Breaking News
Loading...

FATWA ULAMA ISLAM TENTANG SYIAH RAFIDHAH (Edisi 1)
FATWA ULAMA ISLAM TENTANG SYIAH RAFIDHAH
(Edisi 1)*

Yang berpendapat bahwa syiah itu kafir adalah para Imam-Imam Besar Islam, seperti: Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Bukhari dan lain-lain. Berikut ini kata-kata dari fatwa para Imam dan ulama Islam mengenai golongan Rafidhah yang disebut dengan Itsna Asyariyah dan Ja’fariyah.

▶️ Pernyataan pada Makalah-makalah Para Ulama Terkenal dan pada Buku-buku Induk Mereka
Akan dimulai dengan mengutarakan fatwa Imam Malik, kemudian Imam Ahmad, lalu Imam Bukhari. Selanjutnya saya akan utarakan fatwa Imam-imam yang lain sesuai dengan masa hidup mereka. Saya memilih fatwa para imam yang besar, atau para ulama yang hidup semasa dengan golongan Rafidhah (Syiah) yang tinggal dalam satu negeri atau dari kitab-kitab mereka dan dari ulama Islam yang mempelajari madzhab mereka.

1. Imam Malik

Al-Khallal meriwayatkan dari Abu Bakar Al-Marwadzi, katanya: “Saya mendengar Abu Abdullah berkata, bahwa Imam Malik berkata: “Orang yang mencela [1] sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam.” [2]
Ibnu Katsir berkata -dalam kaitan dengan firman Allah surat Al-Fath ayat 29:
Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan beliau adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menyakitkankan hati orang-orang kafir.
Ia berkata: “Dari ayat ini, dalam satu Riwayat dari Imam Malik, ia mengambil kesimpulan bahwa golongan Rafidhah, yaitu orang-orang yang membenci para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah kafir. Beliau berkata: “Karena mereka ini membenci para sahabat. Barangsiapa yang membenci para sahabat, maka ia adalah kafir berdasarkan ayat ini.” Pendapat ini disepakati oleh segolongan ulama. [3]
Al-Qurthubi berkata: “Sungguh ucapan Imam Malik ini benar dan penafsirannya pun benar. Siapa pun yang menghina seorang Sahabat atau mencela periwayatannya [4], maka ia telah menentang Allah, Tuhan sekalian alam dan membatalkan syariat kaum Muslimin. [5]

2. Imam Ahmad

Beberapa Riwayat telah diriwayatkan darinya tentang pendapat beliau yang mengkafirkan golongan Syiah.
Al-Khallal meriwayatkan dari Abu Bakar Al-Marwadzi, ia berkata: “Saya bertanya kepada Abu Abdullah tentang orang yang mencela Abu Bakar, Umar, dan Aisyah? Jawabnya: Saya berpendapat bahwa dia bukan orang Islam.” [6]
Al-Khallal berkata: “Abdul Malik bin Abdul Hamid menceritakan kepadaku, katanya: “Saya mendengar Abu Abdullah berkata: “Barangsiapa mencela (Sahabat) maka aku khawatir ia menjadi kafir seperti halnya orang-orang Rafidhah. Kemudian beliau berkata: “Barangsiapa mencela sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka kami khawatir dia keluar dari Islam (tanpa disadari).” [7]
Ia berkata: “Abdullah bin Ahmad bin Hambal bercerita kepada kami, katanya: “Saya bertanya kepada ayahku perihal seseorang yang mencela salah seorang dari Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka jawabnya: “Saya berpendapat ia bukan orang Islam”. [8]
Disebutkan dalam kitab As-Sunnah karya Imam Ahmad, mengenai pendapat beliau tentang golongan Rafidhah: “Mereka itu adalah golongan yang menjauhkan diri dari sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan mencelanya, menghinanya serta mengkafirkannya kecuali hanya empat orang saja yang tidak mereka kafirkan, yaitu Ali radhiyallahu 'anhu, Ammar radhiyallahu 'anhu, Miqdad radhiyallahu 'anhu, dan Salman radhiyallahu 'anhu. Golongan Rafidhah ini sama sekali bukan Islam”. [9]
Syiah Itsna Asyariyah mengkafirkan para sahabat, kecuali beberapa orang yang jumlahnya tidak melebihi jari-jari dalam satu tangan. Mereka melaknat para Sahabat, baik dalam doa, saat berziarah, di tempat-tempat pertemuan, maupun dalam kitab-kitab induk mereka. Mereka mengkafirkan para Sahabat sampai hari Kiamat. [10]
Ibnu Abdul Qawiy berkata: “Imam Ahmad telah mengkafirkan orang-orang yang menjauhkan diri dari sahabat, orang yang mencela Ummul Mu’minin Aisyah dan menuduhnya berbuat serong, padahal Allah telah mensucikannya dari tuduhan tersebut seraya beliau membaca ayat: “Allah menasihati kamu, agar kamu jangan mengulang hal seperti itu untuk selama-lamanya, jika kamu benar-benar beriman.” [11]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan dalam kitab Majmû’ Al-Fatâwa, bahwa pernyataan mengkafirkan golongan Rafidhah seakan-akan ada perbedaan antara Imam Ahmad dan lainnya. [12]
Pernyataan-pernyataan Imam Ahmad yang tersebut di atas dengan jelas memuat kata mengkafirkan mereka. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memperingatkan duduk persoalan pendapat yang tidak mengkafirkan golongan Rafidhah (Syiah) karena perbuatan mereka mencela Sahabat. Dengan demikian yang sekaan-akan bertentangan –kafir tidaknya Syiah.
Selanjutnya Ibnu Taimiyah berkata: “Adapun seseorang yang mencela sahabat dengan kata-kata yang tidak sampai mengingkari kejujuran dan agama mereka, seperti mengatakan bahwa ada sahabat yang bakhil, atau penakut, atau kurang ilmunya, atau tidak zuhud dan sejenisnya, maka orang semacam ini wajib mendapatkan pengajaran dan hukuman. Tetapi kita tidak menggolongkannya sebagai orang kafir, semata-mata karena perbuatan tersebut. Demikianlah yang dimaksud oleh pernyataan kalangan ulama yang tidak mengkafirkan orang-orang yang mencela sahabat. [13]
Maksudnya barangsiapa mencela para sahabat dengan kata-kata yang mengingkari kejujuran dan agama mereka, maka ia digolongkan sebagai orang kafir oleh Sebagian ulama. Apabila demikian, lalu bagaimana halnya dengan orang yang menyatakan bahwa para sahabat telah murtad?

3. Imam Al-Bukhari (wafat tahun 256 H)

Ia berkata: “Bagi saya sama saja, apakah aku shalat di belakang Imam beraliran Jahmiyah atau Rafidhah, atau aku shalat di belakang Imam Yahudi atau Nashrani. Dan (seorang muslim) tidak boleh memberi salam kepada mereka, mengunjungi mereka ketika sakit, menikah dengan mereka, menjadikan mereka sebagai saksi, dan memakan sesembelihan mereka.” [14]

4. Abdurrahman bin Mahdi [15]

Imam Bukhari berkata, Abdurrahman bin Mahdi berkata: “Dua hal ini (mengingkari kejujuran sahabat dan menganggap mereka murtad) merupakan agama bagi golongan Jahmiyah dan Rafidhah.” [16]

5. Al-Faryabi [17]

Al-Khallal meriwayatkan, katanya: “Telah menceritakan kepadaku Harb bin Ismail Al-Kirmani, katanya: “Musa bin Harun bin Zayyad menceritakan kepada kami, katanya: “Saya mendengar Al-Faryabi dan seseorang yang bertanya kepadanya tentang orang yang mencela Abu Bakar. Jawabnya: “Dia kafir.” Lalu ia berkata: “Apakah orang semacam itu boleh dishalatkan jenazahnya?” Jawabnya: “Tidak.” Dan aku bertanya pula kepadanya: “Apa yang dilakukan terhadapnya, padahal orang itu juga telah mengucapkan Lâ Ilâha Illallâh?” Jawabnya: “Janganlah kamu sentuh (jenazahnya) dengan tanganmu, namun kamu angkat dengan kayu hingga kamu menurunkan ke liang lahatnya.” [18]

6. Ahmad bin Yunus [19]

Beliau berkata: “Sekiranya seorang Yahudi menyembelih seekor binatang dan seorang Rafidhi (Syi’i) juga menyembelih seekor binatang, niscaya saya hanya memakan sembelihan si Yahudi, dan aku tidak mau makan sembelihan si Rafidhi. Karena dia telah murtad dari Islam.” [20]

7. Abu Zur’ah Ar-Razi [21]

Beliau berkata: “Bila anda melihat seseorang merendahkan (mencela) salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ketahuilah bahwa orang tersebut adalah Zindiq. Karena ucapannya itu berakibat membatalkan Al-Quran dan As-Sunnah.” [22]

8. Ibnu Qutaibah [23]

Beliau berkata: bahwa sikap berlebihan golongan Syiah dalam mencintai Ali tergambar dalam perilakunya yang melebihkan beliau di atas orang-orang yang dilebihkan oleh Nabi dan para Sahabatnya, anggapan mereka bahwa Ali radhiyallahu 'anhu sebagai sekutu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam kenabian, dan para Imam dari keturunannya mempunyai pengetahuan tentang hal-hal yang ghaib. Pandangan seperti itu dan banyak hal-hal rahasia lainnya menjadikannya sebagai perbuatan dusta dan kekafiran, kebodohan dan kedunguan yang keterlaluan. [24]

9. Abdul Qahir Al-Baghdadi [25]

Beliau berkata: “Golongan Jarudiyah, Hisyamiyah, Jahmiyah, dan Imamiyah sebagai golongan pengikut hawa nafsu yang telah mengkafirkan Sahabat-sahabat terbaik Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka menurut kami mereka adalah kafir. Menurut kami mereka tidak boleh dishalatkan dan tidak sah berma’mum shalat di belakang mereka.” [26]
Beliau berkata: “Mengkafirkan mereka adalah suatu hal yang wajib, karena mereka menyatakan Allah bersifat Al-Bada’ (tidak tahu apa yang akan terjadi). Mereka beranggapan bahwa Allah apabila menghendaki sesuatu, maka Allah mengetahuinya setelah sesuatu itu muncul. Mereka pun beranggapan bahwa Allah dalam memerintahkan sesuatu (tidak tahu baik-buruknya), bila kemudian muncul (buruknya), maka dibatalkannya perintah itu.
Kami apabila melihat dan mendengar sesuatu sifat kekafiran senantiasa sifat itu melekat pada golongan Rafidhah (Syiah). [27]

BERSAMBUNG....
-------------------------
[*] Disalin dari Kitab Fatwa dan Pendirian Ulama Sunni terhadap Aqidah Syiah hal. 53-61, oleh Ustadz Muhammad Umar Baabdullah rahimahullah.
[1] Syiah menganggap bahwa melaknat sahabat sebagai suatu perilaku keagamaan dan syariat. Mereka dengan terus terang menyatakan para sahabat itu kafir, kecuali beberapa orang yang tidak lebih dari jumlah jari-jari dalam satu tangan. Lihat Al-Kâfi.
[2] As-Sunnah oleh Al-Khallal 2/557. Pentahqiq buku ini menyatakan: Hadits ini shahih sanadnya.
[3] Tafsîr Ibnu Katsîr 4/219. Baca: Rûhul Ma’âni oleh Al-Alusi 26/116. Baca pula kesimpulan yang menyatakan kekafiran Syiah dari ayat ini/Ash-Shârim Al-Maslûl hal. 579.
[4] Sumber Syiah, sebagaimana sudah tersebut pada dewasa ini menyatakan bahwa riwayat-riwayat sahabat-sahabat seperti: Abu Hurairah, Amr bin Al-Ash, Samurah bin Jundab, menurut penilaian mereka nilainya tidak berharga sama sekali, walaupun seberat sayap nyamuk. (baca hal. 361).
[5] Tafsîr Al-Qurthubi 16/297.
[6] As-Sunnah 2/557 oleh Al-Khallal. Pentahqiq buku ini berkata: “Sanadnya shahih”. Baca: Syarhu As-Sunnah hal. 61 oleh Ibnu Batthah, Ash-Shârim Al-Maslûl hal. 571.
[7] As-Sunnah 2/558 oleh Al-Khallal. Pentahqiq buku ini berkata: “Sanadnya shahih”.
[8] Ibid. Baca: Manâqib Al-Imâm Ahmad hal. 214 oleh Ibnul Jauzi.
[9] As-Sunnah hal. 82 oleh Imam Ahmad, ditashih oleh Syaikh Ismail Al-Anshari.
[10] Baca kitab Ar-Risâlah hal. 751 dan seterusnya.
[11] An-Nur ayat 17, ayat ini menjadi dasar pendapat Imam Ahmad dalam buku karya Imam Abi Muhammad Rizkullah bin Abdul Qawiy At-Tamimi (wafat tahun 480 H) Al-Waraqah 21.
[12] Majmû’ Al-Fatâwa 3/352.
[13] Ash-Shârim Al-Maslûl hal. 586. Dan baca hal. 571 tentang pendapat Al-Qadhi Abu Ya’la mengenai riwayat yang menyatakan tidak kafirnya Syiah.
[14] Khalqu Af’âlil Ibâd hal. 125 oleh Imam Al-Bukhari.
[15] Al-Imam Al-Hafizh Al-Ilm, Abdurrahman bin Mahdi bin Hasan bin Abdurrahman Al-Anbari Al-Bashri (wafat 198 H). (Tahdzîbut Tahdzîb 6/279-281).
[16] Khalqu Af’âlil Ibâd hal. 125 oleh Imam Al-Bukhari. Baca: Majmû’ Al-Fatâwa 35/415 oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
[17] Muhammad bin Yusuf Al-Faryabi, Bukhari meriwayatkan darinya 26 Hadits. Dia adalah Ahli Hadits terbaik di zamannya, wafat tahun 212 H. (Tahdzîbut Tahdzîb 9/535).
[18] As-Sunnah 6/566 oleh Al-Khallal, pentahqiq kitab ini berkata: Dalam sanad hadits ini terdapat seorang rawi bernama Musa bin Harun bin Zayyad yang aku tidak mengetahui ke-maushul-annya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Ash-Shârim Al-Maslûl hal. 570 menisbatkan hadits ini kepada Al-Faryabi berdasarkan jazm (dugaan kuat).
[19] Ahmad bin Yunus, yaitu Ibnu Abdillah. Ia dinisbatkan kepada kakeknya, yaitu salah seorang Imam (tokoh) As-Sunnah. Beliau termasuk penduduk Kufah, tempat tumbuhnya golongan Rafidhah. Beliau menceritakan perihal Rafidhah dengan berbagai macam alirannya. Ahmad bin Hambal telah berkata kepada seseorang: “Pergilah anda kepada Ahmad bin Yunus, karena dialah seorang Syaikhul Islam.” Para ahli Kutubus Sittah telah meriwayatkan hadits dari beliau. Abu Hatim berkata: “Beliau adalah orang terpercaya lagi kuat hafalannya”. An-Nasai berkata: “Dia adalah orang yang terpercaya”. Ibnu Sa’ad berkata: “Dia adalah seorang yang terpercaya lagi jujur, seorang Ahlussunnah wal Jamaah.” Ibnu Hajar menjelaskan, bahwa Ibnu Yunus telah berkata: “Saya pernah datang kepada Hammad bin Zaid, saya minta kepada beliau agar menyampaikan kepadaku sesuatu hal tentang kelebihan Utsman. Jawabnya: “Anda ini siapa?” Saya jawab: “Seseorang dari negeri Kufah.” Lalu ia berkata: “Seorang Kufah menyanyakan tentang kelebihan-kelebihan Utsman radhiyallahu 'anhu? Demi Allah aku tidak akan menyampaikannya kepada anda, jika anda tidak mau duduk sedangkan aku tetap berdiri!” Beliau wafat tahun 227 H. (Tahdzîbut Tahdzîb 1/50, Taqrîbut Tahdzîb 1/29).
[20] Ash-Shârim Al-Maslûl hal. 570.
[21] Abdullah bin Abdul Karim bin Yaziid bin Farukh Al-Mahzumi, bergelar Abu Zur’ah Ar-Razi, termasuk salah seorang penghafal hadits dan tokoh terkemuka. Beliau telah hafal 100.000 hadits, sehingga ada yang berkata: “Setiap hadits yang tidak dikenal oleh Abu Zur’ah, maka hadits tersebut berarti tidak punya asal usul. Beliau wafat tahun 264 H.
[22] Baca Al-Kifâyah hal. 49.
[23] Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaibah Ad-Dainuri pengarang kitab-kitab yang baik, berisikan berbagai ilmu yang bermanfaat, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir. Beliau wafat tahun 276 H. (Baca Wafayâtul A’yân 3/42-44; Târîkh Baghdâd 10/170-174; Al-Bidâyah wa An-Nihâyah 11/48).
[24] Kitab Al-Ikhtilâf fil Lafzhi war Radd ‘alal Jahmiyah wal Musyabbihah hal. 47, cetakan As-Sa’adah Mesir tahun 1349 H.
[25] Abdul Qahir bin Thahir bin Muhammad Al-Baghdadi At-Tamimi Al-Isfirayini, Abu Manshur, beliau diberi gelar pada masanya sebagai “Shadrul Islam”. Beliau mempelajari tujuh belas ilmu. Beliau wafat pada tahun 429 H. (Baca: Thabaqâtusy Syafî’iyyah 5/136-145; Anbâur Ruwât 2/185-186).
[26] Al-Farqu bainal Firaq hal. 357.
[27] Al-Milal wa An-Nihal hal. 52-53, tahqiq oleh Al-Bir Nashri Nadir.
Link PDF: https://bit.ly/34R4sdC

************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: