Syiahindonesia.com - Selama menjalani ibadah puasa, umat muslim tak hanya dilarang makan dan minum, melainkan juga menahan hawa nafsu.
Dalam mazhab Ahlulbait atau syiah, ada sembilan hal yang dapat membatalkan puasa yakni makan dan minum dengan sengaja, melakukan onani, memasukkan cairan makanan ke dalam tubuh, muntah dengan disengaja, sengaja tetap dalam keadaan janabat sampai tiba waktu subuh, memasukkan seluruh kepala ke dalam air (ahwath wajib).
Selain itu, masuknya debu yang tebal ke dalam kerongkongan, melakukan hubungan badan suami istri dengan sengaja dan berbohong atas nama Allah SWT, Nabi dan 12 imam keturunan Rasulullah juga dapat membatalkan puasa.
Dalam hadis riwayat Al-Bihâr, 96/294/21, Imam Ali bin Abu Thalib a.s meriwayatkan adab-adab dalam menjalani ibadah puasa.
"Puasa adalah upaya mencegah diri dari larangan-larangan Allah, sebagaimana seseorang menahan diri dari makan dan minum."
Tak hanya itu, selama menjalani puasa umat muslim juga diminta untuk menjaga seluruh pandangan, pendengaran, lisan dan seluruh anggota tubuhnya. Puasa bukan hanya momen untuk menahan lapar dan haus semata.
Sayyidah Fatimah as meriwayatkan: "Tidak ada sesuatu yang diperoleh orang yang berpuasa dari puasanya bila tidak menjaga lisannya, pendengarannya, pandangannya, dan seluruh anggota tubuhnya". (Da-‘â-imul Islâm : 1/268).
Dalam hadis riwayat Al-Kâfi: 4/87/2, Imam Baqir as meriwayatkan sebagai berikut.
"Rasulullah saw bersabda, kepada Jabir; “Wahai Jabir, ini adalah bulan Ramadhan, barangsiapa berpuasa di siang harinya dan jaga (menghidupkannya dengan ibadah) di malam harinya, memelihara perut dan farajnya (kemaluannya) dan menjaga lisannya, maka dia keluar dari dosanya sebagaimana ia keluar dari bulan ini. Jabir berkata; Ya Rasulullah! Alangkah indahnya titah ini!, maka Rasulullah saw bersabda; Alangkah beratnya syarat-syarat tersebut!"
Imam Shodiq as meriwayatkan: "Rasulullah saw bersabda kepada Jabir, ‘Bila engkau berpuasa, maka puasakanlah pendengaranmu, penglihatanmu, dari hal yang haram dan anggota tubuhmu, dan seluruh ragamu dari hal yang buruk, tinggalkan menggangu orang dan menyiksa pembantu pastikan pada dirimu adanya ketenangan puasa, berusahalah untuk selalu tenang dan diam kecuali hanya menggunakannya untuk apa yang diridhoi-Nya. Sehingga telinga-telinga kami tidak kami arahkan pada kesia-siaan dan mata-mata kami tidak kami pusatkan pada kealpaan, sehingga tangan-tangan kami tidak kami ulurkan pada larangan, dan kaki-kaki kami tidak kami langkahkan pada keburukan, sehingga perut-perut kami tidak kami isi kecuali yang Kau halalkan, dan lidah-lidah kami tidak berbicara kecuali yang Kau contohkan. Kami tidak melakukan kecuali yang mendekatkan pahala-Mu. Kami tidak mengerjakan kecuali yang menjaga kami dari siksa-Mu."
Tulisan ini dikutip dari laman daring ahlulbaitindonesia.or.id yang diambil dari buku Muhammad Taufiq Ali Yahya berjudul 'Puasa dalam Qur'an dan Hadis'. suara.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Dalam mazhab Ahlulbait atau syiah, ada sembilan hal yang dapat membatalkan puasa yakni makan dan minum dengan sengaja, melakukan onani, memasukkan cairan makanan ke dalam tubuh, muntah dengan disengaja, sengaja tetap dalam keadaan janabat sampai tiba waktu subuh, memasukkan seluruh kepala ke dalam air (ahwath wajib).
Selain itu, masuknya debu yang tebal ke dalam kerongkongan, melakukan hubungan badan suami istri dengan sengaja dan berbohong atas nama Allah SWT, Nabi dan 12 imam keturunan Rasulullah juga dapat membatalkan puasa.
Dalam hadis riwayat Al-Bihâr, 96/294/21, Imam Ali bin Abu Thalib a.s meriwayatkan adab-adab dalam menjalani ibadah puasa.
"Puasa adalah upaya mencegah diri dari larangan-larangan Allah, sebagaimana seseorang menahan diri dari makan dan minum."
Tak hanya itu, selama menjalani puasa umat muslim juga diminta untuk menjaga seluruh pandangan, pendengaran, lisan dan seluruh anggota tubuhnya. Puasa bukan hanya momen untuk menahan lapar dan haus semata.
Sayyidah Fatimah as meriwayatkan: "Tidak ada sesuatu yang diperoleh orang yang berpuasa dari puasanya bila tidak menjaga lisannya, pendengarannya, pandangannya, dan seluruh anggota tubuhnya". (Da-‘â-imul Islâm : 1/268).
Dalam hadis riwayat Al-Kâfi: 4/87/2, Imam Baqir as meriwayatkan sebagai berikut.
"Rasulullah saw bersabda, kepada Jabir; “Wahai Jabir, ini adalah bulan Ramadhan, barangsiapa berpuasa di siang harinya dan jaga (menghidupkannya dengan ibadah) di malam harinya, memelihara perut dan farajnya (kemaluannya) dan menjaga lisannya, maka dia keluar dari dosanya sebagaimana ia keluar dari bulan ini. Jabir berkata; Ya Rasulullah! Alangkah indahnya titah ini!, maka Rasulullah saw bersabda; Alangkah beratnya syarat-syarat tersebut!"
Imam Shodiq as meriwayatkan: "Rasulullah saw bersabda kepada Jabir, ‘Bila engkau berpuasa, maka puasakanlah pendengaranmu, penglihatanmu, dari hal yang haram dan anggota tubuhmu, dan seluruh ragamu dari hal yang buruk, tinggalkan menggangu orang dan menyiksa pembantu pastikan pada dirimu adanya ketenangan puasa, berusahalah untuk selalu tenang dan diam kecuali hanya menggunakannya untuk apa yang diridhoi-Nya. Sehingga telinga-telinga kami tidak kami arahkan pada kesia-siaan dan mata-mata kami tidak kami pusatkan pada kealpaan, sehingga tangan-tangan kami tidak kami ulurkan pada larangan, dan kaki-kaki kami tidak kami langkahkan pada keburukan, sehingga perut-perut kami tidak kami isi kecuali yang Kau halalkan, dan lidah-lidah kami tidak berbicara kecuali yang Kau contohkan. Kami tidak melakukan kecuali yang mendekatkan pahala-Mu. Kami tidak mengerjakan kecuali yang menjaga kami dari siksa-Mu."
Tulisan ini dikutip dari laman daring ahlulbaitindonesia.or.id yang diambil dari buku Muhammad Taufiq Ali Yahya berjudul 'Puasa dalam Qur'an dan Hadis'. suara.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: