Breaking News
Loading...

 Bagaimana Syiah Menggunakan Musik dan Syair untuk Menyesatkan Umat?


Syiahindonesia.com
– Salah satu strategi halus namun berbahaya yang digunakan oleh kelompok Syiah dalam menyebarkan pengaruhnya di kalangan umat Islam adalah melalui musik, nyanyian, dan syair bernuansa keagamaan. Media ini dipakai bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sebagai alat propaganda ideologis yang mengubah persepsi umat terhadap sejarah Islam, para sahabat, dan bahkan terhadap ajaran tauhid itu sendiri.


1. Musik dan Syair sebagai Sarana Cuci Otak Emosional

Syiah memahami bahwa manusia mudah tersentuh oleh emosi. Mereka memanfaatkan hal ini dengan mengemas keyakinan mereka dalam bentuk lantunan syair duka, nyanyian, dan irama yang menyentuh hati, terutama saat memperingati peristiwa Karbala — yaitu kisah terbunuhnya Husain bin Ali رضي الله عنه.

Mereka melantunkan lagu dan syair yang menggambarkan Husain seolah-olah disalib, dizalimi, dan dikhianati seluruh umat Islam, khususnya kaum Sunni. Hal ini secara tidak langsung menanamkan kebencian terhadap para sahabat Nabi ﷺ, karena mereka dianggap sebagai pelaku utama pengkhianatan terhadap Ahlul Bait.

Padahal, Allah ﷻ telah menegaskan bahwa para sahabat adalah orang-orang yang diridai:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.”
(QS. At-Taubah [9]: 100)

Dengan demikian, musik duka yang dimainkan Syiah bukanlah bentuk cinta kepada Ahlul Bait, melainkan cara untuk menggiring umat agar membenci generasi terbaik Islam.


2. Lahirnya Ritual Musik Religi Syiah: “Latmiyah”

Dalam setiap peringatan Asyura dan Arba’in, Syiah mengadakan ritual musik dan syair yang disebut Latmiyah — yakni nyanyian ratapan tentang penderitaan Husain dan keluarganya.

Irama Latmiyah sering diiringi dengan tabuhan gendang, hentakan dada (tatbir), atau cambukan diri sendiri, disertai tangisan massal. Banyak syair Latmiyah memuat kalimat seperti:

“Ya Husain, tolonglah kami!”
“Wahai Ali, kembalilah dan tegakkan keadilan!”

Ungkapan ini jelas merupakan bentuk syirik, karena menyeru selain Allah.

Allah ﷻ berfirman:

وَلَا تَدْعُ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ
“Dan janganlah engkau menyeru kepada selain Allah yang tidak dapat memberi manfaat maupun mudarat kepadamu.”
(QS. Yunus [10]: 106)

Namun, bagi Syiah, syair dan musik seperti ini justru dianggap “ibadah” dan “pembersihan dosa.” Dengan demikian, mereka menjadikan seni sebagai alat ibadah yang menyimpang, dan menjauhkan umat dari dzikir serta ibadah yang benar menurut sunnah Rasulullah ﷺ.


3. Syair Syiah di Dunia Modern: Propaganda dalam Budaya Populer

Dalam era digital, Syiah memodernkan propaganda mereka melalui musik pop, film, dan video pendek di media sosial. Banyak lagu-lagu bertema “cinta Ahlul Bait” yang disebarkan di YouTube, TikTok, dan Instagram, padahal isinya sarat dengan doktrin Syiah.

Beberapa di antaranya menampilkan kalimat seperti:

“Tanpa cinta Ali, imanmu tak berarti.”
“Hanya pengikut Husain yang selamat di hari akhir.”

Ungkapan seperti ini menanamkan doktrin eksklusivitas keselamatan, seolah hanya Syiah yang masuk surga. Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أبى
“Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.”
Para sahabat bertanya: “Siapa yang enggan, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Siapa yang mentaatiku akan masuk surga, dan siapa yang menolak perintahku, maka dia telah enggan.”_
(HR. Bukhari)

Artinya, keselamatan bukan karena cinta terhadap figur tertentu, tetapi karena ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.


4. Dampak Sosial dan Aqidah dari Musik Propaganda Syiah

Musik dan syair Syiah memiliki dampak yang luas, terutama bagi generasi muda Muslim yang belum memahami perbedaan antara cinta Ahlul Bait dan ajaran Syiah.

Beberapa dampaknya antara lain:

  • Melemahkan aqidah tauhid, karena terbiasa menyeru nama selain Allah dalam lagu.

  • Menumbuhkan kebencian terhadap sahabat dan ulama Sunni.

  • Mengaburkan batas antara bid’ah dan sunnah, seolah ritual ratapan adalah bentuk cinta kepada Islam.

  • Menggiring umat pada kultus terhadap Imam Ali dan Husain, bukan kepada Allah dan Rasul-Nya.


5. Pandangan Ulama terhadap Nyanyian yang Mengandung Syirik

Para ulama Ahlus Sunnah telah menegaskan bahwa musik dan syair yang menyeru kepada kesyirikan atau kebencian terhadap sahabat termasuk dosa besar.

Ibnu Taimiyyah berkata:

“Nyanyian yang mengandung makna syirik, bid’ah, atau celaan terhadap sahabat, maka itu adalah lebih berbahaya daripada nyanyian duniawi, karena ia merusak agama.”
(Majmu’ al-Fatawa, 11/557)

Oleh sebab itu, umat Islam harus menolak segala bentuk seni religius yang membawa ajaran Syiah, meskipun dikemas dengan nada indah dan kata-kata lembut.


Kesimpulan

Syiah menggunakan musik dan syair bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi untuk menghidupkan kebencian terhadap sahabat dan memupuk fanatisme terhadap Ahlul Bait versi mereka. Inilah bentuk penyesatan modern melalui budaya dan seni, yang sangat efektif namun berbahaya bagi akidah umat.

Umat Islam harus waspada terhadap semua bentuk lagu atau syair yang mengandung doktrin tahrif, kultus terhadap manusia, atau kebencian terhadap sahabat Nabi ﷺ. Cinta kepada Ahlul Bait sejati bukan dengan meratap atau menyanyi, tetapi dengan mengikuti sunnah mereka dan menjaga tauhid yang murni.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: