Syiahindonesia.com - 99 hari kerja sudah dilalui pasangan gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak. Namun ada salah satu masalah yang belum bisa dipecahkan oleh keduanya.
Salah satunya adalah soal konflik sektarian antara penganut Sunni dan Syiah di Sampang. Konflik tersebut meletus pada tahun 2011. Hingga kemudian menyebabkan ratusan pengikut Syiah mengungsi di Rusunawa, Jemundo, Sidoarjo.
Dalam pertemuan dengan para wartawan, Selasa (28/5) malam, Khofifah sempat menyinggung permasalahan ini. Menurut dia belum saatnya para pengungsi dari Sampang untuk dipulangkan saat ini.
Khofifah menyampaikan bahwa tim navigasi program telah melakukan pertemuan dengan perwakilan ulama se-Madura. Mulai dari Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.
"Intinya mereka itu begini. Bu Khofifah, jangan pernah dipulangkan. Walaupun itu di pulau Madura yang tak berpenghuni," ujarnya.
Mendapat masukan seperti itu, Khofifah memilih untuk menerimanya. "Artinya pendekatan persuasif (halus) dengan tokoh sentral tetap kita lakukan," tuturnya.
Dengan adanya masukan tersebut sementara ini Khofifah mengambil kesimpulan memang belum saatnya pengungsi dari Syiah bisa pulang. "Tidak bisa kita membawa kembali. Kalau tidak selesai di tingkat lokal akan jadi masalah baru," imbuhnya.
Salah satu pengungsi Syiah yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan sebenarnya sangat ingin pulang ke kampung halaman. Dan tidak mau dialokasikan di daerah selain Desa Omben sebagai tempat kelahiran. "Karena akan menimbulkan masalah baru," ujarnya kepada SurabayaTIMES.
Dia menjelaskan sebetulnya masyarakat di Omben sudah banyak yang berbenah dan mau menerima. "Hanya segelintir orang yang punya posisi di masyarakat yang belum berubah sikapnya," tutur perempuan berjilbab ini.
Dia melanjutkan sebagian besar masyarakat di sekitar kerusuhan sudah merasakan dampak dari kerusakan persatuan akibat ricuh. "Dan lagi kekayaan alam masyarakat di sana masih utuh. Seperti sawah dan pepohonan," imbuh perempuan kelahiran asli Sampang ini. Batutimes.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Salah satunya adalah soal konflik sektarian antara penganut Sunni dan Syiah di Sampang. Konflik tersebut meletus pada tahun 2011. Hingga kemudian menyebabkan ratusan pengikut Syiah mengungsi di Rusunawa, Jemundo, Sidoarjo.
Dalam pertemuan dengan para wartawan, Selasa (28/5) malam, Khofifah sempat menyinggung permasalahan ini. Menurut dia belum saatnya para pengungsi dari Sampang untuk dipulangkan saat ini.
Khofifah menyampaikan bahwa tim navigasi program telah melakukan pertemuan dengan perwakilan ulama se-Madura. Mulai dari Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.
"Intinya mereka itu begini. Bu Khofifah, jangan pernah dipulangkan. Walaupun itu di pulau Madura yang tak berpenghuni," ujarnya.
Mendapat masukan seperti itu, Khofifah memilih untuk menerimanya. "Artinya pendekatan persuasif (halus) dengan tokoh sentral tetap kita lakukan," tuturnya.
Dengan adanya masukan tersebut sementara ini Khofifah mengambil kesimpulan memang belum saatnya pengungsi dari Syiah bisa pulang. "Tidak bisa kita membawa kembali. Kalau tidak selesai di tingkat lokal akan jadi masalah baru," imbuhnya.
Salah satu pengungsi Syiah yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan sebenarnya sangat ingin pulang ke kampung halaman. Dan tidak mau dialokasikan di daerah selain Desa Omben sebagai tempat kelahiran. "Karena akan menimbulkan masalah baru," ujarnya kepada SurabayaTIMES.
Dia menjelaskan sebetulnya masyarakat di Omben sudah banyak yang berbenah dan mau menerima. "Hanya segelintir orang yang punya posisi di masyarakat yang belum berubah sikapnya," tutur perempuan berjilbab ini.
Dia melanjutkan sebagian besar masyarakat di sekitar kerusuhan sudah merasakan dampak dari kerusakan persatuan akibat ricuh. "Dan lagi kekayaan alam masyarakat di sana masih utuh. Seperti sawah dan pepohonan," imbuh perempuan kelahiran asli Sampang ini. Batutimes.com
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: