Syiahindonesia.com - والصوفية كلهم مخالفونا وطريقتهم مغايرة لطريقتنا وإن هم إلا نصارى أو مجوس هذه الأمة أولئك الذين يجهدون في إطفاء نور الله بأفواههم والله متم نوره ولو كره الكافرون
“Dan Shufiyyah, mereka seluruhnya adalah para penyelisih kami dan thariqah mereka adalah bertentangan dengan thariqah kami. Tidaklah mereka kecuali nashrani atau majusinya umat ini. Mereka adalah orang-orang yang berusaha memadamkan Cahaya Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.”[1]
Disebutkan riwayat yang mereka sandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan riwayat ini adalah riwayat dusta di sisi Ahlus Sunnah:
السابع: ما رواه شيخنا الأجل الأفضل الشيخ بهاء الدين محمد العاملي قدس سره في كتاب الكشكول قال قال النبي صلى الله عليه وآله لا تقوم الساعة على أمتي حتى يخرج قوم من أمتي اسمهم صوفية ليسوا مني وإنهم يهود أمتي يحلقون للذكر، ويرفعون أصواتهم بالذكر يظنون أنهم على طريق الأبرار بل هم أضل من الكفار وهم أهل النار لهم شهقة كشهقة الحمار وقولهم قول الأبرار وعملهم عمل الفجار وهم منازعون للعلماء ليس لهم إيمان وهم معجبون بأعمالهم ليس لهم من عملهم إلا التعب.
“Yang ketujuh: apa yang diriwayatkan oleh guru kami Al-Ajal Al-Afdhal Asy-Syaikh Bahauddin Muhammad Al-‘Amiliy dalam kitab Al-Kasykul. Bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi bersabda: “Tidak akan tegak hari kiamat atas umatku hingga keluar suatu kaum dari umatku yang nama mereka adalah Shufiyyah. Mereka bukan bagian dari kami dan sesungguhnya mereka adalah yahudinya umatku. Mereka membuat halaqah untuk berdzikir, mereka mengeraskan suara mereka dengan dzikir mereka tersebut, dan mereka menyangka bahwa mereka berada di atas jalannya orang-orang yang mulia padahal mereka lebih sesat daripada orang-orang kafir dan mereka adalah Ahlun-Naar. Mereka memiliki lenguhan seperti lenguhan keledai. Perkataan mereka adalah perkataan orang-orang baik namun amalan mereka adalah amalan orang-orang keji. Mereka adalah penentang para ‘Ulama. Tidak ada Iman pada mereka. Mereka takjub dengan amalan-amalan mereka, (padahal) tidak terdapat dari amalan mereka kecuali kelelahan.”[2]
VI. Kesimpulan
Telah jelas dan sangat jelas bahwa Shufiyyah amat tercela dalam ‘aqidah Syi’ah baik yang berfaham wahdatul wujud maupun tashawwuf dalam pengertian sebatas tazkiyatun-nufus. Dan sangat jelas pula betapa berdustanya kaum Syi’ah yang terkenal koar-koar bahwa mereka mecintai ini dan itu termasuk di dalamnya Shufiyyah, padahal yang dicintai amat hina dalam ‘aqidah Syi’ah sendiri.
Maka jika didapati orang Syi’ah yang memiliki kecendrungan terhadap tashawwuf, ia tidak lepas dari dua keadaan berikut:
1. Taqiyyah
Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa mereka diperbolehkan untuk menjadi seorang penganut firqah hina sebagaimana di mata mereka sendiri untuk suatu tujuan dengan bertopengkan taqiyyah. Banyak cara yang dilakukan Syi’ah agar bisa masuk ke tengah-tengah kaum Muslimin, yang salah satunya adalah melalui Shufiyyah. Terbukti, Syi’ah semakin meluas setelah sebelumnya terjadi taqrib antara Syi’ah dengan Shufiyyah. Maka jangan heran apabila melihat ada dari ulama Syi’ah sekarang yang terlihat keshufi-shufian.
Dan fakta sejarah turut membuktikan bahwa tumpahnya darah kaum Muslimin tidak lepas dari faktor kelicikan Syi’ah yang menikam dari dalam. Diantaranya sebagaimana yang dinyatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah:
إن أصل كل فتنة وبلية هم الشيعة، ومن انضوى إليهم، وكثير من السيوف التي سلت في الإسلام إنما كان من جهتهم، وبهم تسترت الزنادقة
“Sesungguhnya asal dari setiap fitnah dan bencana adalah Syi’ah dan orang yang mengikuti mereka. Kebanyakan pedang yang menumpahkan darah dalam Islam (Kaum Muslimin) sesungguhnya adalah dari mereka. Dan pada mereka bersembunyi para zindiq.”[3]
2. Bodoh
Diantara mereka (Syi’ah) terdapat dari kalangan awamnya yang memang menyukai tashawwuf, tapi mereka tidak mengetahui hakikat tashawwuf itu sendiri dalam ‘aqidah mereka. Mereka hanya membebek kepada ustadz dan ulama mereka yang terlihat keshufi-shufian tanpa mereka ketahui tujuan dari ulama mereka tersebut.
Wallaahul Musta’aan.
[1] Ibid.
[2] Ibid, hal. 34
[3] Minhajus-Sunnah, 2/243
Diambil dari ebook Himpunan Fatwa Ulama Syi'ah, edisi: Takfir, oleh: Muhammad Jasir Nashrullah. (nisyi/jurnalmuslim.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
“Dan Shufiyyah, mereka seluruhnya adalah para penyelisih kami dan thariqah mereka adalah bertentangan dengan thariqah kami. Tidaklah mereka kecuali nashrani atau majusinya umat ini. Mereka adalah orang-orang yang berusaha memadamkan Cahaya Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.”[1]
Disebutkan riwayat yang mereka sandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan riwayat ini adalah riwayat dusta di sisi Ahlus Sunnah:
السابع: ما رواه شيخنا الأجل الأفضل الشيخ بهاء الدين محمد العاملي قدس سره في كتاب الكشكول قال قال النبي صلى الله عليه وآله لا تقوم الساعة على أمتي حتى يخرج قوم من أمتي اسمهم صوفية ليسوا مني وإنهم يهود أمتي يحلقون للذكر، ويرفعون أصواتهم بالذكر يظنون أنهم على طريق الأبرار بل هم أضل من الكفار وهم أهل النار لهم شهقة كشهقة الحمار وقولهم قول الأبرار وعملهم عمل الفجار وهم منازعون للعلماء ليس لهم إيمان وهم معجبون بأعمالهم ليس لهم من عملهم إلا التعب.
“Yang ketujuh: apa yang diriwayatkan oleh guru kami Al-Ajal Al-Afdhal Asy-Syaikh Bahauddin Muhammad Al-‘Amiliy dalam kitab Al-Kasykul. Bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi bersabda: “Tidak akan tegak hari kiamat atas umatku hingga keluar suatu kaum dari umatku yang nama mereka adalah Shufiyyah. Mereka bukan bagian dari kami dan sesungguhnya mereka adalah yahudinya umatku. Mereka membuat halaqah untuk berdzikir, mereka mengeraskan suara mereka dengan dzikir mereka tersebut, dan mereka menyangka bahwa mereka berada di atas jalannya orang-orang yang mulia padahal mereka lebih sesat daripada orang-orang kafir dan mereka adalah Ahlun-Naar. Mereka memiliki lenguhan seperti lenguhan keledai. Perkataan mereka adalah perkataan orang-orang baik namun amalan mereka adalah amalan orang-orang keji. Mereka adalah penentang para ‘Ulama. Tidak ada Iman pada mereka. Mereka takjub dengan amalan-amalan mereka, (padahal) tidak terdapat dari amalan mereka kecuali kelelahan.”[2]
VI. Kesimpulan
Telah jelas dan sangat jelas bahwa Shufiyyah amat tercela dalam ‘aqidah Syi’ah baik yang berfaham wahdatul wujud maupun tashawwuf dalam pengertian sebatas tazkiyatun-nufus. Dan sangat jelas pula betapa berdustanya kaum Syi’ah yang terkenal koar-koar bahwa mereka mecintai ini dan itu termasuk di dalamnya Shufiyyah, padahal yang dicintai amat hina dalam ‘aqidah Syi’ah sendiri.
Maka jika didapati orang Syi’ah yang memiliki kecendrungan terhadap tashawwuf, ia tidak lepas dari dua keadaan berikut:
1. Taqiyyah
Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa mereka diperbolehkan untuk menjadi seorang penganut firqah hina sebagaimana di mata mereka sendiri untuk suatu tujuan dengan bertopengkan taqiyyah. Banyak cara yang dilakukan Syi’ah agar bisa masuk ke tengah-tengah kaum Muslimin, yang salah satunya adalah melalui Shufiyyah. Terbukti, Syi’ah semakin meluas setelah sebelumnya terjadi taqrib antara Syi’ah dengan Shufiyyah. Maka jangan heran apabila melihat ada dari ulama Syi’ah sekarang yang terlihat keshufi-shufian.
Dan fakta sejarah turut membuktikan bahwa tumpahnya darah kaum Muslimin tidak lepas dari faktor kelicikan Syi’ah yang menikam dari dalam. Diantaranya sebagaimana yang dinyatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah:
إن أصل كل فتنة وبلية هم الشيعة، ومن انضوى إليهم، وكثير من السيوف التي سلت في الإسلام إنما كان من جهتهم، وبهم تسترت الزنادقة
“Sesungguhnya asal dari setiap fitnah dan bencana adalah Syi’ah dan orang yang mengikuti mereka. Kebanyakan pedang yang menumpahkan darah dalam Islam (Kaum Muslimin) sesungguhnya adalah dari mereka. Dan pada mereka bersembunyi para zindiq.”[3]
2. Bodoh
Diantara mereka (Syi’ah) terdapat dari kalangan awamnya yang memang menyukai tashawwuf, tapi mereka tidak mengetahui hakikat tashawwuf itu sendiri dalam ‘aqidah mereka. Mereka hanya membebek kepada ustadz dan ulama mereka yang terlihat keshufi-shufian tanpa mereka ketahui tujuan dari ulama mereka tersebut.
Wallaahul Musta’aan.
[1] Ibid.
[2] Ibid, hal. 34
[3] Minhajus-Sunnah, 2/243
Diambil dari ebook Himpunan Fatwa Ulama Syi'ah, edisi: Takfir, oleh: Muhammad Jasir Nashrullah. (nisyi/jurnalmuslim.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: