Breaking News
Loading...

Abu Bakar An-Nabulusi; Ulama Korban Dinasti Syi’ah Fathimiyah
Syiahindonesia.com - DAULAH Syiah Fathimiyah –yang lebih pas disebut Ubaidiyah- dalam catatan sejarah memiliki rapor buruk dalam memperlakukan ulama ‘Ahlus Sunnah’. Menurut catatan Muhammad Ash-Shallabi, dalam buku beliau yang berjudul “Al-Daulah Al-Fathimiyah” (2006: 72) diungkapkan bahwa ketika dinasti ini masih di Afrika Utara (Tunisia), dua ulama bernama Ibnu Hudzail dan Ibnu Bardun disembelih gara-gara tidak mau mengakui karasulan Ubaidillah.

Saat menguasai Mesir pun, yang kemudian dikenal dengan Daulah Fathimiyah, sikap mereka tidak banyak berubah. Salah satu contoh ulama yang menjadi korban keganasan mereka adalah Abu Bakar An-Nabulusi. Imam Muhammad Adz-Dzahabi dalam “Siyar A’lâm al-Nubalâ” (2006: XII/220-221) mendeskripsikan dengan cukup gamblang bagaimana ulama Ahlus Sunnah ini dieksekusi dengan begitu keji.

Nama lengkap ulama yang sedang dibahas dalam tulisan ringkas ini adalah: Muhammad bin Ahmad bin Sahl Al-Ramli yang dikenal dengan Ibnu An-Nabulusi. Di antara guru-guru beliau adalah Sa’id bin Hasyim Ath-Thabrani, Muhammad bin Al-Hasan bin Qutaibah, dan Muhammad bin Ahmad bin Syaiban Al-Ramli. Sedangkan murid-murid beliau, di antaranya: Tamam Al-Razi, Abdul Wahab Al-Maidani, dan Ali bin Umar Al-Halbi.

Hijrah ke Damaskus Demi Kebenaran

Ketika wilayah Ramalah (Palestina) dikuasai Syi’ah Ubaidiyah (kemudian bernama Fathimiyah), ulama sekaligus penguasa yang dikenal ahli hadits dan fikih ini lari ke Damaskus. Ini sebagai bukti bahwa beliau sangat menentang Syi’ah Ubaidiyah. Bahkan, beliau mengeluarkan fatwa yang sangat tegas mengenai kewajiban perang melawan sekte menyimpang ini.

Perjuangannya hijrah ke tanah Damaskus kemudian terhenti karena sesampainya di sana, beliau ditangkap  oleh Abu Mahmud Al-Kattami (Penguasa Syi’ah di sana) kemudian dikurung dalam sangkar kayu lalu dikirim ke Mesir. Untuk mendapatkan gambaran singkat dan akurat tentang cobaan dialami sang ulama ketika di Mesir, maka cerita Imam An-Nabulusi yang dicatat oleh Imam Adz-Dzahabi, akan dipadukan dengan cerita dari Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam “Al-Bidâyah wa Al-Nihâyah” (1986: XI/283-284).

Namun, sebelum membahas itu, penting untuk dicatat, saat Syi’ah Ubaidiyah menguasai wilayah Syam hingga Mesir, disebarkanlah pemahaman menyimpang, shalat Tarawih dan Dhuha dihapus, masyarakat diperintah qunut pada waktu shalat dzuhur, menghina sahabat dan berbagai penyimpangan lainnya.

Pada tahun 362 H, bertepatan dengan pidatonya Jauhar Ash-Shiqli terkait keagungan Mu’iz Lidinillah, setelah itu Mu`iz berikut para pembesar Syi’ah Ubaidiyah datang ke Mesir. Salah satu yang dihadapkan ke Penguasa Pertama Dinasti Daulah Fathimiyah ini adalah Abu Bakar An-Nabulusi.

Ketika sudah dihadapkan kepada Mu’iz, ulama yang zuhud ini (An-Nabulusi) dicecar oleh Mu’iz, “Aku dapat kabar bahwa kamu yang berkata bahwa: ‘Jika aku memiliki sepuluh panah, maka sepuluh panah akan kulesatkan ke Romawi, dan satunya ke orang-orang Mesir (Syiah Fathimiyah).’?” Beliau menjawab, “Aku tidak mengatakan itu!” Mendangar jawaban ini, Mu’iz mengira bahwa An-Nabulusi sudah rujuk dari pendapatnya.

Ternyata, ulama yang oleh Ibnu Katsir disebut wara’  (hati-hati) dan zuhud ini, justru dengan tegas mengatakan, “(Justru) kami harus melesatkan sembilan panah kepada kalian, dan yang kesepuluh juga kepada kalian.” Sang penguasa kaget dan menanyakan alasannya.  Lalu dijawab dengan tegas oleh An-Nabulusi bahwa Dinasti Fathimiyah telah merubah agama umat Islam, membunuh orang saleh, memadamkan cahaya ilahiah, dan mengaku-ngaku yang bukan miliknya.

Pasca menyampaikan ketegasannya, ulama yang gigih ini ditimpa ujian berat. Pada hari pertama, dia disiarkan (dihadapkan) dimuka umum. Hari kedua beliau dicambuk dengan sangat keras dan parah. Sedangkan pada hari ketiga beliau dikuliti. Ironisnya, yang disuruh menguliti adalah orang Yahudi. Mirisnya, An-Nabulusi dikuliti saat membaca al-Qur`an. Ketika pengulitan sudah sampai dada (hati), Si Yahudi tidak tega akhirnya hatinya ditusuk hingga An-Nabulusi gugur di jalan Allah.

Penjelasan yang didapat dari catatan sejarah Imam Adz-Dzahabi tidak jauh berbeda. Saat di Mesir, setelah diinterogasi, Syekh Abu Bakar An-Nabulusi dikuliti, ditimbun jerami, kemudian disalib. Ketika dikuliti, ayat yang dibaca beliau adalah, “Yang demikian itu sudah tertulis dalam Kitab (Lauhil Mahfudh)” (QS. Al-Isra [17]: 58).

Menarik untuk dekemukakan, Sa’sa’ Al-Mishri pernah bermimpi bertemu Abu Bakar An-Nabulusi pasca disalib. Di mimpi, beliau terlihat kondisinya sangat baik, kemudian Sa’sa’ bertanya, “Apa yang dilakukan Allah kepadamu?” Lalu Syeikh An-Nabulusi menyenandungkan sya’ir, “Rajaku menganugerahkan kemuliaan abadi, dan menjanjikanku pertolongan yang dekat. Dia mendekatiku dan mendekatkanku kepada-Nya. Lalu Allah berfirman, “Nikmatilah hidup di sisiku!.”

Dari kisah singkat ini, pembaca bisa melihat bagaimana jika Syi’ah berkuasa (sebagaimana Daulah Fathimiyah). Bahkan tak segan menghinakan pengikut dan ulama Ahlus Sunnah. Imam Abu Bakar An-Nabulusi adalah di antara ulama Ahlu Sunnah yang mengalami secara langsung kekejian Syi’ah Fathimiyah. Wallâhu a’lam.*/Mahmud Budi Setiawan Hidayatullah.com

************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: