Breaking News
Loading...

Pemerhati NU Sebut Syiah dan Ahmadiyah Masuk Katagori Aliran Sesat
Yang menuduh NUGL tertutup mata hatinya sebab suka "menyakiti hati" para kelompok di luar Aswaja seperti Syiah, Ahmadiyah, dan aliran sesat lainnya, adalah sebuah paradoks. Sebab dengan menuduh NUGL suka menyakiti hati para penganut Syiah dan Ahmadiyah, artinya lebih rela hati Nabi Muhammad Saw yang disakiti.

Syiahindonesia.com - TIGA punggawa Aswaja dari NU Garis Lurus (NUGL) yakni Kyai Luthfi Bashori, Kyai Idrus Ramli, dan Buya Yahya, dituding tidak mengajari para santri fanatiknya tentang makna kebangkitan kaum cendikiawan, sehingga mereka jatuh ke jurang fanatisme sempit dan menjadi gerakan Neo Khawarij.

Tudingan ini layak dikritisi, terutama dengan pandangan alam (worldview) Islam.

Cendekiawan atau intelektual menurut laman Wikipedia ialah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar, membayangkan, mengagas, atau menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai gagasan.

Kata cendekiawan berasal dari Chanakya, seorang politikus dalam pemerintahan Chandragupta dari Kekaisaran Maurya.

Sedangkan antara ulama dan cendikiawan ada beberapa perbedaan definisi jika ditilik secara worldview Islam.

Apakah mereka yang dilabeli sebagai cendikiawan (zaman ini) adalah gambaran ulama dalam terminologi Alqur'an.

Dengan kata lain apakah mereka sudah layak disebut sebagai ulama.

Siapa itu ulama? Ulama yaitu mereka yang takut kepada Allah (QS. Al Fathir : 28).

Said bin Jubair berkata, "Yang dinamakan takut adalah yang menghalangi anda terhadap perbuatan maksiat kepada Allah."

Imam Al Hasan Al Bashri berkata, "Orang Alim adalah yang takut kepada yang Maha Pemurah terkait perkara yang Ghaib, menyukai apa yang disukai oleh Allah, dan menjahui apa-apa yang mendatangkan kemurkaan Allah."

Jadi menurut para Ulama Salaf, bisa diringkas bahwa ulama dalam terminoligi Al Qur'an adalah mereka yang takut kepada Allah dan sejalan dengan perintah Allah. Menyukai yang disuka Allah. Dan membenci yang dibenci oleh Allah.

"Ulama adalah para pemegang amanah Allah atas segala makhlukNya,"(HR.Ibnu Asakir). Serta pewaris (ilmu) Nabi (HR. At Tirmidzi).

Secara worldview Islam, ulama bukan sekedar cendikiawan semata. Terutama label cendikiawan hasil tafsiran zaman ini. Yang tafsirannya mengacu kepada dikotomisasi ala sekularisme.

Sebab cakupan wilayah ulama lebih luas. Sebab mereka mengemban amanah Nabi Muhammad Saw.

Maka tak mungkin dinamakan Ulama jika berani menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Alias berani merevisi hukum Allah Swt.

Para gembong liberal ada yang bilang vodka bisa jadi halal jika diminum di Rusia. Ada yang berpendapat Allah tidak memandang orientasi seksual tapi melihat ketakwaan hambanya. Juga ada yang nulis buku lobang hitam agama, indahnya nikah beda agama, menulis disertasi yang menghalalkan zina dan gandrung pada pemikiran nyleneh para orientalis.

Apakah mereka para liberalis yang dilabeli sebagai cendikiawan dan kini menduduki posisi di lembaga-lembaga akademis Islam itu layak disebut ulama? Tentu saja tidak.

Nah, jika kebangkitan cendikiawan di tubuh NU itu sesuai dengan garis para pendiri NU maka hal itu patut disyukuri. Namun jika yang bermunculan adalah para liberalis perusak akidah maka harus diawasi serta dilawan dengan semangat untuk menjaga wasatiah NU.

Dari sinilah NUGL lahir. Mereka adalah antitesis yang lahir akibat lahirnya kecenderungan SEPILISME di dalam tubuh NU yang seolah "dipelihara" oleh oknum tertentu di struktural NU.

Sebut saja nama Ulil Abshar Abdalla dedengkot JIL yang pernah menjadi Ketua Lakpesdam NU. Ahmad Sahal yang kini jadi pengurus PCINU Amerika, Masdar F. Mas'udi. Lalu ada Yahya Tsaquf (Khatib Aam PBNU) yang suka keluyuran ke Israel. Serta tokoh lain yang menduduki jabatan strategis di banom NU dan kampus Islam yang masih terafiliasi ke NU.

Nama-nama itu adalah beberapa tokoh yang pendapatnya sering membuat umat Islam dan nahdliyyin kultural mengelus dada.

Ulil Abshar pernah difatwa mati akibat tulisannya di harian Kompas pada 18 September 2002. Dalam tulisan berjudul "Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam" yang dinilai mendekonstruksi konsep hukum Allah.

Lalu ada Masdar Mas'udi yang berpendapat waktu ibadah haji harus direvisi;  surga tidak milik satu agama; menyamakan zakat di zaman Nabi dengan pajak di zaman ini.

Kemudian Yahya Tsaquf yang mengaku Islam Nusantara adalah Islam yang sejati; Islam Timur Tengah adalah Islam Abal-Abal dan penjajah.

Bahkan pemimpin pucuk PBNU juga sering melontarkan opini yang meresahkan dan tak produktif. Mulai masalah jenggot, melakukan MOU dengan Universitas Syiah di Iran, merendahkan Habib Abubakar al Adni Al Masyhur saat berpidato di Ponpes Lirboyo, serta beberapa bukunya yang kontroversial.

Sehingga Ponpes Sidogiri Pasuruan mengeluarkan buku berjudul Sidogiri Menolak Pemikiran KH. Said Aqil Siroj.

KH. A. Nawawi Abd. Djalil, pengasuh Ponpes Sidogiri menyatakan, "Mengenai beberapa pemikiran KH. Said Aqil Siradj yang keliru, sebenarnya saya sudah tabayun langsung kepada beliau. Akan tetapi, menurut saya, tetap perlu adanya buku tanggapan seperti ini. sebab, sebuah buku memang seharusnya ditanggapi dengan buku, supaya sama-sama bisa dibaca dengan seksama oleh masyarakat kita.

Yang perting bahwa adanya bukunya dilandasi oleh niat yang ikhlas dan tulus untuk tawashau bil-haq. Bukan untuk menjatuhkan, apalagi untuk menimbulkan kebencian dan permusuhan. Kita sudah terbiasa berbeda pikiran tapi kita harus tetap saling menghormati satu sama lain sebagaimana teladan yang dicontohkan oleh para ulama salaf dulu.”

Dari beberapa paparan di atas sebenarnya umat sudah paham bahwa lahirnya komunitas Ulama muda NU yang bisa mengcounter pemikiran SEPILISME di tubuh NU adalah sebuah keniscayaan. Hukum alam alias sunatullah.

NUGL adalah salah satu komunitas yang menempuh jalan itu. Mereka bisa dianggap seperti Watchdog agar NU tidak melenceng jauh dari Khittahnya.

Apatah lagi NUGL juga tidak dibiayai asing, berada di lingkungan NU kultural, dan bertarung dalam ranah akademik (tulisan).

Semua dilakukan agar NU tetap menjadi rumah besar para ulama yang lurus sesuai dengan apa yang digariskan Mbah Hasyim dan para Masayikh dulu.

Jaga Persatuan

Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menuliskan pernyataan Imam Abu Ali Ad Daqqaq An Naisaburi Asy Syafi’i:

Orang yang berdiam diri dari (menyampaikan) kebenaran, maka ia adalah syaithon akhros (yakni setan yang bisu dari jenis manusia). Dan orang yang menyampaikan kebatilan ia adalah setan yang berbicara.”

Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan: Agama dan kebaikan apalagi yang ada pada seseorang yang melihat larangan-larangan Allah dilanggar, batas-batas-Nya diabaikan, agama-Nya ditinggalkan, dan sunnah Rasul-Nya dibenci. Orang yang hatinya dingin, lisannya diam (dari menyampaikan kebenaran dan mengingkari kemungkaran), dia adalah Syaithon Akhros (setan bisu dari jenis manusia), sebagaimana orang yang berbicara dengan kebatilan dinamakan Syaithon Nathiq (setan yang berbicara dari jenis manusia).

Inilah alasan NUGL tetap bersuara. Kita tetap menghendaki persatuan dalam ikatan Ukhuwah Nahdliyyah dan lebih-lebih Ukhuwah Islamiyah. Namun amar makruf nahi munkar tetap wajib dijalankan.

Mana mungkin kita bergandengan tangan dengan orang yang mencaci sahabat nabi, liberalis perusak akidah, pembenci sunnah nabi, dan semua aliran menyimpang yang patut diwaspadai sesuai dengan apa yang diwasiatkan dalam kitab Risalah Ahlussunah Wal Jama'ah.

Sebab kita harus berpegang pada kaidah, "Yang tidak meyuarakan kebenaran adalah setan bisu." (Ar-Risalah al-Qusyairiyyah hlm 62 bab as-shumti)

Yang menuduh NUGL tertutup mata hatinya sebab suka "menyakiti hati" para kelompok di luar Aswaja seperti Syiah, Ahmadiyah, dan aliran sesat lainnya, adalah sebuah paradoks. Sebab dengan menuduh NUGL suka menyakiti hati para penganut Syiah dan Ahmadiyah, artinya lebih rela hati Nabi Muhammad Saw yang disakiti.

Padahal di dalam Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari mengutip Qodhi Iyadh dalam kitab As Syifa' di mana Rasulullah Saw bersabda, "Takutlah kepada Allah (untuk mencela) para sahabatku, janganlah kalian mencela para sahabatku sepeninggalku. Barangsiapa mencintai mereka maka aku mencintanya dengan sepenuh cintaku. Barangsiapa membenci mereka maka aku akan membencinya dengan kebencianku. Barangsiapa mencela mereka, sama dengan mencelaku. Barangsiapa mencelaku sama dengan mencela Allah. Barangsiapa mencela Allah maka Allah akan menyiksanya."(HR. Tirmidzi, Ahmad).

"Barangsiapa mencaci sahabatku maka pukullah dia." Kata Nabi Muhammad Saw.

Mbah Hasyim Asy'ari juga mengutip hadis Rasulullah Saw yang berbunyi: "Jangan kalian menyakitiku (dengan) mencaci sahabatku. Siapa yang menyakiti sahabatku maka dia sungguh telah menyakitiku."

Padahal apa yang dilakukan NUGL adalah sesuai perintah Nabi, yang menyuruh memukul orang yang mencaci para Sahabat Nabi.

NUGL memukul mereka bukan dengan tangan namun "memukul" dengan tulisan (Hujjah).

Tuduhan lain kepada NUGL adalah ketika Kyai Lutfhi Bashori, Kyai Idrus Ramli, dan Buya Yahya mendirikan NUGL itu sama saja menginjak-injak ajaran Hadratus Syeikh Hasyim Asy'ari.

Bukankah di struktural PBNU ada oknum-oknum yang bukan hanya menginjak-injak ajaran Mbah Hasyim, namun mereka sudah menginjak-injak kehormatan Nabi Muhammad Saw.

Bahkan kalimat "Kafir" sudah berani mereka hapus dengan dalih untuk menjaga perasaan nonmuslim di negeri majemuk seperti Indonesia.

Kalimat "Kafir" mereka tuduh sebagai kalimat yang mengandung unsur kekerasan teologis.

Mereka seolah berani merevisi ayat suci Al Qur'an, "Dan mereka berkata: Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” (QS. Maryam: 88-92).

Ucapan kekufuran adalah ucapan yang bisa memecahkan langit, membelah bumi dan meruntuhkan gunung. Dan pengikrar kalimat kekufuran itu anehnya hendak dimuliakan dengan tidak menyebut mereka kafir.

Ciri khas NU sejati adalah penuh kasih sayang, lemah lembut, rukun, bersatu, dengan ikatan jiwa raga. Dan jika ada kelompok dari Nahdliyyin namun suka main tuding main serang suka menilai sesat kepada yang lain maka mereka adalah kelompok penyeleweng ajaran Mbah Hasyim.

Seyogyanya tuduhan tidak gebyah uyah. Apalagi dengan men-generalisir semua yang kritis pada PBNU adalah penyeleweng ajaran Mbah Hasyim. 

Padahal Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo yang kini diasuh KH Ahmad Azaim Ibrahimy menyatakan Mufaroqoh (memisahkan diri) dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) hasil Muktamar NU ke-33 di alun-alun Jombang.

Maklumat mufaroqoh itu dibacakan di depan para kiai yang hadir dalan acara Napak Tilas pendirian NU di Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo Jawa Timur, Senin (21/9/2015).

"Setelah mengamati dengan seksama melalui pengkajian secara lahiriah dan batiniah serta bertawassul kepada para ulama pendiri NU, kami melihat adanya penyimpangan tata cara Muktamar ke-33 NU di alun-alun Jombang, 1-5 Agustus 2015 yang kemudian menghadilkan keputusan dan langkah-langkah yang menyimpang pula," tegas Kiai Azaim Ibrahimy, cucu KHR As'ad Syamsul Arifin seperti melansir dari bangsaonline.com.

Apakah bentuk Mufaroqoh Ponpes tempat lahirnya Khittah 26 bagi NU dan mufaroqoh beberapa ponpes NU lainnya kepada PBNU adalah bentuk penyelewengan terhadap ajaran Mbah Hasyim Asy'ari?

Apakah Ponpes Sidogiri yang menulis buku Menolak Pemikirian KH. Said Aqil Siradj bisa disebut pemecah belah NU?

Bahkan diberitakan bahwa H Agus Solachul A’am Wahib, cucu KH Wahab Chasbullah (pendiri NU) sudah keliling daerah, merapatkan barisan pendukung Komite Khitthah 1926 Nahdlatul Ulama (KK 26 NU). Baik kepada para sesepuh NU di pulau Jawa maupun luar Jawa.

"Hasilnya, ribuan kiai dan habaib menyatakan siap berada di belakang dzurriyah muassis NU demi menyelamatkan organisasi yang kini menjadi kuda troyo politik serta dalam kepungan kaum liberal,” demikian Gus A’am Wahib melansir duta.co, Kamis (7/3).

Menurut Gus A’am, KK 26 NU sudah menginventarisir sekitar 3.000 kiai dan habaib serta para pemuda pecinta NU. Mereka telah melihat dan mendengar langsung bahwa kini dzurriyah muassis NU telah turun gunung.

"Para pecinta NU dari berbagai daerah itu merasa terpanggil, memberikan ghiroh yang tinggi ingin NU benar-benar kembali ke khitthah. Bahkan mereka ingin NU kembali ke Jombang, kembali ke dzurriyah muassis. Karena yang ada sekarang telah melakukan penyimpangan besar-besaran,” tegas Gus Aam.

Dzurriyah muassis NU yang aktif turun gunung adalah KH Salahudin Wahid (Gus Solah), KH Hasib Wahab, Gus A’am Wahib Wahab, Gus Irfan Yusuf Hasyim dan lain-lain.

"Ini sudah sangat mendesak, kalau sampai dibiarkan dzurriyah muassis yakin, NU akan hilang, akan menjadi organisasi politik untuk kepentingan kelompok,” kata Gus Aam.

Sekarang ini, kata Gus A’am penyimpangan di PBNU bukan sekedar penggiringan politik, tetapi sudah masuk wilayah aqidah. Mereka tidak merasa salah, sebaliknya merasa lebih pintar. Pembahasan kata kafir dalam Munas NU, semakin memperjelas ke mana NU akan dicampakkan.

"Tidak perlu orang pintar, masyarakat awam saja paham, bahwa, semua itu kepentingan politik. NU sudah dijadikan alat politik. Mereka tidak lagi peduli, bagaimana kecewanya para muassis NU, bagaimana kecewanya para dzurriyah muassis,” tegasnya.

Nah, beranikah structural NU menyebut para Dzuriah muassis NU itu adalah pemecah-belah, penyeleweng ajaran Mbah Hasyim, barisan sakit hati atau lebih-lebih Neo Khawarij hanya gegara tak sejalan dengan beberapa pemikiran Struktural NU ?

Penutup

NUGL menurut Kyai Lutfhi Bashori bukanlah penamaan pribadi. NUGL awalnya adalah julukan dari wartawan majalah Alkisah kepada mereka yang dinilai tegas dalam mendakwahkan amar makruf nahi munkar yang berasal dari Ulama NU.

NUGL adalah sekumpulan aktivis yang concern melawan SEPILISME dan aliran sesat yang berlawanan dengan akidah Aswaja.

NUGL meneruskan "tradisi" ulama salaf yang "melawan" lewat tulisan dan dakwah mimbar (termasuk mimbar dunia maya).

NUGL adalah sebuah bentuk cinta beberapa ulama dan aktivis NU (kebanyakan Kultural) kepada NU.

Mereka tak ingin rumah besar Ulama Aswaja itu menyeleweng dari jalur para pendirinya.

Segala caci maki dan fitnah kepada NUGL mulai dari tuduhan sebagai pemecah belah, barisan sakit hati, pemburu kursi struktural NU, bahkan dituduh Asrabi (aswaja rasa Wahabi) hingga Neo Khawarij adalah "vitamin" bagi aktivis NUGL agar bisa memperbaiki diri pula. Karena kita tetap manusia tempatnya salah dan lupa.

Kami yakin para Nahdliyyin dan umat Islam di era millenial adalah umat yang sudah cerdas. Mereka hidup di era revolusi informasi. Mereka bisa membaca jejak digital tentang siapa dan apa saja yang selama ini dikritisi oleh NUGL.

Jadi mereka bisa tahu siapa NUGL. Apakah sesuai yang dituduhkan jelek selama ini atau tidak. Wallahua'lam.

Ahmad Abu Ali
Pengamat dan Pemerhati NU

Artikel ini dipublish dengan judul asli Pledoi Komunitas Garis Lurus. Sumber: rmoljatim



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: