Breaking News
Loading...

Virus Corona: Tanpa Karantina, Bagaimana Iran Menangani Penyebaran Wabah Mematikan yang Meningkat Pesat?
Syiahindonesia.com - Kasus virus corona semakin meningkat di Iran, namun pemerintah tidak menerapkan tindakan karantina dan kekhawatiran merebak karena peralatan medis di negara tersebut kurang memadai.

Dengan bantuan dari rekan-rekan di BBC Persia, tim Reality Check berupaya mengumpulkan data tentang apa yang terjadi di Iran.

Pemerintah Iran pada Rabu (26/2) mengatakan 19 orang telah meninggal sejauh ini dan 139 orang telah terinfeksi, namun jumlah sebenarnya diperkirakan akan jauh lebih tinggi.

Tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan melakukan perjalanan ke Iran akhir pekan ini untuk mengevaluasi situasi di sana dan memberikan bantuan.

Apakah karantina ketat diberlakukan?
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan tidak ada rencana untuk melakukan karantina seluruh kota di negara tersebut.
Di Qom, kota yang menjadi pusat penyebaran virus, tempat-tempat suci keagamaan masih dibuka.

Situs suci Hazrat Masumeh yang paling dihormati, dikunjungi oleh jutaan peziarah Syiah setiap tahun dari seluruh dunia.

Orang-orang dianjurkan untuk menghindari berbagai pertemuan, dan diminta tidak melakukan perjalanan ke Qom, namun tempat-tempat keagamaan itu sama sekali tidak ditutup.

Petugas yang menjaga Hazrat Masumeh mengatakan kalangan yang berkunjung ke sana menganggap tempat itu sebagai sumber pemulihan dan penyembuhan sehingga tidak dapat ditutup.

"Penutupan tempat suci ini akan menjadi langkah besar bagi para ulama dan bukan hal yang akan mereka lakukan, kecuali mendapat tekanan internasional," kata Rana Rahimpour, dari BBC Persia.

Polisi di Teheran telah melarang penggunaan pipa shisha di kedai-kedai kopi dan tempat minum teh di seluruh kota. Pipa-pipa ini sering dihisap secara komunal dan diteruskan dari orang ke orang.

Di provinsi-provinsi yang terkena dampak, sekolah dan universitas telah ditutup dan berbagai pertandingan olah raga, pameran-pameran serta pemutaran perdana film dibatalkan.

Penangkapan sejumlah orang yang 'menyebarkan kabar palsu'
Polisi Iran telah menangkap 24 orang yang dituduh menyebarkan kabar palsu terkait virus corona di media daring, lapor kantor berita AFP.

Sebanyak 118 pengguna internet lainnya hanya "dinasehati dan tidak ditahan" namun mereka diperingatkan, kata Iran Vahid Majid, pejabat kepolisian yang mengepalai divisi cyber.

Apakah Iran memiliki peralatan medis yang memadai?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengirimkan peralatan diagnosis dan pelindung untuk para petugas kesehatan.

Seorang juru bicara di Kementerian kesehatan Iran mengatakan WHO sejauh ini sudah empat kali mengirim peralatan kesehatan.

Seorang importir medis Iran mengatakan ia tidak dapat membeli peralatan kesehatan karena sanksi yang diberlakukan AS, menurut laporan setempat.

"Banyak perusahaan internasional siap memasok Iran dengan alat uji virus corona, namun kami tidak bisa membayarnya," kata Ramin Fallah, anggota dewan Asosiasi Pengimpor Peralatan Medis Iran seperti dikutip oleh kantor berita Ilna.

AS membantah bahwa sanksi itu membatasi kemampuan Iran untuk mengimpor pasokan medis, menunjuk pada pembebasan untuk barang-barang kemanusiaan.

Namun Iran mengatakan perusahaan kesulitan memproses pembayaran dengan bank yang tidak mau mengambil risiko melanggar aturan AS dan mengambil risiko sanksi sendiri.

Seperti di negara-negara lain yang terkena wabah, warga Iran antri di berbagai apotek untuk membeli masker pelindung wajah serta cairan desinfektan.

Produk-produk seperti masker dan cairan desinfektan harganya melambung 10 kali lipat.

Di media sosial beberapa kalangan mengungkap kurangnya persediaan masker wajah dikarenakan jutaan masker itu sudah disumbangkan ke China beberapa minggu yang lalu.

Menurut kantor berita Irna yang dikelola pemerintah, Iran menyumbangkan tiga juta masker pelindung wajah ke China "sebagai tanda persahabatan jangka panjang dan tradisi antara kedua negara".

Laporan-laporan setempat juga menyebutkan perusahaan-perusahaan China membeli masker-masker itu dalam jumlah besar dari Iran, sehingga negara itu kekurangan masker di pasar domestik.

Pemerintah Iran sekarang mengatakan telah melarang ekspor masker wajah selama tiga bulan dan memerintahkan seluruh pabrik untuk meningkatkan produksinya.

Iran tidak melarang warganya bepergian ke luar negeri namun sejumlah negara seperti Turki, Pakistan dan Irak, telah menutup perbatasan mereka.

Turki dan Uni Emirat Arab juga telah menangguhkan penerbangan dari Iran.

Negara-negera tersebut adalah tujuan penting untuk ekspor non-minyak dan akibatnya ekonomi Iran bisa menderita.

Pemerintah Iran mengatakan penerbangan ke China ditangguhkan pada 2 Februari.

Namun, catatan penerbangan menunjukkan setidaknya ada sembilan penerbangan antara Iran dan China sejak saat itu. bbc.com

************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: