Breaking News
Loading...

Kesesatan Aqidah Syiah dalam Memaknai Al-Qur’an

Syiahindonesia.com - Salah satu penyimpangan paling berbahaya dalam ajaran Syiah terletak pada cara mereka memaknai, menafsirkan, dan memperlakukan Al-Qur’an. Al-Qur’an yang seharusnya menjadi sumber tauhid, petunjuk akidah, dan pemersatu umat justru dijadikan alat untuk membenarkan doktrin imamah, kultus terhadap imam, serta kebencian kepada para sahabat Nabi ﷺ. Penafsiran Syiah terhadap Al-Qur’an tidak dibangun di atas manhaj tafsir yang sahih, melainkan di atas kepentingan ideologi dan hawa nafsu kelompok.

Artikel ini mengungkap secara rinci bentuk-bentuk kesesatan akidah Syiah dalam memahami Al-Qur’an serta dampaknya terhadap kemurnian Islam.


1. Al-Qur’an dalam Islam: Petunjuk yang Jelas dan Terjaga

Dalam Islam, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang:

  • suci,

  • terjaga,

  • sempurna,

  • menjadi hujjah tertinggi dalam akidah dan syariat.

Allah berfirman:

﴿ إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ ﴾
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan Kamilah yang benar-benar menjaganya.”
(QS. Al-Hijr: 9)

Ahlus Sunnah memahami Al-Qur’an berdasarkan:

  • tafsir Nabi ﷺ,

  • pemahaman para sahabat,

  • penjelasan tabi’in,

  • dan kaidah bahasa Arab yang lurus.

Sebaliknya, Syiah memaknai Al-Qur’an berdasarkan kepentingan doktrin imamah, bukan berdasarkan metode ilmiah tafsir.


2. Menafsirkan Al-Qur’an dengan Kepentingan Imamah

Ciri utama penafsiran Syiah adalah memaksakan seluruh ayat agar seolah-olah berbicara tentang Ali dan para imam mereka.

Banyak ayat yang mereka selewengkan maknanya, seperti:

  • ayat tentang wali,

  • ayat tentang imam,

  • ayat tentang orang beriman,

  • ayat tentang pemimpin.

Semua diarahkan agar bermakna Ali dan 12 imam, meskipun sama sekali tidak disebutkan dalam lafaz ayat maupun tafsir sahabat.

Padahal Allah berfirman:

﴿ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ ﴾
“Tidak ada yang mengetahui tafsirnya kecuali Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya.”
(QS. Ali ‘Imran: 7)

Orang yang “mendalam ilmunya” adalah sahabat dan ulama Ahlus Sunnah, bukan imam yang dikultuskan tanpa dalil sahih.


3. Klaim Al-Qur’an Tidak Lengkap dalam Doktrin Syiah

Dalam banyak kitab klasik Syiah terdapat riwayat yang menyatakan bahwa:

  • mushaf yang ada sekarang tidak lengkap,

  • ada ayat tentang Ali yang dihapus,

  • ada ayat imamah yang disembunyikan sahabat.

Tuduhan ini adalah kekufuran besar, karena berarti menuduh:

  • para sahabat berkhianat,

  • Rasulullah ﷺ gagal menyampaikan wahyu,

  • dan Allah gagal menjaga Al-Qur’an.

Padahal Allah menegaskan:

﴿ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي ﴾
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku atas kalian.”
(QS. Al-Ma’idah: 3)

Jika masih ada ayat yang “hilang”, berarti agama ini belum sempurna. Ini adalah tuduhan yang sangat berbahaya terhadap Allah dan Rasul-Nya.


4. Al-Qur’an Ditafsirkan dengan Riwayat Lemah dan Palsu

Syiah tidak menjadikan:

  • hadis sahih,

  • tafsir sahabat,

  • ijma’ ulama,

sebagai dasar utama tafsir. Mereka justru menggunakan:

  • riwayat dha‘if,

  • hadis palsu,

  • kisah Israiliyat,

  • bahkan mimpi dan ilham.

Akibatnya, Al-Qur’an ditafsirkan bukan dengan ilmu, tetapi dengan khayalan.

Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

« مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ »
“Barang siapa menafsirkan Al-Qur’an tanpa ilmu, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka.”
(HR. At-Tirmidzi)


5. Menghapus Ayat tentang Keutamaan Sahabat

Syiah sangat bermasalah dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang:

  • memuji sahabat,

  • meridhai Muhajirin dan Anshar,

  • mengangkat kedudukan istri Nabi ﷺ.

Contohnya firman Allah:

﴿ وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ... رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ ﴾
(QS. At-Taubah: 100)

Dalam tafsir Syiah, ayat-ayat semacam ini:

  • ditakwil secara menyimpang,

  • dikecualikan secara paksa,

  • bahkan dianggap tidak relevan.

Semua itu demi mempertahankan doktrin bahwa sahabat adalah pengkhianat.


6. Memastikan Al-Qur’an Seolah Bertentangan dengan Sunnah Sahih

Syiah sering mengklaim bahwa:

  • Al-Qur’an tidak cukup tanpa imam,

  • Al-Qur’an hanya bisa dipahami oleh imam,

  • umat Islam tanpa imam akan sesat meski berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah.

Ini bertentangan dengan firman Allah:

﴿ وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴾
“Dan ini adalah Kitab yang Kami turunkan penuh berkah, maka ikutilah ia agar kalian mendapat rahmat.”
(QS. Al-An‘am: 155)

Allah tidak pernah mensyaratkan adanya imam maksum untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk.


7. Ta’wil Batini: Merusak Makna Lahir Ayat

Syiah menggunakan metode ta’wil batini, yaitu:

  • menghapus makna lahir ayat,

  • menggantinya dengan makna tersembunyi versi imam,

  • menjadikan Al-Qur’an seperti kitab simbol misterius.

Misalnya:

  • salat ditafsirkan sebagai loyalitas politik,

  • puasa ditafsirkan sebagai menahan rahasia imam,

  • haji ditafsirkan sebagai ziarah ke makam imam.

Padahal Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa Islam dibangun di atas lima rukun yang jelas maknanya:

« بُنِيَ الإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ »
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)


8. Al-Qur’an Dijadikan Alat Pembenaran Kebencian

Alih-alih menjadi kitab rahmat, dalam tafsir Syiah Al-Qur’an dijadikan:

  • alat untuk melaknat sahabat,

  • pembenaran dendam sejarah,

  • legitimasi permusuhan antarumat.

Bahkan ayat-ayat tentang orang kafir sering diarahkan kepada:

  • Abu Bakar,

  • Umar,

  • Utsman,

  • Aisyah radhiyallahu ‘anhum.

Ini adalah kedustaan tafsir yang sangat keji.


9. Dampak Akidah Sesat Syiah terhadap Pemahaman Al-Qur’an

Akibat penyimpangan tafsir ini, lahirlah:

  1. Keraguan terhadap keaslian Al-Qur’an.

  2. Kerusakan tauhid karena kultus imam.

  3. Penolakan terhadap Sunnah sahih.

  4. Kebencian kepada sahabat.

  5. Kehancuran persatuan umat Islam.

Al-Qur’an yang diturunkan untuk menyatukan umat, justru dijadikan alat pemecah belah.


10. Manhaj Ahlus Sunnah dalam Memahami Al-Qur’an

Ahlus Sunnah wal Jama‘ah memahami Al-Qur’an dengan:

  • tafsir Nabi ﷺ,

  • pemahaman para sahabat,

  • ijma’ ulama,

  • kaidah bahasa Arab,

  • dan ilmu tafsir yang bersanad.

Inilah satu-satunya jalan lurus yang menjaga:

  • kemurnian tauhid,

  • keaslian syariat,

  • dan persatuan umat.


Kesimpulan

Kesesatan akidah Syiah dalam memaknai Al-Qur’an tampak jelas melalui:

  • penafsiran berbasis imamah,

  • tuduhan adanya ayat yang hilang,

  • penggunaan hadis palsu,

  • penghapusan keutamaan sahabat,

  • ta’wil batini yang merusak makna ayat,

  • serta pemanfaatan Al-Qur’an untuk membenarkan kebencian.

Al-Qur’an bukan kitab milik kelompok tertentu. Ia adalah petunjuk bagi seluruh umat, dijaga oleh Allah, dipahami oleh para sahabat, dan diwariskan oleh ulama Ahlus Sunnah hingga hari ini.

Umat Islam wajib kembali kepada tafsir yang sahih agar tidak terseret ke dalam penyimpangan akidah yang membahayakan iman dan keselamatan akhirat.


(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post

0 komentar: