjadi peserta aktif diskusi rutin “Malem Kemisan” yang diinisiasi oleh Jaringan Gusdurian Jepara, organisasi Islam moderat yang cukup aktif dalam berperan menyebarkan dan membangun toleransi, moderatisme, dan pluralisme di Jepara.

Pada satu kesempatan diskusi, Ustad Ali berpendapat bahwa tidak ada perbedaan menonjol antara Sunni-Syi’ah yang perlu dibesar-besarkan. Karena, ketidaksamaan mazhab dan aliran tidak terletak pada perkara-perkara pokok sebagai inti ajaran agama (ushul), tetapi berkisar dalam konteks furu’iyyah atau produk penafsiran, khususnya bidang fikih. Orang Syi’ah maupun Sunni sama-sama meyakini Allah sebagai Tuhan, Muhammad sebagai utusan, Al Quran sebagai kitab suci rujukan dan sama-sama meyakini hari Qiyamah dan hari pembalasan; orang baik masuk surga dan pendosa masuk neraka. Jadi, kita ambil titik temunya saja. Yang berbeda kita hormati, yang sama kita lestarikan bersama. Ini adalah senjata syiah agar aman dalam menyebarkan doktrin syiahnya. Mereka menyebarkan doktrin bahwa perbedaan syiah dengan sunni adalah dalam masalah cabang dan bukan pokok.
=======
Bersambung … ke bag 2




************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: