Syiahindonesia.com - Dalam episode terbaru akibat krisis Suriah di mana Uni Eropa (EU) justru memperketat pembatasan pengungsi, ditemukan 24 mayat imigran terdampar di pantai Turki setelah kapal mereka tenggelam di perairan berbahaya dari perairan Aegea.
Kerasnya musim dingin rupanya tidak menghalangi ratusan imigran di pesisir laut Aegea untuk mencapai Yunani – seperti yang diperkirakan oleh para ahli – setelah penemuan dari 24 mayat imigran di pantai tersebut.
setidaknya 36 mayat imigran terdampar di pantai barat kota Ayvalık provinsi Balıkesir dan di kota Dikili provinsi Izmir
Menurut Daily Sabah otoritas Turki pada hari Selasa (05/01/2016) menemukan setidaknya 36 mayat imigran, termasuk beberapa anak-anak, terdampar di pantai dan hanyut di bagian pesisir barat kota Ayvalık provinsi Balıkesir dan di kota Dikili provinsi Izmir setelah kapal-kapal mereka tenggelam ketika berusaha menyebrangi laut Aegea menuju Yunani yang merupakan bagian dari Uni Eropa.
Rekaman video dan foto menunjukkan mayat-mayat itu dalam kondisi masih mengenakan jaket pelampung. Jenazah ditemukan hari Selasa pagi (05/01/2015) di kota wisata Ayvalik.
Menurut aparat keamanan Turki, para migran bertolak dari Ayvalik menuju Pulau Lesbos, Yunani, dengan menumpang perahu.
Korban-korban yang ditemukan di Ayvalık adalah satu kelompok imigran yang berangkat dari Dikili menuju kepulauan Lesbon Yunani, tetapi angin kencang dan ombak menyebabkan mayat-mayat mereka hanyut lebih jauh ke selatan.
Diantara para korban terdapat seorang wanita hamil dan anak kecil. Otoritas mengatakan bahwa para imigran berwarga negaraan Afghanistan, Suriah, dan Aljazair.
Namık Kemal Nazlı, gubernur distrik Ayvalık, mengatakan bahwa usaha penyelamatan dan pencarian akan dilanjutkan menyusul ditemukannnya 12 korban selamat, tetapi korban meninggal diperkirakan masih akan bertambah.
“Kami tidak tahu angka pastinya, tetapi kami tahu terdapat beberapa kapal yang tenggelam,” dia berkata kepada wartawan.
Korban-korban itu menambah daftar panjang ratusan imigran yang meninggal dalam perjalanan menuju Eropa dimana banyak pembatasan yang dibebankan pada pengungsi ketika mereka datang untuk mencari suaka.
Pesisir Turki, terutama provinsi-provinsi yang terletak di tepi laut seperti Çanakkale, İzmir, Muğla, Balıkesir dan Aydın, melayani landasan pemberangkatan bagi para pengungsi yang ingin mencari tempat perlindungan di Eropa, dikarenakan jaraknya yang dekat dengan pulau-pulau Yunani – yang pintu masuk utama benua Eropa dari Turki melalui jalur laut.
Menurut gambaran terakhir, penjaga pantai Yunani mencegat lebih dari 91.000 imigran di lepas pantai Aegea dan pesisir laut Mediterania. Ketika para pengungsi menuju pulau-pulau Yunani tahun lalu – enam kali penjaga pantai Yunani memergoki dan menghentikan sejumlah orang pada tahun 2014.
Angka-angka dari penjaga pantai Yunani dilaporkan oleh media Turki menunjukkan bahwa 279 orang tewas dalam perjalanan mereka menuju kepulauan Yunani ketika perahu mereka tenggelam di laut.
Ketika memasuki musim dingin, banyak yang memprediksi bahwa gelombang pengungsi akan berkurang, tetapi yang terjadi malah lebih banyak lagi pengungsi yang tiba di pantai-pantai Turki, berdasarkan laporan media mereka saling berlomba untuk menyusul lebih dari 800.000 orang yang telah sampai Eropa via laut Aegea tahun lalu, menggantungkan harapan hidup mereka hanya dengan rompi pelampung dan perahu kecil, yang seringkali terbalik karena tidak semestinya digunakan di laut.
Sedihnya, rompi pelampung tidak memberikan perlindungan seperti yang mereka harapkan, tragedi kemarin menjadi bukti – hampir semua imigran yang mayatnya terdampar masih menggenakan rompi pelampung.
Pengungsi Suriah di Eagea4
Para korban terdapat wanita hamil dan anak kecil. Mereka berkewarga negaraan Afghanistan, Suriah, dan Aljazair
Gambar-gambar dari mayat yang terbaring di pantai mengingatkan pada tragedi lain yang terjadi tahun tahun lalu menewaskan seorang anak berumur 3 tahun bernama Aylan Kurdy dan memantik respon simpati di seluruh dunia, yang memaksa Eropa untuk meninjau ulang pembatasan yang dibebankan pada imigran. [Baca: Kisah Abdullah Kurdi Asal Suriah yang Putranya Ditemukan di Pantai Turki]
Tubuh Kurdy yang sudah tidak bernyawa ditemukan tengkurap di pantai selatan distrik Bedrum September lalu, yang dengan cepat menjadi sebuah simbol buruknya keadaan imigran yang mempertaruhkan apapun agar dapat mencapai pantai-pantai Eropa – meskipun dia bukanlah anak kecil pertama dan terakhir yang tenggelam di laut Aegea.
Seorang anak kecil berumur 2 tahun diketahui sebagai korban pertama yang berasal dari anak-anak diantara para imigran setelah tubuhnya ditemukan pada hari Sabtu menyusul menabraknya sebuah kapal kecil dengan batu karang di lepas pulau Yunani ketika dia dan orang lainnya berjuang dari Turki untuk mencapai Yunani.
Turki dan Yunani berupaya untuk menaungi gelombang pengungsi. Penjaga Pantai secara terus menerus berpatroli di sepanjang garis pesisir untuk mencari pengungsi dan penyelundup, seperti sikap berlawanan Yunani sebelumnya yang berusaha untuk mencegat imigran sebelum mereka mencapai pulau.
Negara-negara di Uni Eropa sedang menghadapi gelombang pengungsi terbesar sejak berakhirnya Perang Dunia II, dan telah memperbesar tekanan-tekanan di perbatasan untuk membatasai arus pengungsi – kendati ini menjadi tamparan bagi persatuan negara benua eropa dimana perbatasan hanya sebagai petunjuk dan penduduk Negara anggota Uni Eropa boleh bepergian bebas antar negara Eropa.
EU mencapai kesepakatan dengan Turki untuk menyediakan dana agar dapat menyelesaikan masalah tersebut.Tetapi kondisi perang dan meningkatnya kemiskinan mungkin akan menambah jumlah imigran yang pergi berbondong-bondong menuju Eropa.
Untuk membatasi gelombang pengungsi yang meningkat, Turki berulang-ulang meminta untuk didirikannya sebuah zona aman di dalam Suriah bagi orang-orang yang kehilangan tempat tinggal mereka. Masyarakat internasional tidak keberatan dengan itu, bagaimanapun juga, dan meningkatnya serangan-serangan udara Rusia yang membunuh warga sipil semakin mengurangi kemungkinan tercapainya rencana itu.*/Nashirul Haq AR. (hidayatullah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Kerasnya musim dingin rupanya tidak menghalangi ratusan imigran di pesisir laut Aegea untuk mencapai Yunani – seperti yang diperkirakan oleh para ahli – setelah penemuan dari 24 mayat imigran di pantai tersebut.
setidaknya 36 mayat imigran terdampar di pantai barat kota Ayvalık provinsi Balıkesir dan di kota Dikili provinsi Izmir
Menurut Daily Sabah otoritas Turki pada hari Selasa (05/01/2016) menemukan setidaknya 36 mayat imigran, termasuk beberapa anak-anak, terdampar di pantai dan hanyut di bagian pesisir barat kota Ayvalık provinsi Balıkesir dan di kota Dikili provinsi Izmir setelah kapal-kapal mereka tenggelam ketika berusaha menyebrangi laut Aegea menuju Yunani yang merupakan bagian dari Uni Eropa.
Rekaman video dan foto menunjukkan mayat-mayat itu dalam kondisi masih mengenakan jaket pelampung. Jenazah ditemukan hari Selasa pagi (05/01/2015) di kota wisata Ayvalik.
Menurut aparat keamanan Turki, para migran bertolak dari Ayvalik menuju Pulau Lesbos, Yunani, dengan menumpang perahu.
Korban-korban yang ditemukan di Ayvalık adalah satu kelompok imigran yang berangkat dari Dikili menuju kepulauan Lesbon Yunani, tetapi angin kencang dan ombak menyebabkan mayat-mayat mereka hanyut lebih jauh ke selatan.
Diantara para korban terdapat seorang wanita hamil dan anak kecil. Otoritas mengatakan bahwa para imigran berwarga negaraan Afghanistan, Suriah, dan Aljazair.
Namık Kemal Nazlı, gubernur distrik Ayvalık, mengatakan bahwa usaha penyelamatan dan pencarian akan dilanjutkan menyusul ditemukannnya 12 korban selamat, tetapi korban meninggal diperkirakan masih akan bertambah.
“Kami tidak tahu angka pastinya, tetapi kami tahu terdapat beberapa kapal yang tenggelam,” dia berkata kepada wartawan.
Korban-korban itu menambah daftar panjang ratusan imigran yang meninggal dalam perjalanan menuju Eropa dimana banyak pembatasan yang dibebankan pada pengungsi ketika mereka datang untuk mencari suaka.
Pesisir Turki, terutama provinsi-provinsi yang terletak di tepi laut seperti Çanakkale, İzmir, Muğla, Balıkesir dan Aydın, melayani landasan pemberangkatan bagi para pengungsi yang ingin mencari tempat perlindungan di Eropa, dikarenakan jaraknya yang dekat dengan pulau-pulau Yunani – yang pintu masuk utama benua Eropa dari Turki melalui jalur laut.
Menurut gambaran terakhir, penjaga pantai Yunani mencegat lebih dari 91.000 imigran di lepas pantai Aegea dan pesisir laut Mediterania. Ketika para pengungsi menuju pulau-pulau Yunani tahun lalu – enam kali penjaga pantai Yunani memergoki dan menghentikan sejumlah orang pada tahun 2014.
Angka-angka dari penjaga pantai Yunani dilaporkan oleh media Turki menunjukkan bahwa 279 orang tewas dalam perjalanan mereka menuju kepulauan Yunani ketika perahu mereka tenggelam di laut.
Ketika memasuki musim dingin, banyak yang memprediksi bahwa gelombang pengungsi akan berkurang, tetapi yang terjadi malah lebih banyak lagi pengungsi yang tiba di pantai-pantai Turki, berdasarkan laporan media mereka saling berlomba untuk menyusul lebih dari 800.000 orang yang telah sampai Eropa via laut Aegea tahun lalu, menggantungkan harapan hidup mereka hanya dengan rompi pelampung dan perahu kecil, yang seringkali terbalik karena tidak semestinya digunakan di laut.
Sedihnya, rompi pelampung tidak memberikan perlindungan seperti yang mereka harapkan, tragedi kemarin menjadi bukti – hampir semua imigran yang mayatnya terdampar masih menggenakan rompi pelampung.
Pengungsi Suriah di Eagea4
Para korban terdapat wanita hamil dan anak kecil. Mereka berkewarga negaraan Afghanistan, Suriah, dan Aljazair
Gambar-gambar dari mayat yang terbaring di pantai mengingatkan pada tragedi lain yang terjadi tahun tahun lalu menewaskan seorang anak berumur 3 tahun bernama Aylan Kurdy dan memantik respon simpati di seluruh dunia, yang memaksa Eropa untuk meninjau ulang pembatasan yang dibebankan pada imigran. [Baca: Kisah Abdullah Kurdi Asal Suriah yang Putranya Ditemukan di Pantai Turki]
Tubuh Kurdy yang sudah tidak bernyawa ditemukan tengkurap di pantai selatan distrik Bedrum September lalu, yang dengan cepat menjadi sebuah simbol buruknya keadaan imigran yang mempertaruhkan apapun agar dapat mencapai pantai-pantai Eropa – meskipun dia bukanlah anak kecil pertama dan terakhir yang tenggelam di laut Aegea.
Seorang anak kecil berumur 2 tahun diketahui sebagai korban pertama yang berasal dari anak-anak diantara para imigran setelah tubuhnya ditemukan pada hari Sabtu menyusul menabraknya sebuah kapal kecil dengan batu karang di lepas pulau Yunani ketika dia dan orang lainnya berjuang dari Turki untuk mencapai Yunani.
Turki dan Yunani berupaya untuk menaungi gelombang pengungsi. Penjaga Pantai secara terus menerus berpatroli di sepanjang garis pesisir untuk mencari pengungsi dan penyelundup, seperti sikap berlawanan Yunani sebelumnya yang berusaha untuk mencegat imigran sebelum mereka mencapai pulau.
Negara-negara di Uni Eropa sedang menghadapi gelombang pengungsi terbesar sejak berakhirnya Perang Dunia II, dan telah memperbesar tekanan-tekanan di perbatasan untuk membatasai arus pengungsi – kendati ini menjadi tamparan bagi persatuan negara benua eropa dimana perbatasan hanya sebagai petunjuk dan penduduk Negara anggota Uni Eropa boleh bepergian bebas antar negara Eropa.
EU mencapai kesepakatan dengan Turki untuk menyediakan dana agar dapat menyelesaikan masalah tersebut.Tetapi kondisi perang dan meningkatnya kemiskinan mungkin akan menambah jumlah imigran yang pergi berbondong-bondong menuju Eropa.
Untuk membatasi gelombang pengungsi yang meningkat, Turki berulang-ulang meminta untuk didirikannya sebuah zona aman di dalam Suriah bagi orang-orang yang kehilangan tempat tinggal mereka. Masyarakat internasional tidak keberatan dengan itu, bagaimanapun juga, dan meningkatnya serangan-serangan udara Rusia yang membunuh warga sipil semakin mengurangi kemungkinan tercapainya rencana itu.*/Nashirul Haq AR. (hidayatullah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: