Syiahindonesia.com - Seorang bekas ratu kecantikan Iran berbicara soal penderitaan mental yang dialaminya selama empat pekan tertahan di sebuah bandara di Filipina, khawatir akan dideportasi dan dieksekusi karena mengkritik rezim Teheran apabila permohonan suakanya ditolak.
“Saya tidak dalam kondisi baik,” kata Bahareh Zare Bahari, 31, kepada The Guardian hari Rabu (6/11/2019) dari Bandara Internasional Ninoy Aquino di Manila. “Rambut saya mulai rontok dan dalam kondisi buruk karena stres. Terkadang secara mental saya merasa sangat sakit… Saya tidak memiliki privasi di sini, karena ruangan ini tak memiliki pintu, jadi saya selalu was-was ketika berganti pakaian.”
Bahari ditahan di tempat itu sejak 17 Oktober, setelah Teheran memasukkan red notice atas namanya di Interpol. Dia dituduh melakukan sejumlah pelanggaran di Iran. Namun, Bahari yang berprofesi sebagai aktris dan model mengatakan bahwa Teheran memburu dirinya disebabkan aksi politik yang dilakukannya.
Keputusan permohonan suakanya akan dikeluarkan pada hari Senin (11/11/2019). Sampai saat itu, dia harus menunggu di bandara, tidur di tempat yang senantiasa terang dan mandi di toilet umum.
Pada bulan Oktober dikabarkan bahwa red notice Interpol atas nama Bahari berkaitan dengan tuduhan serangan terhadap seorang warga Iran di Filipina, di mana dia sedang belajar ilmu kedokteran gigi dan mengikuti kontes kecantikan. Akan tetapi, Bahari mengatakan aparat Filipina memberitahu dirinya bahwa kasusnya berkaitan dengan kejahatan yang tidak disebutkan secara khusus yang terjadi di Teheran pada suatu waktu sejak awal 2018.
Bahari mengaku sejak 2014 tidak kembali ke Iran dan mengatakan otoritas Iran membuat tuduhan palsu untuk membungkamnya, karena dia vokal mengkritik rezim. Pada tahun 2018 dalam kontes Miss Interkontinental, Bahari membuat geger dengan melambaikan poster Reza Pahlavi, mantan pangeran mahkota Iran dan pengkritik keras rezim mullah Syiah.
Bahari juga kerap menyuarakan hak-hak wanita yang banyak ditindas oleh rezim Syiah Teheran.
Wanita itu mengatakan bahwa upaya mencari suaka di Filipina, yang dilakukannya di bandara setibanya dia di Manila dari Dubai, dilakukan sebagai langkah darurat agar dirinya tidak dipaksa masuk ke pesawat dan dikirim balik ke Teheran.
“Saya tidak butuh pemerintah menghabiskan uang untuk saya, saya dapat berdiri di kaki sendiri. Saya hanya butuh tempat aman untuk melanjutkan hidup,” ujarnya. hidayatullah.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
“Saya tidak dalam kondisi baik,” kata Bahareh Zare Bahari, 31, kepada The Guardian hari Rabu (6/11/2019) dari Bandara Internasional Ninoy Aquino di Manila. “Rambut saya mulai rontok dan dalam kondisi buruk karena stres. Terkadang secara mental saya merasa sangat sakit… Saya tidak memiliki privasi di sini, karena ruangan ini tak memiliki pintu, jadi saya selalu was-was ketika berganti pakaian.”
Bahari ditahan di tempat itu sejak 17 Oktober, setelah Teheran memasukkan red notice atas namanya di Interpol. Dia dituduh melakukan sejumlah pelanggaran di Iran. Namun, Bahari yang berprofesi sebagai aktris dan model mengatakan bahwa Teheran memburu dirinya disebabkan aksi politik yang dilakukannya.
Keputusan permohonan suakanya akan dikeluarkan pada hari Senin (11/11/2019). Sampai saat itu, dia harus menunggu di bandara, tidur di tempat yang senantiasa terang dan mandi di toilet umum.
Pada bulan Oktober dikabarkan bahwa red notice Interpol atas nama Bahari berkaitan dengan tuduhan serangan terhadap seorang warga Iran di Filipina, di mana dia sedang belajar ilmu kedokteran gigi dan mengikuti kontes kecantikan. Akan tetapi, Bahari mengatakan aparat Filipina memberitahu dirinya bahwa kasusnya berkaitan dengan kejahatan yang tidak disebutkan secara khusus yang terjadi di Teheran pada suatu waktu sejak awal 2018.
Bahari mengaku sejak 2014 tidak kembali ke Iran dan mengatakan otoritas Iran membuat tuduhan palsu untuk membungkamnya, karena dia vokal mengkritik rezim. Pada tahun 2018 dalam kontes Miss Interkontinental, Bahari membuat geger dengan melambaikan poster Reza Pahlavi, mantan pangeran mahkota Iran dan pengkritik keras rezim mullah Syiah.
Bahari juga kerap menyuarakan hak-hak wanita yang banyak ditindas oleh rezim Syiah Teheran.
Wanita itu mengatakan bahwa upaya mencari suaka di Filipina, yang dilakukannya di bandara setibanya dia di Manila dari Dubai, dilakukan sebagai langkah darurat agar dirinya tidak dipaksa masuk ke pesawat dan dikirim balik ke Teheran.
“Saya tidak butuh pemerintah menghabiskan uang untuk saya, saya dapat berdiri di kaki sendiri. Saya hanya butuh tempat aman untuk melanjutkan hidup,” ujarnya. hidayatullah.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: